Protect

1.5K 188 11
                                    

--

--

Naufal menghisap nikotinnya dengan santai, sejujurnya di arah jam 3 Jean sudah menatapnya tajam dengan Reyhan —yg sepertinya tengah menenangkan emosi sang ketua Antariksa.

"Abang lo, ngeliatin lo terus." Naufal mengangkat bahunya tidak peduli, Ia masih sibuk menunggu dua bintang yang kini tengah bertempur di arena, untuk sampai ke garis finish.

Tatapannya begitu datar, berbeda dengan kemarin yang dimana Ia sangat amat menggemaskan dengan hoddie dan mainan kinderjoynya. Reyhan sendiri bahkan sampai tak mengenali, ini terlalu membuatnya terkejut.

Dan lebih terkejut lagi tentang anak anak Nevers yang tiba tiba membuka identitas, menunjukan wajah aslinya bahkan tak tanggung-tanggung hingga pada Panglima, tangan kanan, dan ketua.

"Cari tau tentang Nita."

"Ayamnya abang lo?"

Pletak!!

Naufal melempar korek pada kepala Yanuar, wakil ketua Nevers itu sempat meringis sebelum memungut korek tersebut dan memakainya untuk menyalakan sebatang sigaret magnum.

"Oh, mantannya abang lo yang digamonin itu?" Naufal mengangguk, "Jadi dia yang waktu itu bikin Jean salah gunain kekuasaan, sebab terlalu bucin?"

"Iya, sebenernya anggotanya bikin onar mulu sebab dendam kan sama Jean perkara seenaknya menggunakan kekuasaan." Surya menambahkan, dia yang paling tau masalah internal Antariksa.

Sebab dahulu dia adalah salah satu petinggi Antariksa, yang sengaja dikeluarkan perkara fitnah setan Nita sang mantan si Abang kulinya (Read : Jean).

"Alasan kita buka identitas?"

"Sweet 18 and 19, dude. Beli apa aja, Faisal yang bayar." Ucap Naufal disana, Felix serta Surya terbahak atas ucapan Naufal membuat Yanuar serta Adrian dan Bowo yang sedari tadi menyimak bingung sendiri.

"Konteks?"

"Menang balapan." Dan benar, benerapa second berikutnya, motor Faisal melaju 4 detik lebih cepat dari Haekal.

---

"Dek."

Langkah Naufal terhenti, pukul 1 malam mereka sampai dirumah yang hening. Mereka berani pulang pukul segini juga sebab tuan besar sedang tidak ada, maka dari itu mereka tak takut pulang diatas jam 12.

Langkah kaki yang cepat mengarah di belakangnya, namun sepertinya berhasil ditahan oleh seseorang yang Ia yakini adalah si tertua.

"Jangan pake emosi, kita lebih bejad dari yang dibayangkan bahkan jauh dibawah dari umur adek kita sekarang."

Naufal membalikan tubuhnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam sakunya, tatapan ketiga kakaknya sungguh menusuk dengan wajah yang menahan emosi. Berhasil membuat Naufal terkekeh, merasa lucu dan puas atas reaksi ketiganya.

"Mau mukul? Sini." Naufal menantang, mengetuk rahangnya dengan satu jari telunjuk.

"Gua udah bilang jangan ikutan Felix, dek."

Nicholas FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang