14

6 0 0
                                    

Dia suka menyendiri, tapi benci rasa sepi. Dia tidak senang dengan keramaian tapi suka kebersamaan.
Dia menghabiskan waktu luangnya dengan tidur, tapi dia sosok yang bekerja keras.

Dia Arsel

Chat dengan si ngadi-ngadi masih berlanjut.

Rachel: Berarti di rumah itu ada Pinguin dan beruang kutub, hihihi.

Samatha: Sama aja kayak lo, kulkas 12 pintu.

Me: 🤔😕😭

Rachel: Sama-sama korban kutukan Elsa.

Samatha: Kapan-kapan ajak kita ke rumah bos lo, di sana enak kali, adem.

Me: Kalian kok samain gue sama Pak Arsel?

Samatha: Sepertinya kalian jodoh jika di satuin bisa mencair.

Me: Huuuuf, frustasi gue.

Rachel: Gue restuin Restu.

Me: Nggak bisa di satuin kita berbanding terbalik banget. Tapi pak Arsel tuh banyak beda dari cowok lain.

Rachel: Bedanya sama Pak Fahmi Kai?

Samatha: Kalau misalnya lo di suruh pilih, lo pilih Pak Fahmi Kai atau Pak Arsel?

Me: Tadi lo samain gue sama Pak Arsel, sekarang kalian minta perbedaan dengan Pak Fahmi Kai. Dasar kalian bedebah.

Rachel: Pak Arsel lebih tampan dari pada Pak Fahmi.

Ini lagi! Maunya apa? tanya, terus jawab sendiri.

Samatha: Fahmi or Arsel, answer now.

Rachel: Tentukan pilihanmu bestie.

Rasanya aku semakin di gebukin.

Me: Gue pilih cowok manis di BTS.

Samatha: Katanya kalau cowok berbeda dari kebanyakan itu spesial lebih menarik atensi.

Me: Gue nggak mau oleng sama atasan lagi. Tau nggak di rumah ini ada dua kulkas satunya buat bahan makanan dan obat, satunya lagi buat simpan skincare dan make-up.

Aku mulai roasting Pak Arsel ke mereka.

Rachel: Pak Arsel pakai make-up?

Me: Ya

Samatha: Oh my God, aku semakin depresot sama cowok make-up.

Me: Pertama kalian lihat manly kan, maskulin, kulitnya sehat banget, bibirnya pink.

Samatha: Aku suka cowok terawat kayak gitu.

Me: Tapi bare face dia imut, ada sedikit freckles.

Me: Udah dulu ya ghibahin Pak Arsel, baby gue bangun pengen minum susu.

Aku belum puas chat nyeleneh sama mereka tapi Sarah mulai gelisah.

Pukul sepuluh malam Sarah kembali terlelap setelah sempat gelisah meminta susu, aku keluar mengambil segelas air setalah cekikikan dengan Samatha dan Rachel aku menjadi dahaga.

Aku liat pak Arsel sibuk dengan lembaran-lembaran kertas dan laptopnya, bahkan jam sepuluh malam dia masih bekerja. Aku menghampiri mungkin ada sesuatu yang bisa aku tawarkan.

"Sibuk lembur ya Pak." Sapaku.

"Oh hai, kamu belum tidur."

"Saya haus jadi ke dapur ambil air, apa Bapak butuh teman menemani?"

Ia mendongak melihatku.

"Maksud saya mungkin Bapak mau secangkir kopi atau cemilan yang menemani Bapak lembur."

"Aku tidak minum kopi, aku suka teh chamomile Jerman."

"Apa Bapak mau saya buatkan."

"Bisa kalau kamu merasa nggak repot."

Aku bergegas, di dapur aku mencari keberadaan teh chamomile, aku membuka laci atas, dan wah stok melimpah sesuka itu Pak Arsel dengan teh satu ini. Tapi heran aja nggak suka kopi mungkin karena rasa pahit dan aromanya, tapi teh chamomile juga pahit. Dan cowok dominan suka kopi. Mungkin ia konsumsi karena lebih menyehatkan.

Aku meletakkan secangkir teh chamomile.

"Res bisa minta tolong lagi."

"Tentu."

"Aku pengen jeruk di kulkas."

"Oke."

Bener-bener sehat nih orang, apa Pak Arsel pernah makan menu junk food ya? Atau dia menjaga makan banget hingga asupan kalori, lemak, vitamin, mineral, zat gula, garam semua di takar. Tiap pagi aku liat ia sarapan dengan sereal yang aku tau sereal itu bermanfaat untuk kesehatan jantung, aku membuka kulkas l ada jenis jeruk Mandarin dan buah lain. Aku meletakkan buah jeruk. Aku menatapku tapi akan canggung jika aku balas menatapnya.

"Apa kau kerasan disini, semoga Sarah tidak terlalu merepotkan."

"Nggak sama sekali Sarah anteng banget."

"Syukurlah, oh ya kalau kamu kangen dengan teman-temanmu kamu ajak mereka ke sini Minggu ini."

"Mereka biang rusuh Pak, kalau di satuin bakal berisik."

Aku melihat tawa kecil Pak Arsel.

"Aku penasaran se berisik apa kalian?"

"Apalagi hari minggu Bapak di rumah aku khawatir kedatangan mereka mengganggu waktu istirahat Bapak."

"Sekali-kali aku juga pengen ikutan heboh, kalau kalian nggak canggung aku berada di antara kalian."

"Nggak sama sekali Pak, teman-temanku mudah berbaur, baiklah hari Minggu ini akan ku ajak mereka."

Kata Bu Nyimas Pak Arsel emang gitu, paling care dengan kewarasan pekerjanya, jangan bekerja tanpa libur, jangan bekerja pada akhirnya memutus hubungan dengan keluarga atau temanmu.

Tau aja Pak Arsel kalau ke dua temanku dari awal sudah modus pengen di ajak kemari.

Kapan lagi punya bos mengerti kejenuhan pekerjanya, siapa lagi bos mengizinkan teman-teman pekerjanya berkunjung, oh bagai di rumah sendiri.

ResumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang