"kenapa orang-orang begitu sayangnya sama kak Dipta?"
Begitu yang Jonathan dengar sore ini dari bibir si murid SMA yang satu jam lalu memintanya diantar ke toko sepatu.
Namun, yang dilakukan oleh Awan ketika sampai di sana hanya berjalan, melihat, membuang napas dengan kasar, bahkan tidak menyentuh satu pun sepatu.
"lu ke toko sepatu beneran gimmick doang ya mau ngobrol ama gua? kenapa kaga milih tempat yang lebih oke kaya kafe?" Tanpa menjawab pertanyaan Awan, kini Jonathan memprotes.
"poinnya adalah, kenapa orang-orang begitu sayang sama kak Dipta?" Awan mengulangi pertanyaannya dengan wajah serius kali ini.
"lu beneran mau tau apa kepo doang?"
"alangkah baiknya jawab dulu pertanyaan gua baru lu tanya sesuatu yang ga penting—"
"bocil kepo banget," potong Jonathan kesal.
"oke, lu sama sekali ga menjawab pertanyaan gue itu sama dengan lu ga mencerminkan seorang Jonathan ketua komunitas penjahat. pelanggaran pasal 1 ayat 1 tentang menyepelekan angkatan baw—"
"mana ada pasal ayat bapak lu!"
Raut wajah si murid SMA seperti tidak senang dengan jawaban Jonathan. Dia sebal, malas berbasa-basi. Walau pertanyaannya terkesan kepo, Awan benar-benar ingin tahu.
"soalnya Dipta itu orang baik, Wan."
Akhirnya Jonathan melanjutkan. Ada sedikit senyum yang entah Awan tidak mengerti maksud dari senyum itu. Terlihat penuh arti.
"gua juga orang baik. tapi ga minta semua orang sayang gua, cukup kak Dipta aja boleh gak?"
Yang lebih tua mengerutkan kening mendengar balasan aneh dan terkesan memaksa itu. "woy, Dipta tuh sayang sama lu, bocil. lu mah ngelunjak aja pengen jadi pacarnya," dengus Jonathan.
"gimana tuh, kak? baiknya kak Dipta?" Awan kembali ke topik awal.
"waktu kelas 2, Dipta minjemin gua bolpen."
Beberapa detik Awan menunggu Jonathan melanjutkan ceritanya. Tapi seperti berhenti di situ saja.
"terus? gitu doang?" Tanya Awan lagi, semakin penasaran.
"iya. Dipta juga pernah benerin rantai sepedanya Dio waktu kelas 4 sampe badannya kena oli semua," lanjut Jonathan.
"terus?"
"terus dia diomelin ama bokapnya. ga bilang ama kita, taunya gara-gara Dio dimarahin sama kak Arjuna."
Hal sekecil itu, dan kejadiannya pun sudah sangat lama sekali. Jonathan masih ingat, bahkan tersenyum ketika menceritakannya.
Awan jadi semakin penasaran, bagaimana Dipta di mata yang lainnya hingga membuat lelaki itu disayang banyak orang seperti sekarang.
"kenapa lu sayang sama kak Dipta?"
"ya orang Dipta pacar gua."
"oh."
Tidak salah memang jawaban Reihan.
'"itu jawaban simpel," tambah Reihan memahami raut kesal yang lebih muda.
"jawaban rumit?"
"emangnya sayang sama orang tuh butuh alesan ya?" Balik tanya Reihan, karena dia sendiri pun bingung menjawab seperti apa.
Awan menghela napas panjang, sangat kurang puas mendengar jawaban Reihan.
"kak Dipta pernah ngapain lu sih sampe bikin lu bulol?" Cibir Awan asal.
"oh? ini salah halte, kek. harus nyebrang ke sana dulu."
Reihan, kegiatan melamunnya teralihkan oleh suara bising orang-orang di halte bus. Mereka semua beramai-ramai memberi tahu sesosok kakek tua yang salah tempat.
Saat itu Reihan tidak berada di halte, hanya sedang menunggu Ayahnya yang sedang membeli bensin.
"ayo, kek. bareng sama saya. saya juga mau naik di sana."
Ini murid berseragam OSIS putih biru tua khas anak SMP. Yang Reihan tahu murid itu baru datang. Orang-orang dewasa di sana kalah dengan seorang anak baru remaja yang lebih memilih mengantarkan daripada berlomba-lomba menjelaskan dengan begitu bising semakin membuat sang kakek kebingungan. Begitu pikir Reihan.
Matanya mengawasi si murid berseragam yang berjalan menyeberang jalan besar itu dengan hati-hati sembari menggandeng sang kakek tua.
Halte seberang lumayan jauh dari tempat kakek tadi.
Hingga lebih dari 5 menit, mereka sampai. Tidak menunggu lama pun bus datang dan sang kakek menaikinya. Namun, murid itu kemudian pergi. Yang Reihan pikirkan saat itu, si murid tidak benar-benar akan menaiki bus. Ketika dia mengatakan 'naik di sana', itu sebenarnya bohong.
"siapa sangka dunia sempit. ternyata namanya Dipta."
"cuma itu?" Celetuk Awan mendengar kisah yang diceritakan Reihan.
"bukan cuma itu itungannya, Wan. bisa aja kalo ga ada Dipta, sampe sekarang kakeknya masih bingung gara-gara ga ada yang anter," ucap Reihan, tertawa kecil.
"kenapa ga lu aja?"
"ga tau, udah takdir. kalo gua yang anter kakeknya, ntar gua ga liat kejadian keren itu dong..."
"bilang aja lu males."
-
hiatus tapi apdet gapapa la, huhu (个_个)
KAMU SEDANG MEMBACA
pacar gua (sequel alter) - slow
Novela Juvenil"pacar gua, DOANG." isinya Reihan, Dipta, dan teman-teman. sama orang-orang nyebelin yang suka ngaku jadi pacar Dipta. ⚠️bxb, sequel dari alter (kalo mau dibaca langsung ke sini gapapa cuma nama-nama karakter aku ga tulis ulang di sini:D) starts: 0...