"Aku tidak mau tahu, cepat siapkan pesawat lain!" teriak Jane histeris pada penjaga yang ditugaskan Jisoo menjaganya.
Bagaimana Jane tidak histeris saat melihat siaran news bahwa jet pribadi yang ditumpangi suaminya meledak akibat bom bunuh diri dari co pilot, dunianya seakan runtuh mendengarnya. Mengingat malam sebelumnya dimana mereka masih bersenda gurau membahas masa depan saat anak mereka lahir namun harus terbentur dengan kenyataan yang di dengarnya dari layar digital pipih tersebut, belum ada kabar bagaimana kondisi sang suami tetapi menurut news hampir seluruh badan kapal terbang hancur di atas awang.
Jane menata barang bawaannya seadanya, ia akan berangkat bersama sang ibu mertua dimana wanita paruh baya tersebut juga shock berat mendengar kondisi jet pribadi putrinya.
Dua limosin hitam berkecepatan cukup kencang melaju di sepanjang jalan menuju bandara, pagar pemberhentian di buat di sepanjang jalur untuk memperlancar kedua limosin membelah kepadatan lalu lintas. Para polisi lalu lintas sudah di beritahu setengah jam sebelumnya bahwa keluarga dari orang penting di Amerika akan menggunakan akses VIP, sebuah keistimewaan yang bisa mengosongkan suatu area untuk kepentingan pribadi. Dua wanita dalam dua kuda besi keluar bersamaan saat tiba di bandara, mereka memakai dua jet pribadi yang berbeda dengan pemeriksaan yang lebih ketat dari sebelumnya agar kejadian beberapa jam yang lalu tidak terulang.
Dua jet mulai melesat menuju Spanyol, negara terakhir sebelum jet pribadi meledak.
"Mari saya antar, lewat sini nyonya besar, nona Jane." ucap pria dengan jas hitam.
Dua wanita dengan raut wajah khawatir sudah tidak bisa disembunyikan bahkan wanita hamil tersebut sudah mengalirkan air matanya.
Ceklek!
"Jisoo..." ucap kedua wanita saat melihat tubuh pucat Jisoo penuh dengan darah.
Beberapa jam sebelum kecelakaan.
"Ada penghianat di kursi co pilot, bos." bisik pengawal Jisoo.
"Apa yang dia lakukan?" Jisoo meletakkan dokumen yang ia baca.
"Ia memasang bom di tubuhnya, kami telah menyuruh tim pelacak mencari siapa yang mengirimnya." ucap sang pengawal.
"Aku yakin dia akan melakukannya saat di atas samudra, siapkan peralatan. Kita akan melakukan operasi sebelum selesai melewati perairan." Jisoo berdiri dari duduknya, ia mengcopy seluruh data penting pada flashdisk nya lalu ia kalungkan dan memasukkannya pada setelannya.
Dan benar saja beberapa detik setelah ia dan para pengawalnya meluncur dengan parasut saat sudah mendekati daratan dengan diam-diam, burung besi tersebut meledak.
Jane menubruk tubuh penuh darah Jisoo tanpa memperdulikan para dokter dan suster yang masih mengobatinya, sebenarnya ia tak diperbolehkan untuk masuk oleh suster tadi tetapi ia memberontak hingga lolos.
"Ugh! sweety, tunggu di luar okey? biarkan dokter membersihkannya dulu, lihat bajumu terkena darah." ucap Jisoo mengelus tangan istrinya.
Akhirnya Jane dan sang mertua keluar dari ruangan UGD.
Setelah menunggu satu jam lebih akhirnya Jisoo dipindahkan ke ruang rawat, yang tentu saja VVIP. Jane sedang menggenggam tangan Jisoo yang tidak di infus, sang empunya tengah tertidur akibat pengaruh obat sedangkan sang mertua sedang menelepon ayah Jisoo. Jane masih meneteskan air matanya, ia bahagia bahwa suaminya masih bisa selamat dari tragedi maut tersebut.
.
.
.
"Sudah bos, kami membawanya di markas." ucap anak buah Jisoo di seberang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories (JITOP)
Short StoryCERITA INI HANYA FIKTIF. Ditulis pas ada ide datang, satu cerita terdiri dari beberapa chapter. ⚠️🔞 Cerita mengandung LGBT, gender bender, transsexual, kekerasan, adegan dewasa, kata kasar, dan hal-hal yang tidak pantas untuk anak di bawah umur.Yan...