5. Rumah Kasih Sayang

48 11 3
                                    

"Orang-orang di rumah ini emang bukan keluarga kandung kami semua, tapi di rumah ini, kami menemukan definisi rumah yang sebenarnya."
Ayudia

***

Haziq membiarkan Cenna terlebih dahulu memasuki halaman rumah yang luas dan tampak asri. Datang paling terakhir membuat langkah Cenna tergesa-gesa─dan perlu kalian ketahui, ini semua adalah kesalahan Cenna karena dirinya masih tidur ketika tadi Haziq menghampirinya.

Kata Cenna, biasanya ada pak satpam yang berjaga di dalam pos yang terletak di dekat pagar tinggi rumah tersebut, tetapi saat ini beliau tidak memunculkan batang hidungnya sehingga Cenna harus membuka pagarnya sendiri.

Sementara itu, Haziq tengah melajukan motornya perlahan-lahan memasuki halaman rumah tadi dengan sedikit terpaku. Cukup banyak berbagai jenis tanaman terjajar dengan rapi di sana, baik yang ditanam di dalam pot maupun secara langsung di tanah. Haziq rasa, bangunan ini akan lebih tepat disebut villa alih-alih rumah.

Dia lantas mempercepat gerakannya menyusul Cenna masuk. Semua kawan-kawannya tampak sudah berkumpul di ruang tengah bersama anak-anak Kasih Sayang. Kemudian, lagi dan lagi, Haziq dibuat terpaku di tempatnya menyaksikan bagaimana seluruh sisi rumah ini diramaikan oleh anak kecil. Dia menyaksikan anak-anak itu tengah bercanda bahkan berlarian di lantai dasar rumah yang luas bersama Rafisqy, Jaiz, Jofi, dan Jisan. Sedangkan Cenna dan Mannan berada di area meja dapur untuk menyiapkan makanan, membantu Sabina, Jasmine, serta Azalea.

"Eh, ada satu lagi kakak baru kalian yang baru datang, nih." Jisan beringsut mendekat pada Haziq. Bagaikan sedang menghipnotis, anak-anak yang sebelumnya menyebar lantas putar balik hanya untuk membuntuti Jisan.

"Itu namanya siapa?"

"Siapa, ya? Coba, kakaknya ditanya namanya siapa, biar kita kenalan dulu," balas Rafisqy, yang tubuhnya tiba-tiba disandari seorang anak dengan manja untuk berbisik, menanyakan namanya.

"Kak! Namanya siapa?"

"Ayo kenalan, Kak!"

"Temannya Kak Bina sama Kak Cenna ganteng-ganteng, deh!"

Celetukan-celetukan tersebut berhasil membuat Haziq menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum. Dia lalu berlutut untuk menyejajarkan tingginya dengan tinggi rata-rata anak-anak di sana yang tengah mengerumuninya. "Halo, semuanya. Nama aku Haziq," ujarnya, melambaikan tangan dan sontak menyeringai ketika seorang anak yang lain malah membalas lambaian tangannya dengan ber-tos.

"Namanya Kak Haziq?"

"Iya."

"Susah namanya."

"Kata aku mah, susahan nama kakak yang itu."

Rafisqy yang merasa dibicarakan, karena kedua anak yang berdiri agak jauh darinya melirik ke arahnya, langsung terkekeh. "Aku? Coba, namaku tadi siapa?"

"Kak Rafis!!"

Laki-laki itu mengangguk beberapa kali. "Iya deh, boleh panggil Kak Rafis aja, biar lebih gampang."

"Nah, karena kakak-kakak baru kalian udah datang semua, kita duduk bareng-bareng di sini, yuk. Ada yang masih di atas nggak, ya?" Sabina berjalan mendekati kerumunan di ruang tengah tersebut. Sebagian anak-anak yang sebelumnya berkeliaran setelah berkenalan dengan Haziq pun sontak kembali bergabung.

"Kak Ayu sama Kak Dhara, Kak."

Sabina mengangguk. "Kak Ayu sama Kak Dhara lagi pergi. Kalau yang lainnya udah kumpul di sini, kan?" Pertanyaannya kali ini dibalas anggukan kompak dari anak-anak. Dia menoleh sejenak, mengisyaratkan Cenna, Mannan, Jasmine, dan Azalea yang masih di area dapur─yang letaknya masih dapat dipantau dari ruang tengah─untuk segera bergabung.

Radio BerkisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang