MWE//10

64 2 0
                                    

Saat ini riuh ricuh suara dari para siswa yang kelaparan, karena posisi Naya dan Gladis sekarang sedang berada di kantin setelah melalui jam pertama, akhirnya diberi kebebasan istirahat selama 30 menit.

"Gla, gue mau minta pendapat lo" ucap Naya menyatukan kedua tangannya untuk menumpu dagunya layaknya sedang bersadar.

"Apa" tanya penasaran Gladis sambil menyuapkan baso kedalam mulutnya.

"Menurut lo aneh ga kalo misalnya gue ada rasa sama Elgar padahal baru beberapa hari bersama?" Ujar Naya serius.

"Hmm, gimana ya? Menurut gue sah sah aja sih, kan lo is.." mendengar akan ucapan kata terakhir dari Gladis, langsung saja Naya meletakkan jari telunjuk nya di bibir memberi peringatan.

"Oh ya lupa gue" cengir Gladis akan kecerobohannya yang hampir saja menyebutkan kata Istri di tengah kantin yang sedang ramai.

"Pikir gue sih juga gitu. Tapi.." Naya menggantungkan perkataannya lalu beralih mengubah raut muka menjadi cemberut.

"Tapi kenapa? Jangan sampai lo bilang insecure sama diri sendiri, gue gampar lo" asumsi Gladis karena menurutnya orang seperti Naya ini tidak patut untuk insecure, paras cantik, body standar, anggun, plus smart dalam segala aspek. Apalagi yang dia butuhkan kalo sampai insecure disaat sudah mendapatkan semua itu.

"Gak lah. Gue cuma mikir gimana kalo Elgar sebenarnya belum bisa lupain Alana? Secara lo tau kan dia sama Alana dulu gimana dekat nya" ucap Naya menghembus nafas berat.

"Gue takut kalo sampai gue ntar buka hati tapi gak ada balasan" lanjut Naya atas ucapan sebelumnya.

"Apa sih yang lo takut? Posisi lo sama Alana aja udah jauh beda. Masa lo mau kalah sama Alana yang cuma berstatus sebagai mantan Elgar, sementara lo berstatus lebih dari serius gini" sergah Gladis memberi dorongan pada Naya atas kebimbangannya itu.

Naya makin bingung menghadapi perasaannya sendiri bagaimana. Bukanya takut atau apa, tapi lawan Naya adalah dengan wanita yang pernah berkesan dalam hidup Elgar.

"Menurut gue biar lo lebih puas mending bicara empat mata deh sama Elgar langsung" Galadis menunjuk ke arah 5 orang anggota inti AMIKUS yang mendatangi meja mereka.

Elgar yang datang menepuk lembut dua kali kepala Naya, sontak Naya melihat ke arah sang suami lalu tersenyum hangat.

Elgar pun duduk di bangku sebelah sang istri, begitu juga dengan anggota lainnya mengambil tempat duduk masing masing di meja kantin tempat Gladis dan Naya berada.

Sementara Reynan duduk disamping kembarannya yang sedang menyantap semangkuk baso di hadapan.

Melihat Gladis yang kesusahan akan rambut terurainya, Reynan pun peka lalu mengikat sembarang rambut sang kembaran dengan ikat rambut yang selalu dia bawa kemana mana.

Dia sudah hafal akan sifat ceroboh Gladis yang suka ketinggalan barang penting, maka dari itu Reynan harus siap siaga dengan keperluan sang adik yang beda beberapa menit itu.

"Makasih Abang Ley" ucap Gladis pada Reynan sang kakak.

Reynan pun mengangguk lalu menghapus sejenak area mulut Gladis yang sedikit celemotan, Gladis pun tersenyum lalu melanjytkan makannya.

"Kenapa gak dimakan" tanya Elgar saat melihat baso Naya yang hampir tak tersentuh itu.

"Gak nafsu" ucap Naya sebenarnya karena memang adanya dia lagi tak nafsu makan.

Elgar pun mengambil alih sendok baso milik Naya lalu mengambil baso untuk disuapkan ke istri nya itu.

"Ga El, aku gak nafsu makan" tolak Naya saat Elgar hendak menyuapinya.

MARRIED WITH ELGARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang