9

18 0 0
                                    

Aku kira hanya aku yang tidak bisa tidur malam ini, aku menoleh ke sahabatku yang tidur di kamar yang sama tapi bed berbeda.

Rupanya Rachel juga belum tidur, yang ku lihat cahaya dari ponsel menerpa wajahnya.

"Belum tidur Chel?"

"Jam tidurku lewat, jadi agak susah tidurnya."

"Ntar sakit kepala loh kalau kurang tidur."

"Harusnya memang kita gak perlu tidur malam ini." Samatha nimbrung.

"Lo mau ngapain nggak tidur?" Sahutku.

"Kapan lagi kita sekamar kayak gini."

"Jadi kepengen ricuh sampai pagi ya Sam." Ujar Rachel.

"Pengen puasin aja ngobrol sama kalian."

"Ngobrol apaan sih, gue denger lo jadi takut." Ucap Rachel.

"Takut kenapa?" Tanyaku.

"Ya dari tadi ucapan lo nggak biasanya, lo mana pernah nge-bokis moment makan malam tadi bikin tamu lo mewek, sekarang pengen ngobrol sampai pagi kayak nggak ada waktu besok, gue takut aja lo lebih dulu beda alam Sam." Ucap Rachel.

"Amit-amit ya Chel." Kesal Samatha sambil melempar bantal ke Rachel.
Sedangkan aku memukul bantal sambil tertawa, dasar Rachel ya kadang-kadang.

"Lo ya, gue cuma ungkapin perasaan gue ke kalian, nggak seneng apa gue sayang kalian banyak-banyak."

"Yang jago quotes itu Restu, bukan lo."

"Emang Restu jago merangkai kata."

"Wah belum tau dia, katanya sayang kita banyak-banyak, tapi nggak tau Restu punya 9 novel di Wattpad."

"Apaan sih Chel, nggak usah promote." Protes ku.

"Ya harus dong, ini saran dari reader's setia lo."

"Serius, Res lo bakat banget rupanya."

"Restu itu nggak bisa di pisahin dari Wattpad dan K-Pop." Rachel masih mereview diriku

"Ya, BTS and Wattpad for my mental health." Jawabku

"Sam lo tau nggak, saking pintarnya Restu merangkai kata, Restu pernah send teks for me, kata-katanya itu sampai buat gue nangis kejer."

"Kayaknya itu nggak perlu di bahas deh Chel." Protesku sekali lagi.

"Terus-terus Chel, apa katanya." Samatha penasaran

"Teksnya panjang, tapi poinnya, Restu bilang, dek gue sayang, gue cinta banget sama lo, lo itu berharga, gue bakal jagain lo."

"Ehm... So sweet banget." Seru Samatha

"Ucapan kayak gitu saat kita bener-bener down, siapa yang nggak melting?" Ucap Rachel lagi.

"Kalau dia kirim pesan ke lo, kenapa ke gue nggak pernah, kadang balas chat gue kayaknya juga nggak niat, iri banget gue sama lo Chel." Protes Samatha.

"Aish... Kenapa itu jadi persoalan, kadang teks dan ucapan tidak penting yang penting itu kalian tau gue sayang." Jawabku.

"Oh, nggak lo nggak boleh berat sebelah."

"Sorry, I'm anti romantic."

Aku semakin frustasi. Oke, gue mungkin pawang dalam hal merangkai kata, tapi untuk mengekspresikan perasaanku pada seseorang itu sulit.

"Samatha, aku sayang, cinta banget sama lo, gue beruntung bisa sahabatan sama lo." Ups, terpaksa banget rasanya.

"Cieee." Ledek Rachel

Samatha bangkit dari ranjang lalu menghampiriku kemudian mendekap dan mencium pipiku, ciuman dan pelukan darinya sudah biasa tapi kali ini kok gue tertekan.

"Itu bakal jadi kado terindah buat gue tahun ini."

Untung penerangan di kamar tidak terang sehingga mereka tak perlu melihat wajahku yang ku yakin memerah. Samatha kembali ke ranjang tempatnya tidur bersama Rachel.

"Rasanya sampai kapanpun gue mau sekamar sama kalian."

"Iya, kita sekamar aja bahkan sampai lo nikah." Usulku.

"Kalau kita sekamar, suami lo nanti tidur di mana." Tanya Rachel realistis.

"Suami bisa di sebelah kanan, kalian disebelah kiri, gue di tengah, nanti gue pesan bed yang besar yang cukup nampung kita."

"Kalau kita tidur sekamar habis lo nikah, kapan lo ep-ep."

Aku tertawa mendengar ke usilan Rachel ini asli definisi menistakan kakak tertua.

"Dasar lo ya, otak lo bekerja sehat."
Kesal Samatha.

"Rachel, itu bukan didikan gue ya, gue nggak mau otak polos lo ternodai." Seru ku, masih menahan tawa.

"Dasar bocah prik, tidur lo sana." Perintah Samatha.

Ada yang mendesak ku kembali ke toilet.

*

"Sam, lo tau nggak gue berusaha cerewet, cari bahan candaan."

"Nggak ngerti gue."

"Tadi gue jemput Restu, selama di jalan dia tuh diam aja, nggak biasanya ya kan biasanya dia paling hebring, gue khawatir kalau dia kayak gitu gara-gara mikirin pekerjaan."

"Gue juga mikir gitu, kasian udah berusaha keras cari kerja tapi nggak ada hasil."

Aku keluar toilet, mendengar suara bisik-bisik mereka, hanya saja kurang detail topik apa yang mereka bahas.

"Udah ya guys, saatnya tidur dan Rachel stop jadi biang rusuh." Perintahku

"Salahin terooos."

Pukul dua dini hari, kepalaku agak puyeng menahan tidur, aku mencoba terlelap. Ku lihat Samatha juga menarik selimut, sementara Rachel si bontot itu masih bermain ponsel. Ah, terserah aja dia mau ngapain.











ResumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang