Chapter 8

43 5 2
                                    

Chapter 8
Another Day Another Date

Sudah hampir dua minggu lamanya aku bekerja di tempat ini. Dan sejauh ini, aku benar-benar menikmati pekerjaanku. Aku sudah terbiasa bangun pagi, bahkan Jacob sudah kupensiunkan dari pekerjaannya membangunkanku setiap pagi.

Kalau dipikir-pikir lagi, kasihan dia. Ia harus bangun kurang lebih satu jam lebih awal dari jam bangunku dan berangkat dari rumahnya yang bisa dibilang agak jauh dari tempat tinggalku.

Ia adalah pria yang rajin dan setia. Mengapa ia masih lajang?

Sudah hampir dua minggu lamanya pula aku tidak bertemu atau berbicara dengan Cory. Padahal kukira dengan bekerja di gedung yang sama akan meningkatkan kesempatanku untuk menjalin hubungan yang serius dengan Cory. Meskipun kami bekerja di gedung yang sama, kami tidak pernah bertemu. Sama sekali.

Namun, aku melupakan satu hal penting. Kenyataan bahwa aku juga bekerja di tempat yang sama dengan Samantha, yang membuat segalanya menjadi semakin sulit. Sulit untukku yang ingin melakukan segalanya hanya demi memendam perasaanku untuknya.

Apakah ini tanda bahwa Cory sudah tidak peduli lagi dengan kenyataan bahwa aku dahulu pernah menyukainya? Apakah ini tanda bahwa ia sudah tidak peduli dengan kenyataan bahwa ia dulu juga pernah memiliki perasaan terhadapku?

Bukankah pada malam itu beberapa hari yang lalu ia juga secara tidak langsung menyatakan perasaannya padaku?

Sepertinya aku terlalu banyak berharap. Mungkin bukan itu yang ia maksud. Mungkin sesuatu yang tak kumengerti. Mungkin sesuatu seperti ia yang dahulu memiliki perasaan terhadapku, kata kunci: dahulu. Tidak mungkin ia pergi bermil-mil jauhnya hanya untuk bertemu denganku. Aku yang tak pernah menjadi selain dari sahabatnya. Lagipula perasaan yang mungkin pernah dimilikinya sudah terpendam jauh di dalam. Karena perasaan berubah. Cinta itu dapat berubah.

Hari ini hari pertama pemotretan model untuk iklan sekaligus halaman depan majalah. Konsep yang digunakan adalah monochrome. Dan sejauh penelitian yang telah kulakukan, monochrome berarti foto menggunakan warna hitam dan putih atau mendominasi foto dengan satu jenis warna.

Sebenarnya konsep apapun tidak masalah untukku, namun karena ini adalah pemotretan fesyen pertamaku, aku menjadi agak gugup. Aku didampingi oleh Christopher Raffless, salah satu fotografer utama di sini. Namanya sudah sering disebut-sebut di mana-mana, terutama di dunia fesyen.

Pencahayaan dan segala yang kubutuhkan sudah di atur olehnya. Sampai ke kamera yang akan kugunakan. Harus kuakui, meskipun aku fotografer profesional, namun bidangku jauh berbeda dengan fesyen. Aku yang sehari-hari memotret makanan dan arsitektur, dapat dipastikan bahwa foto fesyenku akan terlihat seperti foto-foto amatir di media sosial atau koran-koran murah.

Christopher sedang membenahi kameranya sendiri ketika beberapa model dan beberapa orang terkenal di industri musik dan perfilman masuk ke dalam studio berpakaian senada, hitam dan putih.

Hal yang unik dari seorang model adalah kau bisa mengetahui bahwa dirinya seorang model dari caranya berjalan, caranya berbicara. Dan secantik apapun seseorang, tidak akan bisa terlihat seperti seorang model. Itulah teori singkat yang baru saja kusimpulkan.

Tapi teori itu tentu saja sangat bodoh karena meskipun Samantha bukan model, ia sangatlah c--

Tidak. Cory-lah yang seharusnya kupikirkan setiap hari. Bukan Samantha. Bukan yang lain. Hanya Cory.

"Jadi apa headline untuk edisi bulan ini?" Aku mulai bertanya-tanya karena banyaknya orang yang ikut serta dalam pemotretan ini. Enam hingga tujuh orang hanya untuk satu sampul majalah?

Christopher menoleh ke arahku, sambil tetap mengotak-atik kameranya. "Women of the Year," katanya.

Oh. Rupanya begitu. Tidak mengherankan mengapa beberapa orang diluar industri fesyen ikut serta.

Dear, LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang