Rumah Sena tampak Sepi saat Jeonghan sampai disana. Pintu tampak sedikit terbuka. Jeonghan yg awalnya ragu akhirnya perlahan masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Sena.
Setelah masuk lebih dalam, ia melewati sebuah pintu. Jeonghan mengintip dan ia melihat Sena sedang tertidur. Tanpa permisi, ia pun masuk ke dalam kamar.
Jeonghan duduk di sebelah Sena lalu mengelus pipi mulus wanita itu. Senyum Jeonghan terukir jelas di wajah nya. Sampai akhirnya, pandangan nya beralih ke handphone milik Sena yg masih dalam posisi tidak terkunci.
Karena penasaran ia pun mengecek isi handphone Sena. Saat membuka room chat, mata Jeonghan membulat ketika melihat ada sebuah nomor yg tidak di kenal mengirim foto nya yg bersama Scoups.
"Apakah ini penyebab nya?"-Jeonghan
"Benar..."-Sena
Jeonghan kaget karena sedari tadi Sena sudah terbangun dan memperhatikannya.
"Sen, aku tidak bermaksud untuk..."
"Tidak apa. Semua orang pasti memiliki rasa ingin tau kan."
Jeonghan pun meletakkan kembali ponsel milik Sena lalu duduk di depan wanita itu. Sena hanya menunduk tidak ingin melihat wajah Jeonghan.
"Hey..lihat aku Sena..."
"Bicaralah. Aku tahu kau ingin mengatakan sesuatu."
Jeonghan menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia berani bicara.
"Maafkan aku untuk kejadian hari ini."
Sena terkekeh sambil memainkan selimut.
"Memangnya apa kesalahan mu sehingga kau meminta maaf?"
"Kemarin malam aku sudah meninggalkan mu sendiri. Itu diluar kendaliku sen. Jadi, aku sangat merasa bersalah."
"Apalah arti nya aku kalau kau hanya mencintai pria itu Han."
Jeonghan tersentak mendengar perkataan Sena yg begitu menyakitkan. Padahal itu kalimat yg sering ia dengar. Namun ketika Sena yg berkata demikian, hati nya begitu sakit.
"Sena, sejujurnya saat ini kau telah membuatku goyah."
Sena terdiam lalu perlahan menatap mata Jeonghan. Nihil, Sena tidak menemukan kebohongan disana.
"Jadi, maukah kau membantuku?"
"Membantu? Apa yg bisa ku bantu han?"
"Bantu aku meyakinkan diriku, bahwa aku telah menemukan jati diriku. Apa kau mau?"
Sena tersenyum puas lalu mengangguk kan kepalanya dengan cepat. Jeonghan yg melihat itu pun ikut tersenyum lalu membawa Sena ke dalam pelukannya.
"Terimakasih karena kau mau membantuku."
"Sama sama han. Jika kau memang memiliki niat, perlahan pasti bisa."
Setelah melepas pelukannya, Sena menatap wajah Jeonghan yg kacau. Terlihat jelas luka serta darah kering di sudut bibirnya.
"Hey, apa yg terjadi dengan wajahmu?"
"Ah ini adalah luka yg penuh dengan kasih sayang."
"Benarkah? Kalau begitu aku akan mengambil es. Kau tunggu disini ya."
Jeonghan mengangguk lalu membiarkan Sena pergi ke dapur.
Baru saja Jeonghan ingin merebahkan dirinya di kasur milik Sena, dua orang pemuda masuk ke dalam kamar Sena.
"Jeonghan?"-Jun
"Lah, udah disini aja lu."-Wonwoo
"Lho, kalian dari mana aja? Pintu depan terbuka, pintu kamar Sena juga terbuka. Kalau kalian jadi satpam, alamat udah kemalingan nih rumah."-Jeonghan
"Dan malingnya itu elu han. Masuk kagak permisi, main nyelonong aja."-Jun
Sena yg baru masuk langsung mendorong Jun lalu duduk di sebelah Jeonghan lengkap dengan alat kompres.
"Kalian berdua bisa keluar dulu? Aku mau bicara dengan Jeonghan."-Sena
Kedua pemuda itu mengangguk lalu keluar bersamaan.
Di ruang tamu, mereka berdua hanya diam dan saling beradu pandang.
"Itu mereka gak bakal ngapa ngapa in kan?"-Jun
"Gak, Jeonghan gak bakal lancang kayak gitu."-Wonwoo
"Lu yakin?"-Jun
"Emang lu kagak?"-Wonwoo
"Kagak Lah. Cantik cantik gitu Jeonghan juga pria dewasa. Sama kayak kita."-Jun
"Sejak kapan lu bisa bilang Jeonghan cantik?"-Wonwoo
"Sejak dulu."-Jun
"Berarti lu satu spesies sama Scoups dong."-Wonwoo
"Ya kagak lah. Gue bilang Jeonghan cantik bukan berarti gue suka cowok cantik. Paham gak sih?"-Jun
"Enggak."-Wonwoo
"Kacamata doang tebel, tapi otak gak guna."-Jun
"Tapi gini gini gue banyak yg suka ya. Gak kayak lu, baju sama celana penuh bulu kucing."-Wonwoo
"Heh...kucing lu lebih banyak dari punya gue ya. Maling teriak maling lu."-Jun
"Ah, capek kalau debat sama orang yg suka kepikiran kayak lu. Tenang aja, kalau terjadi apa apa pasti si Sena teriak Jun. Yakin gue."-Wonwoo
"Lah, bener juga ya. Teriakan dia kan merdu banget tuh."-Jun
"Iya, semerdu knalpot harley."-Wonwoo
"Hahaha bisa aja lu."-Jun
...................
"Apa yg membuatmu berubah pikiran?"-Joshua
"Sepertinya Jeonghan mulai tertarik dengan wanita itu. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi."-Scoups
"Benarkah itu? Dia sangat gila."-Joshua
"Apa ajakan mu masih berlaku?"-Scoups
"Tentu saja tidak. Jika Jeonghan mulai tertarik, bukankah itu hal yg bagus."-Joshua
"Lalu kau akan menyerah begitu saja?"-Scoups
"Ini masalah hati Scoups. Awalnya aku optimis mendapatkan Sena. Tapi, jika Jeonghan mulai bergerak, maka aku yg akan mundur."-Joshua
"Kalian berdua ternyata sama saja."
Scoups pun kembali minum dengan penuh amarah. Joshua hanya menggeleng lalu kembali terdiam.
"Lepaskan saja dia Scoups. Dari awal kalian sudah tidak ditakdirkan bersama. Mungkin rasa yg saat ini kau miliki itu adalah rasa sayang sebagai sahabat, tidak lebih."-Joshua
"Tidak, aku ingin memilikinya josh."-Scoups
"Kau sudah memilikinya. Bahkan selamanya dia akan jadi milikmu. Tetapi, dunia tidak bisa bekerja sesuai keinginan kita. Untuk saat ini biarkan saja dia mencari jati dirinya. Bukankah menjadi sahabat bukan hal buruk?"-Joshua
"Kau tidak mengerti josh."-Scoups
Setelah meminum gelas terakhirnya, Scoups pergi meninggalkan Joshua dari bar itu. Sementara Joshua, dia tetap duduk di kursi bar tanpa melihat ke arah Scoups.
"Aku juga sedang belajar, belajar melepaskan dan merelakan." Gumam Joshua
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Straight
Random"Sena, tolong bantu ibu" "Apa yg bisa saya bantu?" "Tolong ajak Jeonghan pulang." "Saya akan berusaha. Berikan saya waktu untuk meyakinkan Jeonghan." "Terimakasih. Ibu percaya sama kamu." *genre bxg tapi ada beberapa adegan bxb. tidak disarankan unt...