"Zulaikha pernah mengejar cinta Nabi Yusuf, tapi Allah justru menjauhkan Nabi Yusuf dari Zulaikha. Dan ketika Zulaikha mengejar cinta Allah, baru Allah datangkan Nabi Yusuf untuk Zulaikha. Dari kisah itu kita belajar, bahwa kalau dua orang ditakdirkan bersama, Allah pasti bakal mempertemukan keduanya bagaimanapun caranya."─Mannan
***
Azalea diberi kejutan oleh Damita, Jasmine, dan Sabina yang tahu-tahu mengabari bahwa mereka sudah berada di depan kosnya beberapa menit lalu. Tujuan mereka datang sore ini adalah untuk menjenguk Azalea, padahal tadi pagi mereka sudah bertemu Azalea di Rumah Kasih Sayang. Kalau Sabina bilang, yang membedakan adalah kali ini mereka membawa diri saja, sedangkan tadi pagi datang sembari membawa makanan serta buah-buahan.
"Le! Haziq telepon kamu!"
Yang dipanggil baru saja kembali dari kamar mandi ketika seruan heboh Jasmine itu menyambutnya, sampai-sampai Sabina dan Damita refleks menutup telinga. "Angkat aja," jawab Azalea santai.
"Masa aku? Buruan, kamu yang angkat." Jasmine yang sebelumnya merebahkan tubuh dengan santai jadi beringsut duduk. Dia tersenyum antusias ketika Azalea mendekatkan ponselnya setelah telepon tersambung.
"Halo? Iya, Ziq, gue lagi─lo di depan kos gue?!" Sama dengan ketiga kawannya saat ini, Azalea menganga tidak percaya. "I-iya, ya udah, tunggu sebentar." Azalea tak lantas beranjak dari duduknya setelah memutus sambungan telepon, tetapi termenung beberapa saat seraya memandangi layar ponsel. "Dia serius nggak, sih?"
"Jelas-jelas dia telepon kamu lho, Le. Masa nggak serius? Buruan gih, dia udah nunggu," sahut Sabina, membuat Azalea mengangguk dan segera berlalu dari sana. Yang membuatnya tidak percaya saat ini adalah, dia tidak pernah memberitahu alamat kosnya kepada Haziq. Lantas dari mana laki-laki itu mengetahuinya?
Di depan pagar kos, Azalea benar-benar mendapatkan Haziq yang bertengger di atas motornya bersama Rafisqy di boncengan. Kedua lelaki di sana langsung menoleh dan tersenyum menyadari kehadirannya.
"Udah baikan, Le?"
Azalea mengangguk. "Alhamdulillah. Lo gimana bisa tahu kosan gue di sini?"
Haziq malah tersenyum alih-alih menjawab pertanyaan itu. "Beneran kan, lo udah enakan? Besok-besok kalau merasa nggak enak badan langsung istirahatlah, Le, jangan memaksakan diri kayak kemarin. Gue ke sini buat antar ini, nih," katanya sembari menyodorkan sebuah plastik berisikan dua kotak bolu susu. "Sengaja beli dua karena─lo lagi nggak sendirian, kan?"
"Kok tahu?" Azalea malah balas bertanya, tapi alih-alih menjawab, Haziq kembali tersenyum dengan menyebalkan. "Beneran ini bolunya buat gue?" tanyanya sambil menerima bolu tersebut.
"Iyalah. Kalau buat Rafisqy, gue nggak bakal ke sini. Udah, sana masuk."
Azalea mengangguk. "Makasih banyak, Ziq."
"Sama-sama. Gue duluan, Le."
"Dadah, Le! Besok sakit lagi aja biar Haziq kasih bolu lagi!"
Azalea tertawa ketika setelah itu Rafisqy meringis kesakitan lantaran pahanya tampak dicubit keras oleh Haziq. Setelah motor itu lenyap di belokan, barulah Azalea kembali ke kamarnya. Kedua sudut bibirnya entah karena alasan apa tertarik, dia tersenyum. Beberapa langkah sebelum sampai di kamar dia buru-buru melenyapkan senyum itu sebelum disaksikan teman-temannya.
"Dikasih apaan, tuuh?"
"Ayo makan bareng-bareng. Haziq tahu kalau kalian ada di sini, jadi sengaja kasih lebih. Tapi, dia tahu dari mana, ya?"
Damita langsung menyikut Jasmine. "Kamu kabarin Jisan, Jas? Kalau iya, bisa jadi Haziq tahu dari Jisan."
"Aku yang kabarin, ke Cenna," balas Sabina. "Soalnya tadi dia tanya aku lagi bareng Lea atau enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio Berkisah
Teen Fiction[Sedang Direvisi] Siniar yang selalu melahirkan episode baru setiap satu kali dalam sepekan itu sedang populer di kalangan para remaja. Selain karena para empunya suara di balik siniar baru saja berubah status menjadi mahasiswa baru nan memiliki waj...