10

15 0 0
                                    


"Kalau kamu tidak bekerja keras, tidak akan ada hasil-hasil yang baik."

Motto hidup J-Hope BTS

Saat ini aku tidak bekerja keras pada suatu bidang pekerjaan, tapi aku sudah bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan dan belum menunjukkan hasil. Aku duduk di tepi jendela menikmati secangkir kopi. Belum mendapat pekerjaan tapi masih banyak hal-hal lain yang patut ku syukuri. Ada rumah untuk kutinggali, pakaian layak dan bersih, masih mampu membeli makan, masih bernafas tanpa menggunakan tabung oksigen dan terlebih ada dua malaikat sebelah kananku malaikat Samatha dan kiri malaikat Rachel.

Sudah pukul 11 siang dua saudariku masih terlelap, aku juga sempat melanjutkan tidur usai sholat subuh.

Samatha seorang penganut Budha dan Rachel kristiani jadi mereka nggak perlu bangun untuk beribadah sepertiku, toleransi ke dua sahabatku itu patut ku acungi jempol Samatha sampai membeli mukenah untuk ku pakai di tempatnya.

Aku menyiapkan makanan untuk mereka sebelum aku meninggalkan apartemen, aku yakin mereka tidur seperti kebo hingga lewat tengah hari, jika bangun mereka akan lapar, lalu aku pergi tanpa pamit nggak mau mengganggu tidur.

Aku mengumpulkan keberanian menghubungi Pak Arsel, aku mengirim pesan padanya.

Me: Apa tawaran beberapa hari yang lalu masih berlaku.

Arsel: Siapa?

Oh, ya ampun ini pertama kali aku menghubunginya tapi tanpa mengetik namaku.

Me: Aku Restu orang yang pernah Bapak tolong dengan memberi tumpangan.

Arsel: Sure, kapan kita bertemu?"

Me: Sesempatnya Bapak saja.

Arsel: Malam nanti.

Me: Baiklah, apa ada persyaratan lain?

Arsel: Tentunya aku tidak butuh resume😉

***

Mungkin seharusnya aku tidak berpakaian se formal ini, cukup kaos dan jeans juga nggak masalah meeting dengan calon boss dimalam hari, aku tetap berpakaian rapi dengan kemeja dan kulot kami berbincang ringan. Cara mendapatkan pekerjaan kali ini berbeda lebih anti mainstream. Ternyata Pak Arsel cukup asyik, nggak apalah bekerja dengannya di coba.

Usai pertemuan dengan Pak Arsel, aku mendapat pesan WhatsApp dari Rachel.

Rachel: Otw gih ke majelis ladies-ladies di kafe biasa ya.

Dasar anak nongkrong, hang out lagi di traktir lagi sebenarnya berat sih tapi nggak apa-apa kalau mereka maksa. Lagian nggak lama lagi aku kerja ntar gantian aku yang traktir kalian.
Jarak kafe dari tempatku sekarang juga cukup dekat, sekalian kasi tau bahwa sebentar lagi aku bekerja.

Aku masuk ke kafe dan melihat tiga gadis dalam satu meja, Samatha dan Rachel satunya lagi aku masih samar hingga aku benar-benar mendekat ternyata Fani.

"Hi, udah lama?" Sapaku, aku melihat Fani menatapku dari atas sampai bawah.

"Nggak juga kok." Jawab Samatha.

"Lo pakaian gini habis pulang kerja." Tanya Fani

Aku hanya menggeleng, melihat Fani merespon kedatanganku perasaanku nggak enak.

"Tumben Fan ketemu disini."

Ia hanya menaikkan alis merespon ucapanku.

"Gue liat live kalian malam yang lalu, kayaknya seru, live tengah malam pakai bathdrobe gitu." Tukas Fani.

"Itu nggak di rencanain." Ucap Rachel

"Sam, lo nggak undang gue ke ulang tahun lo."

"Sorry Fan gue lupa, tapi next time gue undang lo."

Aku liat Fani memerhatikan benda di meja, tas Samatha dan Rachel, juga ponsel Samatha yang ia letakkan satu ponselnya, satunya lagi ia pegang dan berselancar, Rachel hanya sesekali menengok ke ponsel. Ia juga mencuri pandang melihat tasku.

"Guys, aku liat circle pertemanan kalian kayaknya pincang." Berbicara sambil menatapku.

Aku heran saja tatapannya padaku membuatku tidak nyaman.

"Maksud lo? Tanya Samatha.

"Aku liat Samatha dan Rachel branded semua, tapi.."

Dia terus melihatku dengan tatapan merendahkan.

"Oh, maaf gue nggak bermaksud." Fani melanjutkan ucapan.

Samatha yang tadi sibuk dengan satu ponselnya mendengar ucapan sarkas Fani ia meletakkan ponsel dan menatap Fani serius, sama dengan Rachel ia menyipitkan mata fokus pada Fani. Aku sendiri ah sudahlah sadar diri kok dari tadi.

"Circle persahabatan kita nggak bisa di nilai dari barang-barang branded."
Ujar Samatha.

"Sorry, tadi gue bercanda." Ucapnya kikuk melihat keseriusan Samatha dan Rachel.

"Nggak apa-apa Fan lo bebas berpendapat, sekarang hinaan di kemas rapi dalam sebuah candaan lagi trend di kalangan otak dangkal."

Ucap Rachel dengan tersenyum sinis, kedua sahabatku berada dalam mode sisterhood, membelaku dengan balasan telak, muka Fani jadi merah.

"Kita sering bersama di berbagai kesempatan, hang out, nginap bareng kalau lo mau gabung nggak apa-apa kok, tapi orang yang ingin berteman nggak boleh membedakan menyenangi salah satunya dan membenci yang lainnya." Ucapan Samatha membuat Fani tak berani menatap.

"Atau dari kemarin-kemarin kita nyaman aja bertiga." Terang Rachel.

"Ehm, kayaknya gue harus pulang, takut hujan. Oke guys gue pulang ya."

Fani melesat tanpa menoleh lagi. Aku? wow berhasil membalasnya tanpa melakukan apa-apa, aku senyum nggak tau aja dia aku punya malaikat Samatha dan Rachel, atau kakak dan adik perempuan yang mengawalku.

"Restu lo senyum, gue yang bete." Protes Rachel.

"Udah guys, dia tuh sebenarnya kepengen punya circle pertemanan tapi tanpa aku di dalamnya, hanya kalian berdua."

"Nggak butuh, dia bakal sulit menyesuaikan diri dengan kita yang super ngadi-ngadi." Ujar Rachel.

"Basecamp kita sudah full, bed di apartemen gue juga nggak muat nambah orang." Tambah Samatha.











ResumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang