"Apa kau mengenal pelajar kemarin Irene-a?" tanya salah satu rekan kerja Irene.
"Oh tidak, aku hanya merasa harus membantunya." ucap Irene tengah memeriksa data di komputer.
"Waah apa kau tertarik dengannya, lalu bagaimana dengan Seulgi eonni?" tanya rekannya lagi.
"Aigoo jangan membahas masa lalu Yeri-a, dia bahkan dua kali menyelingkuhi ku." ucap Irene datar.
"Baiklah-baiklah, jadi apa kau benar tertarik dengan anak di bawah umur?" Yeri penasaran, ia tahu orientasi seksual temannya berbeda.
"Dia berusia 21 tahun Yeri-a!" kesal Irene, ia tak mau di cap pedofil karena tertarik dengan seorang pelajar.
"Tapi dia memakai seragam high school, bagaimana dia berusia 21 tahun?" kaget Yeri.
"Aku juga tidak tahu, aku melihat dari datanya kemarin." Irene menyelesaikan shiftnya.
"Aku pulang duluan!" lanjut Irene menenteng tasnya.
Irene pov.
Jujur saat Jisoo memasuki ruang UGD aku terpesona dengan wajah paripurna gadis tersebut, meski dengan wajah pucat dan beberapa luka yang menghiasinya tetap saja tak menutupi keindahan wajahnya. Ketika melihat bekas luka sayatan di pergelangan tangannya aku penasaran akan alasan gadis muda tersebut melakukannya, hal apa yang menimpanya, dan bagaimana perasaannya. Gadis itu di larikan ke UGD pada jam 10 malam dan baru sadar pada subuh keesokan harinya, saat sadar alih-alih menanyakan keadaan dirinya sendiri namun ia bersih keras untuk pulang. Tindakannya yang mencopot selang infus hingga membuat darah di nadinya menetes membuatku mengernyit heran, aku keluar dari balik dinding kaca menawarkannya pulang dan menutup punggung tangan putihnya dengan kasa.
Cantik namun dingin. Itu adalah first impression ku saat berbicara dengannya, selama perjalanan pulang dia tak berbicara apalagi setelah aku mengucapkan sesuatu yang mungkin menyinggungnya. Dia keluar begitu saja dari mobilku tanpa berucap, sedikit tak sopan namun aku malah mengikutinya karena khawatir. Bodohnya dia tahu aku mengikutinya, saat di depan pintu yang belum tertutup aku melihatnya tersenyum pada seorang anak kecil, sangat cantik sudut bibir yang tertarik itu.
Kejadian memalukan adalah saat aku tanpa sengaja melihatnya setengah naked, untuk seorang yang memiliki ketertarikan dengan perempuan membuatku reflek menutup mata lalu meneguk ludah. Dia sangat sexy meski dengan bekas luka. Ku rasakan diriku terhempas kencang, lalu benda dingin menembus kulit leherku. Kami beradu pandang, bukan karena jatuh cinta namun mata dinginnya menatapku seakan aku adalah musuhnya. Tubuhku benar-benar ketakutan saat kurasakan perih di leherku, namun beberapa detik kemudian dia tak lagi menindih ku.
Membayangkan apa yang terjadi kemarin membuatku merindukannya, aku berencana untuk menemuinya. Mobilku berhenti di bahu jalan kemarin, kakiku melangkah keluar namun berhenti saat melihat kerumunan di seberang jalan. Mungkin terjadi sebuah kecelakaan, insting dokterku mengatakan aku harus melihatnya.
Mataku membulat saat melihat gadis yang ku kenal memukuli seorang pria dengan membabi buta, pria tersebut bahkan sudah tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari hidungnya. Ku lihat gadis tersebut berdiri dan akan menginjak kepala sang pria, aku berlari memeluknya."Jisoo, jangan lakukan!" teriakku memeluk erat gadis yang tadi memukuli pria tadi.
"Hiks.. hiks.. d-dia membunuh Jihoon!" Jisoo kembali memberontak, aku yang memang tak bisa menandingi kekuatannya terjatuh ke aspal.
Apa tadi yang ku dengar, membunuh Jihoon? aku masih melihat anak manis tersebut kemarin sebelum pulang jadi bagaimana bisa terbunuh?
"Jisoo jangan, jangan lakukan hiks.." aku memeluk gadis itu lagi, mencoba menahannya agar tak berbuat yang akan membuatnya menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories (JITOP)
ContoCERITA INI HANYA FIKTIF. Ditulis pas ada ide datang, satu cerita terdiri dari beberapa chapter. ⚠️🔞 Cerita mengandung LGBT, gender bender, transsexual, kekerasan, adegan dewasa, kata kasar, dan hal-hal yang tidak pantas untuk anak di bawah umur.Yan...