-- Typo's --
---
Haekal tak pernah merasa sepenasaran ini, dan Haekal juga merasa terkejut ketika datang ke sirkuit yang dijanjikan 60% disana dipenuhi oleh anak anak Never. Ciri khas motor mereka terlihat menonjol dengan berwarna hitam dicampur warna putih, bahkan Reyhan juga Jean pun sama terkejutnya.
"Gua ngga ekspek bakal serame ini, tau gini gua bawa beberapa anak Antariksa." Kata Jean disana.
Menggenggam tangan Naufal agar bocah ini tidak hilang, Naufal memaksa ingin ikut katanya bosan di rumah Papa tidak ada. Jadinya dengan pasrah mereka menuruti kemauan si bungsu, Naufal terlihat seperti bocah hilang dengan menggunakan sweater hadiah dari Jean.
Lagipula siapa yang berani mendekati adik kesayang Antariksa? Jean terlalu hiperbola, fikir beberapa anak Antariksa yang ikut disana.
Suasana sirkuit malam ini terlihat ramai, mungkin sebab nama Never yang terkenal karena kerahasiaannya itu tiba tiba muncul kepermukaan, menantang Tangan kanan si Panglima Antariksa yang terkenal atas keganasannya.
Beberapa inti Antariksa duduk disalah satu meja yang sudah disiapkan, enam pemuda sangar dan satu bocah TK yang masih sibuk menyusun mainan dari Kinderjoynya itu. Bahkan beberapa anak Never pun sempat melirik heran pada bocah satu itu, betul, Naufal.
"Lo jangan panik ya kal, menang atau kalah itu bukanlah suatu dosa."
"Tapi harga diri, bang?"
Jean mengehela nafas lelah, "Ngga apa apa, lo ngga perlu menang tapi yang penting lo lakuin yang terbaik dan sebisa lo."
"Tapi gue yakin lo ngga akan menang, kal." Haekal menyikut Reyhan dengan ganas, membuat Reyhan meringis namun tak urung untuk Ia tertawa.
"Jangan malu kalah a, malu itu kalau aa kabur atau lari buat jadi pengecut." Naufal membuka suara, kini tengah memakan kinderjoy nya dengan tenang, Reyhan yang gemas bahkan sampai mengusap rambut si bungsu.
Naufal hanya pasrah, tidak mau ambil pusing dengan reaksi teman temannya itu, atau teman teman abangnya. Kepalang biasa menjadi pusat perhatian, Naufal jadi terbiasa pula untuk abai.
"Lo emang tau siapa tangan kanan Never?"
Jean menggeleng, "Gue ngga pernah tau, bahkan beberapa senior kita pun ngga tau sama sekali siapa mereka. Mereka kalau turun pun pakaiannya tertutup, identitas mereka pun sulit di dapat, anggotanya terlalu setia."
Iyalah, setia. Jadi pengkhianat berarti siap mati.
"Apakah mereka itu bertubuh tinggi besar?" Reyhan menebak, Haekal tertawa kecil.
Kemudian Ia menggeleng pelan seraya menghisap rokoknya, meskipun tatapan Jean mengisyaratkan untuk tidak merokok di hadapan Naufal, Haekal sedikit tidak peduli. Asal asapnya tidak terkena Naufal, itu aman.
"Mereka bakal ganteng ganteng ga?" Tanya Hendra yang sedari tadi diam, bahkan Marka dan Juna pun diam saja.
Jean menggeleng, "Ngga ada yang lebih ganteng dari gua." Terserah mereka saja.
"Yooo, apa kabar?"
"Lo ngapain disini lix?"
Felix hanya tersenyum kecil, "Halo dedek Naufal." Namun balasan Naufal ada lemparan korek, untung Felix bisa menepisnya.
"Kan katanya ada balapan antara Never sama Antariksa, gimana sih."
"Ohh, penasaran ya lo?"
Felix hanya terkekeh samar atas jawaban Hendra, "Gua beneran masih penasaran sama itu anak anak inti Never." Hendra kembali berujar.
"Gue kenal sama ketuanya Never."
"Serius lo lix?!" Marka penasaran, Felix mengangguk dengan begitu antusias.
"Kenal banget malahan, kalian mau tau ga dia kayak apa?"
"Kayak apa kayak apa?"
Felix melirik pada Naufal yang diam saja, seperti tidak peduli sekitar dan hanya fokus pada mainan bocah yang mahalnya bikin ibu ibu sebal luar biasa.
"Dia punya senyum yang manis, hobi dia itu ngerokok dan kalau dia kesel dia bakal lampiasin emosinya buat berantem sama salah satu anggotanya. Tapi itu juga itung itung ngelatih para anggotanya, dia tinggi tapi ngga tinggi tinggi amat."
Lagi, Felix melirik pada Naufal juga beberapa anak Never "Tatapan dia bisa bikin nyali siapapun menciut, dia ngga banyak bacot tapi kalau ngelawak bikin kita semua ketawa karena humornya. Intinya, dia serem tapi juga manis di saat yang bersamaan."
Hyunjin tersenyum-senyum sendiri ketika mendengar suara Felix yang bisa kedengaran sampai anak anak Never, Felix sendiri tak peduli dan fokus pada anak inti Antariksa yang terlihat tertarik dan menyimak.
"Ohh, jadi kapan taruhan ini dimulai?"
"Sekarang." Ini yang menyahut salah satu panitia yang ada disana.
Jean mengangguk, lalu melirik pada Haekal untuk mengkode agar Haekal segera bersiap. Haekal sejujurnya sedikit gugup, dengan Jean dan Reyhan saja dia kalah, ini malah ditawari tanding dengan tangan kanan geng motor besar.
Haekal ingin menyerah saja, tapi dia bukanlah seorang pengecut. Benar apa kata Naufal, malu itu bukan kalah, tapi bersifat seperti pecundang dengan lari dari masalah.
Haekal melirik pada Reyhan, "Gua gugup."
Reyhan mengangguk kecil, menepuk pundak sang adik dengan lembut "Rilex, menang ngga menang lo bakalan tetep menang di Antariksa juga di Nicholas." Ucapnya dengan senyum hangat.
Haekal mengangguk, dia naik ke atas motornya dan melajukan motornya menuju garis start di arena yang sudah di siapkan. Jean dan Reyhan masih setia memantau, bahkan Naufal pun rela beralih dari mainannya untuk menatap ke arahnya.
"Tunggu sebentar, lawannya belum masuk."
Lalu, masuklah motor sport putih dengan beberapa tempelan sticker hitam juga logo Never. Hanya memakai kaus juga celana jeans, Haekal mengerutkan dahinya ketika merasa kenal dengan lawannya ini.
Dan ketika helm hitam putih itu dibuka, ada cengiran Felix yang membuat beberapa anak Antariksa termasuk Jean dan Reyhan terkejut.
"L-lo?"
"Iya, gua tangan kanannya panglima Never. Ayo?"
Haekal memasang ekspresi terkejut, sempat mencuri pandang ke arah Jean dan Reyhan yang ternyata mereka pun sama terkejutnya.
"Jangan takut kalah bang, karena gua sendiri pun ngga jago masalah balapan." Ujar Felix disana, tatapan tajamnya Ia arahkan ke depan.
Senyum miring tercetak jelas disana, "Gua cuman mau nurutin apa kata si ketua, dan gua sebagai Never ngga pernah menentang permintaan sang ketua." Lalu tangannya dengan cepat menurunkan kaca helmnya.
Haekal pun turut melakukan hal yang sama, lalu ketika hitungan mundur di serukan oleh wanita berpakaian minim, juga suara tembakan pistol di lepaskan ke udara, kedua motor itu melesat begitu cepat untuk sama sama sampai ke garis finish lebih dulu agar menang.
Reyhan melirik ke arah Felix "Kamu tau kalau dia anak Never?"
Naufal melirik, "Ngge begitu, dan ngga peduli."
"Jangan ikut ikut Felix, dek."
Jawaban Naufal hanyalah tawa kecil.
---
Bersambung...
Agak freak cerita ini tuh serius, wkwkwk. Kangen?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicholas Family
Short StoryIni adalah keluarga Nicholas, dengan si bungsu sebagai tahta tertinggi per Nicholas-an.