Lembar 11

257 15 0
                                    

[BALIK KE SEKOLAH]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BALIK KE SEKOLAH]

Terbebas dari penjara pesakitan tak membuat Arvin bisa sebebas itu. Dia masih harus berdiam di rumah, mendengarkan setiap wejangan yang keluar dari ayahnya ataupun bundanya.

Tentunya Arvin menanggapi seadanya saja, jika dia ikut mengelak maka bisa panjang urusannya. Alih-alih membantah dia memilih mengiakan saja, toh memang dia juga butuh sedikit wejangan untuk tidak memforsir tubuhnya. Anggaplah masa remisinya sekarang sudah habis, karena sekali kambuh sudah pasti akan berkelanjutan. Jika dia tidak pintar-pintar menjaga dirinya dari hal-hal yang menjadi pemicunya. Kini inhaler yang sempat ditanggalkan bertahun-tahun, harus wajib dibawa kemana-mana lagi.

Asmanya tidak separah itu, tapi tetap saja Arvin harus berjaga-jaga untuk kemungkinan dimana dia akan dalam posisi membutuhkan benda itu. Selagi belum memasuki asmatikus dia masih aman hanya dengan inhaler. Tetap saja, bengek tidak akan menghalangi kehidupannya.

Arvin akan menikmati hidupnya bagaimanapun caranya. Tanpa mengesampingkan pantangan yang harus dia hindari. Sepertinya dia akan mengurangi kegiatan ngeluyur malamnya, dan duduk manis di rumah. Jika ingin lulus tanpa masalah, apalagi kalau itu menyangkut kesehatan.

Setelah mendapatkan wejangan panjang lebar barulah Arvin berangkat ke sekolah, dengan diantar Alan. Kakaknya itu masih belum kembali ke Jogja, katanya selagi libur dia ingin memanfaatkan waktunya. Sebelum pergi ke Singapore untuk membimbing tim paduan suara dari kampusnya yang akan mengikuti lomba disana. Harusnya Alan juga ikut, mengingat suara kakaknya itu lebih indah dibandingkan suara penyanyi jamban sepertinya.

"Nanti pulangnya abang nggak usah jemput, nanti Arvin bareng duo curut aja. Mereka mau main ke rumah. Sampein ke Bunda juga biar masaknya banyakan." Arvin menyalimi Alan, biarpun badung dia masih tahu tata krama yang harus dijalankan.

"Iya nanti abang sampein, jangan capek-capek dulu. Nggak ada main basket, kalau ada kelas olahraga minta izin aja dulu. Ya udah, masuk gih!"

"Siap, pak bos!" Arvin memberikan hormat ala prajurit pada atasannya, lalu keluar dari mobil Alan, melambaikan tangan sesaat pada Alan sebelum memutar tubuhnya untuk berjalan masuk ke sekolahnya.

ARVIN: Kejebak Friendzone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang