7

15 1 0
                                    

"Tidak peduli seberapa besar rasa sakit dan keputusasaan itu, harapan akan selalu datang setelahnya."

J-Hope BTS

Aku membayangkan orang-orang pengangguran sepertiku, tapi aku lebih memikirkan mereka yang tanpa tabungan apalagi mereka dirantau. Bagaimana nasib mereka jika tanpa pekerjaan berlangsung lama.

Betapa bersyukurnya aku, walau tanpa pekerjaan hampir dua bulan tabunganku jika berhemat masih cukup dua bulan ke depan, beruntung aku anak baik yang mendengarkan nasihat orang tua.

Bahwa jangan mengoleksi pakaian berlebihan, sebaiknya belilah beberapa gram emas sebagai investasi. Itu ampuh, mujarab ku rasakan kini saat tak berpenghasilan emas itu bisa di uangkan.

Dari semalam yang menguasai pikiranku adalah orang yang memberiku kartu nama dan menginginkanku mengasuh putrinya.
Apa aku mengambil tawaran itu, cuma dua bulan, sementara itu aku bisa mencari pekerjaan lain.
Aku meremas kartu ada sedikit sesak di dadaku. Niat yang tadi hendak menghubunginya aku urungkan, mungkin tidak sekarang.

Aku hanya sedikit khawatir karena menganggur lama akan mengurangi kepercayaan diriku. Harus menyemangati diri sendiri, harus optimis dan positif. Aku telah dan masih berusaha mendapatkan pekerjaan. Aku juga yakin bahwa doa yang ku langitkan tidak kembali dengan tangan kosong, di langit doaku berperang menentukan takdir baikku.

Hm.. aku tidak tau berapa lamakah aku larut dalam pikiran, seharusnya aku bahagia, hari ini ulang tahun Samatha, dan malam ini adalah acaranya, aku bergegas Rachel juga mengirim pesan akan menjemput.

Happy Samatha Day

Acara ulang tahun Samatha sepertinya melenceng dari konsep awal, pembicaraannya di group dengan Rachel ia akan menggelar acara seperti tahun lalu, meriah di hotel bintang, tapi sekarang Samatha mengundang dinner saja di restoran dengan private room, hanya sekitar dua puluhan orang.

Jika tahun lalu, ia mengundang tamu sangat banyak mulai sahabat terdekatnya, rekan bisnis online shopnya, juga ada beberapa yang datang adalah fans Samatha. Ya Samatha memiliki fans. Samatha seorang selebgram akunnya centang biru.

Sayangnya di antara tamu yang datang tunangannya selalu absen, karena profesi tunangan Samatha pelaut internasional. Meski begitu keuangan Samatha juga di tunjang oleh sang tunangan, Samatha di beri black card hingga aku dan Rachel takjub kala itu, tau kan seberapa sultan sahabat sulungku ku itu. Aku telah bersamanya kurang lebih enam tahun dan menyaksikan hidupnya membaik dari tahun ke tahun.

Kue ulang tahunnya telah di antar, tak lama ia juga muncul.

"Oh, good night nona badas." Aku di buat takjub oleh penampilannya dress yang membentuk badan dengan belahan dada rendah, rambutnya cukup di kucir, tapi mengapa ia begitu cantik.

Ia tersenyum ke arahku dan Rachel.

"Di mana letak usia 32 tahun itu kak."
Lirihku rasanya pengen mewek melihat Samatha tapi di notice Rachel membuatku malu memperlihatkan rasa haruku ia menggenggam tanganku.

"Usia 32 tahunnya mungkin fake, yang terlihat ia seperti berusia 20 an." Ucap Rachel membenarkan ucapanku.

Samantha sibuk bersalaman dengan orang memberi selamat serta kado, sedangkan aku dan Rachel menikmati hidangan. Setelah makan Samatha memotong kue, sekali melirikku dan Rachel.

"Suapan kue pertama ini buat, sahabatku, saudariku, ia di ibaratkan oksigen di hidupku, harapanku jika usia panjang 10, 20 atau 30 puluh tahun lagi aku tetap ingin bersama."

Ia menarik nafas, matanya berkaca tatapannya lurus ke arahku dan Rachel.

"Satu sahabatku ini pernah menyelamatkanku dari kebodohan, menyadarkan ku pentingnya love yourself, meski usianya lebih muda dariku. Satunya lagi sahabatku adalah wujud doaku yang terkabul ketika aku meminta seorang adik Tuhan hadirkan dia untukku, meski dia adik tapi akulah yang lebih manja padanya.

Tak terbendung akhirnya air matanya jatuh, tapi mengapa yang lain tanpa di ajak juga mewek termasuk aku dan Rachel.

"Pada kesempatan ini izinkan aku mengungkap segalanya tentang perasaanku pada sahabatku. Mungkin kita tidak lagi muda, mungkin nanti kita akan memiliki pasangan masing-masing, mungkin nanti kita terpisah oleh jarak, ketika saat itu tiba tolong jangan lupakan aku, tetaplah menyapaku, dan mari menua bersama."

Suaranya tercegat di tenggorokan pada kalimat terakhir "Mari menua bersama"

"Pada sahabatku itu Restu dan Rachel kemarilah."

Aku dan Rachel bersamaan berhambur ke pelukan Samatha, aku tidak menyangka sahabat yang ia sebut itu aku dan Rachel. Usai puas saling peluk Samatha mengambil potongan kue menyuapiku lalu Rachel, tapi air matanya masih meleleh.

"Jangan menitikkan air mata lagi kak itu bisa merusak vibes mu." Bisik ku di telinganya.

Aku menyebutnya Kak dan sepertinya ia menyadari menatapku langsung ke mata sedangkan aku mengusap air matanya. Di sini puluhan orang menyaksikan betapa tulusnya persahabatan kami.




ResumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang