Koko

1.4K 167 7
                                    

-- Typo's --

Menjadi sulung itu, menurut Naufal hebat. Mengapa? Sebab, yang menjadi sulung di keluarga Nicholas itu adalah Reyhan. Sangat cocok menjadi peran sulung, sangat cocok untuk menjadi kakak tertua.

Meskipun dalam ukuran badan cocoknya jadi bungsu.

Naufal sedari dulu slalu memperhatikan Reyhan, bagaimana Reyhan berbicara, bagaimana Reyhan tertawa, bagaimana Reyhan tersenyum, melukis atau melakukan sesuatu. Naufal slalu memperhatikan, Reyhan hebat menurut Naufal.

"Izin dulu sama koko, papa mah belakangan."

Kalimat di atas itu sudah seperti kewajiban atau tradisi tersendiri, intinya sebelum pada Papa harus sama Koko dulu. Biasanya kalau koko boleh, papa pun boleh.

Naufal juga terkadang merasa kagum ketika melihat bagaimana Reyhan memegang tanggung jawab, atas dirinya juga Jean dan Haekal. Yang selalu maju paling depan ketika di marahi papa, bertanggung jawab katanya.

"Maaf, pa. Reyhan belum bisa jaga Haekal juga ngawasin Jean. Dapurnya jadi berantakan deh, koko yang tanggung jawab disini, jadi koko sama adek adek koko yang beresin."

"Hukum koko aja, pa. Jangan Jean atau Haekal, mereka masih kecil."

"Nana ngga nakal, dia ngga ikutan."

Naufal masih ingat percakapan Reyhan dan juga Papa saat mereka berempat mengacau di dapur, menumpahkan banyak tepung hingga berceceran di lantai.

Endingnya Haekal terpeleset dan kakinya terkilir, membuat Haekal tidak bisa bermain lari larian dalam kurun waktu hampir dua Minggu.

Namun, Naufal juga pernah marah ketika Reyhan terus mengambil tanggung jawab atas kesalahan adik adiknya. Membuat Haekal dan Jean jadi ketergantungan atas Reyhan, kesalahan pun Reyhan lagi Reyhan lagi yang tanggung.

"Maaf, koko masih lalai ngawasin Jean."

"Maaf, koko masih kurang buat ngawasin Haekal."

"Maaf, koko belum bisa becus jaga Nana."

Membuat papa hanya menghela nafas saat itu, Naufal jadi kesal sendiri. Setiap kali Jean dan Haekal hendak mengakui kesalahan, selalu ada Reyhan yang menutupi hingga hukuman selalu jatuh padanya.

Dulu, sebelum Naufal sebal.

"Koko, kalau misalnya abang sama si aa nakal biarin aja. Jangan sama koko terus, koko diem doang disalahin kan ngga bagus. Biarin mereka belajar tanggung jawab juga, koko udah cukup kok. Koko udah jadi koko yang baik, koko udah hebat. Mereka nya aja yang nakal, nana nya aja yang nakal."

Kalau tidak salah, ini ketika Naufal berumur 12 tahun. Jadi, sejak saat itu Reyhan mulai memberikan tanggung jawab atas kesalahan adik adiknya pada adiknya sendiri. Reyhan hanya mengawasi, dan memberi nasihat secukupnya.

Reyhan itu, sempurna menurut Naufal.

Abang yang tegas, dan lembut disaat yang bersamaan. Kagum, selalu. Pengertian, dan memiliki bahu yang cukup tegap untuk menanggung tanggung jawab sebagai sulung.

Jadi sulung itu hebat, pandai menutupi sakitnya sendiri. Selalu kuat dihadapan adik, dihadapan keluarga, tidak diungkapkan dan di pendam sendiri. Tidak baik, tapi tetap hebat masih tetap bisa bertahan.

Reyhan itu hebat, si sulung yang keren.

"Pusing ulangan?"

"Iya, dikit."

Reyhan tertawa, kemudian beranjak berjalan ke arah kulkas mengambil minuman dingin. Diberikannya pada si bungsu dengan senyuman, membuat Naufal memekik senang.

Nicholas FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang