--
---
Naufal selalu merasa cukup, memiliki Papa yang pengertian meskipun selalu mencuri ice cream nya atau selalu berbicara dengan rumput seperti pengangguran.
Naufal juga merasa cukup, memiliki Reyhan sebagai sulung yang pengertian dan baik hati, meskipun kesabarannya lebih tipis dari tisu di bagi 10.
Memiliki Jean sebagai abang yang selalu berusaha menuruti apa yang dia inginkan, meskipun terkadang otak abangnya itu menjadi sedikit lebih sableng jika sedang gabut.
Atau memiliki Haekal sebagai kakak yang selalu menemaninya entah bermain atau melakukan segala sesuatu hal, meskipun terkadang tingkahnya diluar atmosfer.
Naufal senang, Naufal merasa cukup. Mereka semua menyayangi Naufal dengan sangat amat tulus, bahkan Naufal yakin jika sayang mereka padanya lebih daripada mereka menyayangi dirinya sendiri.
Naufal sadar, dia bagaikan segalanya dibandingkan apapun oleh keluarga Nicholas.
Pernah suatu hari, ketika itu Ia pergi membeli buku bersama sang papa. Papa masuk ke deretan majalah juga buku motivasi, sedangkan Naufal melipir ke rak komik yang katanya mau dibeli Minggu lalu tapi kehabisan.
Saat itu Naufal duduk di lantai dengan buku komik di tangannya, serius sekali membaca sehingga papa hanya bisa tersenyum menatap dari ujung rak.
Ada seorang staff membawa 4 tumpuk kardus berisikan buku buku, awalnya biasa saja tetapi ketika hendak melewati Naufal kotak yang paling atas itu oleng sebab si staff itu tersandung kaki sendiri.
Sehingga dengan cepat Papa melempar handphone mahal ditangannya untuk berlari menghampiri Naufal, dua kotak isi buku buku yang hampir mengenai Naufal malah menjadi mengenai Jeffrey.
Naufal mendongak, menatap raut wajah sang papa yang menahan sakit namun tetap tersenyum. "Adek ngga apa apa?"
Balasan Naufal hanyalah anggukan.
"Bawa barangnya bisa hati hati? Kamu hampir ngenain anak saya tadi."
Staffnya menunduk, menuai perhatian dari sekitar. "M-maaf, pak. A-anu, saya kagok bawa barang berat terus kaki anak bapak ngalang-"
"Kalaupun semisalnya anak saya yang salah ketika dia nabrak meja, yang saya salahkan bukan anak saya tetapi meja nya. Apalagi kamu, manusia. Mau anak saya atau buku yg kamu bawa berat, kamu yang akan tetap saya salahkan."
Lalu dengan cepat Naufal akan membawa papanya pergi dari sana, bahkan sang papa tak peduli handphonenya hampir rusak. Dengan santai mencabut kartu memori dan kartu SIM, lalu HP Iphone 14 Pro Max itu dibuang oleh Jeffrey.
"Kok dibuang gitu aja sih pa?"
"Ya ngga apa, semua kontak di SIM. Semua file juga foto foto anak papa ada di kartu memori semua." Jawabnya enteng kala itu.
Tapi, di balik rasa cukup itu ada rasa iri yang terkadang membuat Naufal merasa tak enak hati. Naufal selalu merasa dirinya ini tertinggal, dirinya tak begitu berguna.
Naufal itu tak sepintar Koko, Naufal juga tak hebat seperti Jean, Naufal juga tidak sebersinar Haekal. Naufal adalah Naufal, sosok introvert yang keberadaanya terkadang tidak disadari oleh sekitar.
Mungkin Naufal mendapatkan hak istimewa di hati Nicholas, mendapatkan tempat yang istimewa dalam keluarga Nicholas, itu lebih dari cukup. Namun, Naufal juga merasa ada belenggu tak kasat mata yang terikat di lehernya.
Naufal ingin menjadi seperti ketiga kakaknya, yang bebas melakukan apapun tanpa dilarang ini itu. Jiwa Naufal sekarang tengah berjalan dalam banyaknya kebohongan, juga skenario palsu yang Naufal rancang untuk kebebasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicholas Family
Short StoryIni adalah keluarga Nicholas, dengan si bungsu sebagai tahta tertinggi per Nicholas-an.