Ketinggalan

1.3K 165 5
                                    

"Assalamualaikum anak anak papa." Tak ada sahutan.

Namun itu bukan masalah untuk Jeffrey Nicholas, terlampau biasa pulang dengan keadaan rumah kosong. Sebab 4 putra nya itu pulang antara sebelum atau setelah Ashar, kecuali jika ada salah satu dari mereka bolos sekolah.

Sedangkan ini masih pukul dua siang, kan sudah dikatakan sedari awal jikalau bapak Nicholas ini adalah pengusaha tergabut namun terkaya yang pernah ada.

Bapak Nicholas langsung naik ke atas, bukan pergi ke kamarnya melainkan ke kamar si bungsu. Mengambil setidaknya dua atau tiga Ice Cream untuk melelehkan pikirannya siang ini.

"Kayaknya gua juga kuduan beli kulkas pribadi buat di kamar, naro Ice Cream." Gumam Jeff.

Langkahnya Ia bawa keluar kamar Naufal, berjalan dengan gontai ke arah kamarnya dengan tangan yang masih memegang satu cup Ice Cream favorit Naufal. Tidak apa, kalau marah nanti dikirimkan satu dus.

Melempar tas nya ke sembarang arah, Jeff mulai duduk di meja kerjanya dan membuka laptop. Niat awal hendak rewatch MV Red Velvet, tapi sayangnya ada Email yang masuk dari sekertarisnya.

"Selamat bekerja, papa." Gumamnya pelan.

--

"Assalamualaikum, Papa! Koko pulang."

Tentu saja, Reyhan hafal betul bagaimana papanya. Meskipun memiliki perusahaan besar, Jeff adalah tipe manusia sibuk. Tapi ketika ada project besar, Presiden kalah sibuknya.

Langkahnya Ia bawa ke lantai atas, sama seperti Jeff yang langsung membawa langkahnya ke kamar si bungsu. Tau tau si Bungsu merajuk saja, Ice Creamnya kandas sebab member Nicholas.

"Aduh, gue sibuk banget." Monolog Reyhan seraya merebahkan diri di kasurnya Naufal, tangannya masih sibuk menyendokan Ice Cream ke mulutnya.

Yang kayak gini dia sebut sibuk.

"Malem ikut turun ga ya? Semoga aja papa lagi sibuk di kamarnya, jadi ngga tau pergerakan gue."

Sepertinya si sulung lupa bahwa Papanya itu punya banyak mata, atau memang sedang pura pura tidak tau.

Toh papa itu sebenarnya selalu mengizinkan, marahnya hanya formalitas. Kecuali ketika kalah dalam balapan atau pertempuran, baru Papa akan marah.

Katanya, masa jagoan Nicholas kalah.

Yakan gimana lagi, dalam pertandingan kan ada kalah ada menang. Kalau menang terus, kapan berlajarnya? Terus nanti malah timbul rasa sombong, sedangkan kita tidak boleh sombong.

Meskipun Reyhan selalu sombong, sih. "Gue anaknya Nicholas boy, tak kenal rasa takut."

Nanti disautin sama Jean "Kecuali ama hantu." Sialan emang.

---

"Yoo, nanti malem ditunggu. Ajak dah adek lo itu."

Tatapan Jean seketika tajam pada Eric, yang di tatap gelagapan sendiri. "M-maksudnya itu loh, si Haekal." Dan kemudian Eric bernafas dengan lega kala Jean sudah menetralkan ekspresinya.

"Yaudah, gue mau balik."

"Lah Jen? Masa gitu doang?" Si paling bongsor, Lucas bertanya heran.

Pasalnya Jean ini datang hanya untuk rapat membicarakan rencana nanti malam, tidak santai atau nongkrong dulu seperti dirinya dan yang lain.

Jean sendiri hanya mengangguk "Gua mau bicarain ini sama koko." Katanya, melirik beberapa teman kakaknya. Yakin sekali, mereka akan lupa memberikan rencana ini pada kakaknya.

Lucas mengangguk saja "Yoo, hati hati."

-

"KOKO!!!"

Nicholas FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang