Bae Joohyun, seorang mahasiswa jurusan bisnis yang lulus dengan nilai terbaik di kelasnya. Setelah lulus ia sering keluar masuk perusahaan karena merasa tidak nyaman dengan para atasan yang selalu meminta waktu pribadinya, alasan paling sering adalah jika dirinya ingin lulus kontrak magang maka harus mau tidur dengan para pria perut buncit yang menjadi atasannya. Tentu saja ia tidak mau dan berakhir harus mencari pekerjaan lain, namun ia terlalu sering menghadapi masalah yang sama karena memang wajah cantik dan kulit putihnya tidak mungkin bisa ditolak oleh para bajingan kantor tersebut.
Joohyun tengah menggulir laman web lowongan pekerjaan dan bibirnya tersenyum, ia menemukan pekerjaan yang sepertinya sesuai untuknya. Langsung saja ia mendaftar.
Tiga hari setelah mendaftar ia mendapatkan email masuk untuk melakukan interview, disinilah ia berada, di depan rumah mewah dengan gerbang tinggi.
"Ayo jangan grogi, lakukan seperti interview biasanya." gumam Joohyun.
"Maaf anda cari siapa nona?" tanya seorang security.
"Ah saya mendapat panggilan interview dari nyonya Jennie." jawab Joohyun gugup.
"Oh guru privat baru, mari masuk nyonya sudah menunggu." security menuntun ke arah pintu utama.
Tok tok tok
"Permisi?" ucap Irene mengetuk pintu bercat coklat.
"Masuk." ucap seseorang dari dalam pintu.
"Bae Joohyun-ssi?" sapa seseorang dari sofa.
"Ah annyeong haseyo Bae Joohyun imnida, saya yang mendaftar guru privat." perkenalan Joohyun.
"Silahkan duduk Joohyun-ssi." ucap Jennie.
Jennie menjelaskan kenapa bayarannya sebagai guru privat untuk anaknya cukup tinggi, dan hal tersebut tidak membuat Joohyun keberatan. Mereka menandatangani kontrak untuk pekerjaan baru Joohyun sebagai private teacher.
Hari pertama mengajar Joohyun sangat bersemangat mengingat ini pekerjaan pertamanya menjadi guru privat, ia akan mengajar selama 3 kali dalam seminggu dan pelajarannya masih taraf sekolah menengah atas. Joohyun mengekor Jennie menuju ruang belajar anaknya, saat memasuki ruangan bercat gading dengan fasilitas lengkap bahkan ada proyektor dan alat lainnya, ruangan besar ini bahkan memiliki toilet dan sepertinya sebuah lab kecil, ada sebuah piano di pojok ruangan, dan lemari buku di pojok lainnya.
"Nak kenalkan ini Joohyun songsaenim, ia akan mengajarmu mulai sekarang." ucap Jennie mengelus kepala belakang anaknya.
"Mom aku tidak mau belajar, aku mau bermain!" ucap gadis cantik dengan rambut sepinggang.
"Nanti mommy belikan mainan kalo Jisoo mau belajar ya?" bujuk Jennie.
"Benar ya, mainan lego yang besar itu!" ucap Jisoo semangat.
"Iya nanti di beliin daddy pas pulang, sekarang belajar dulu oke?" ucap Jennie mengecup kepala anaknya.
"Saya tinggal dulu ya songsaenim, saya ada urusan di luar." Jennie meninggalkan ruangan.
"Halo Jisoo, aku Joohyun. Mari bermain bersama?" Joohyun mencoba mendekati Jisoo.
"Ssaem cantik, kalau begitu Jisoo mau belajar." Jisoo berjalan ke arah mejanya, ia duduk tegak.
"Nah sekarang buka bukunya." Joohyun mulai mengajar.
Jisoo sebenarnya anak yang pintar dan cerdas namun karena sindrom yang dimiliknya membuatnya seperti anak kecil dibanding usianya, gadis itu berusia 18 tahun namun bersikap seperti anak sekolah dasar yang kalau makan disuapin dan mandi di mandiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories (JITOP)
Cerita PendekCERITA INI HANYA FIKTIF. Ditulis pas ada ide datang, satu cerita terdiri dari beberapa chapter. ⚠️🔞 Cerita mengandung LGBT, gender bender, transsexual, kekerasan, adegan dewasa, kata kasar, dan hal-hal yang tidak pantas untuk anak di bawah umur.Yan...