8. Sampai Waktu Pertemukan Kita

25 9 2
                                    

Ada beberapa cerita dan momen yang harus gue simpan sendiri, salah satunya tentang hal random yang nggak tahu kapan datang dan sama siapa, alias cinta.─Haziq

***

Sosok laki-laki yang tertidur di atas tikar tergelar di dekat kasurnya adalah hal yang pertama kali Rafisqy dapatkan ketika baru saja membuka mata. Rafisqy ingat betul jika semalam pintu kamar telah dia kunci sebelum terlelap, namun entah sejak kapan dan bagaimana Haziq dapat menerobos masuk ke kamarnya.

Layar kunci ponsel kini menunjukkan pukul empat pagi lewat 50 menit. Rafisqy segera mengguncang tubuh Haziq ketika sadar adzan Subuh telah berkumandang sehingga kawannya itu melenguh.

"Bangun, Ziq. Subuh." Masih dengan mata yang sama beratnya, Rafisqy memperhatikan Haziq yang membuka mata dan beringsut duduk. "Lo kenapa bisa tidur di kamar gue? Padahal pintunya udah gue kunci."

Haziq menguap seraya menatap Rafisqy dengan sedikit linglung. Nyawanya seolah belum terkumpul sepenuhnya. "Udah lo kunci dalam mimpi," katanya sambil tertawa. "Lo cuma putar kuncinya, Fis, tapi pintunya belum ditutup rapat. Untung gue keluar kamar buat kunci setang motor. Kalau nggak, gue ragu kamar lo masih aman. Lo juga kelihatan capek banget semalam, gue nggak tega bangunin lo. Nggak mungkin juga kalau gue kunci dari luar, jadi mending gue tidur di sini."

"Kayaknya karena saking ngantuknya sampai gue nggak sadar."

Haziq mendengus. "Ya udah, gue balik ke kamar."

"Thank you, Ziq. Langsung sholat lo, jangan tidur lagi." Rafisqy berdecak ketika Haziq menanggapi dengan cengiran lebar sekaligus mencurigakan. Setelah Haziq berlalu dari kamarnya dan pintu kembali tertutup, Rafisqy turut beranjak untuk merapikan kasur dilanjut melaksanakan sholat Subuh.

Selepasnya, Rafisqy keluar dan menuju kamar Haziq untuk memastikan kawannya itu pun telah sholat. Rafisqy justru mendapatkan Haziq yang kembali tertidur tanpa mengunci pintu kamarnya. Dia berjalan masuk sambil berdecak-decak keheranan. Niat awal ingin membangunkan seketika dibatalkan melihat Haziq tampak sangat terlelap.

Rafisqy mengedarkan pandangan ke seluruh sisi kamar Haziq pada detik berikutnya. Lantas, sebuah benda yang teronggok di atas meja berhasil menyita perhatian Rafisqy. Itu adalah sebuah buku catatan. Setahu Rafisqy, Haziq menggunakan binder untuk mencatat materi-materi kuliahnya, namun buku catatan dengan cover berwarna hitam tersebut benar-benar menyita perhatian Rafisqy.

Nggak mungkin kayaknya Haziq punya buku ini. Buat apa? pikir Rafisqy seraya menggenggam buku tersebut. Penasaran, dia pun menoleh untuk memastikan jika Haziq masih terlelap, untuk kemudian beringsut duduk dan mulai membuka bukunya. Rafisqy pikir, tak masalah membukanya selagi tidak ada larangan yang tertulis di sana.

I'm the book you always opened
but you never read

Kalimat itu tertulis dengan posisi di tengah-tengah halaman. Entah mengapa, kepala Rafisqy langsung tertuju pada seseorang yang dia duga menjadi alasan Haziq menuliskannya. Apa mungkin dugaannya benar? Dan apakah pada halaman-halaman selanjutnya akan tentang seseorang itu?

Dibukanya kemudian lembaran berikutnya. Tidak ada apa pun di sana, Haziq membiarkannya kosong.

Barulah pada lembar berikutnya, Rafisqy disuguhi sesuatu yang membenarkan dugaannya: yaitu lembar kertas foto berukuran 3x4 yang tertempel di pojok kiri atas. Itu merupakan foto bersama anggota kelas dengan seragam putih abu-abu. Mungkin, lebih tepatnya bukan itu sesuatu yang membenarkan dugaan Rafisqy, melainkan rentetan kalimat panjang yang ditulis bersanding dengan foto berukuran 3x4 tersebut.

﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋

Buku ini pemberian Yudha waktu 27 Agustus kemarin. Nggak tahu kesambet apaan, tiba-tiba dia ngasih gue hadiah ini. Padahal hari itu dia yang ulang tahun. Gue sama sekali nggak tahu buku ini mau buat apa awalnya. Gue nggak suka bercerita lewat tulisan, apalagi di buku kayak gini yang mengharuskan gue nulis tangan, karena gue lebih suka ngobrol langsung. Tapi, seiring berjalannya waktu gue nemu jawaban dari pertanyaan tadi, 'mau buat apa buku ini?'. Dan jawabannya adalah, ya, buat gue bercerita.

Radio BerkisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang