•15

54 20 1
                                    

(chapter ini dan mungkin beberapa chapter ke depan akan mengandung spoiler yang ada hubungannya dari book "dunia")

Yang suka Dipta banyak, tapi mereka hanya sebatas suka. Suka sebagai teman, suka sebagai adik, suka sebagai kakak. Saat teman-teman mengklaim Dipta sebagai pacar, Reihan kesal, cemburu. Karena ia tahu dan percaya diri, yang paling disukai oleh Dipta dan yang paling pantas menyukai Dipta hanya dirinya.

"Rei, Dipta ditaksir anak fk."

"Diptanya gak naksir balik."

"si Bagas kang gitar FT confess ke Dipta loh."

"o."

Reihan tutup kuping. Bohong jika ia tidak cemburu. Tapi, mengingat Dipta 2 tahun yang lalu hanya diam ketika teman-teman menggoda betapa Reihan begitu famous saat ospek zamannya dulu, ia rasa ini setimpal.

Dipta itu, kalau cemburu hanya sebentar, ia pendam sendiri, karena tahu Reihan tidak akan berpaling. Jika Reihan yang cemburu, lebih ribut. Tapi, sekarang Reihan belajar dari Dipta.

"siapa yang ga suka Reihan? dia maju paling awal pas ospek, osfak ditandain kating, pas acara puncak dia dapet penghargaan paling aktif, otaknya encer, humblenya ga ketolong." Ini celetukan iseng dari Baro saat Dipta melihat isi WhatsApp Reihan.

Aktifnya Reihan, sebatas saat awal-awal perkuliahan. Ia tidak mengikuti organisasi dan jarang ikut kepanitiaan selama 2 tahun kuliah, fokus pada akademiknya, dan kerja paruh waktu. Anehnya, ia tetap dikenal oleh banyak orang. Hidup Reihan itu seimbang—antara belajar, bekerja, dan menikmati waktu luang. Salah satu alasannya? Tentu saja, Dipta.

Setelah Dipta mulai kuliah juga, Reihan jadi berubah. Kehadiran Dipta membawa warna baru dalam rutinitas Reihan. Ia meninggalkan pekerjaan paruh waktunya, menjadi lebih aktif di kegiatan kampus. Watak Dipta sebenarnya ceria, 11 12 dengan Reihan. Hanya saja, karena kejadian saat sekolah dulu, membuatnya lebih tertutup dan pendiam.

Reihan, bersyukur. Membantu Arjuna membuat Dipta kuliah adalah keputusan terbaik tahun ini.

"di ft ada ribut-ribut apa, sih?"

Setelah hari produktif, biasanya Reihan dan Dipta baru bisa berduaan saat hari Sabtu dan Minggu. Itu pun baru-baru ini karena biasanya hari Sabtu Dipta masih ada UKM. Namun, bulan ini sudah selesai.

"gak tau, coba nanya Erwin. katanya calon presbem fakultas kanannya ft ketahuan cabul."

"kok nyampe ft?"

"bentar lagi nyampe fakultas lu juga, yang laporin maba feb, kok."

"hah siapa?"

"ga tau namanya."

Reihan mendengus.

Dulu awal-awal, mereka masih sering jalan-jalan keluar saat weekend. Makin kesini, baik Reihan maupun Dipta lebih suka menghabiskan waktu berdua di rumah. Kadang di rumah Reihan, tapi karena sering diganggu sang Ibu, jadi lebih sering di tempat Dipta—rumah Arjuna.

Dengan laptop menyala di tengah kasur, film entah apa Reihan tidak menyimak, ia hanya fokus menjatuhkan kepala di pundak Dipta, memeluk tubuh kecil pacarnya. Sesekali ia menghirup wangi dari leher Dipta—wangi sabun.

"kayaknya gua gak jadi ikutan staff muda deh," ucap Dipta. Matanya yang semula fokus menonton film—ia alihkan ke Reihan.

"lah kenapa, ayang?" Reihan merengut.

"itu... video lama gua diungkit-ungkit lagi. ada yang ngatain kriminal gak cocok join kepengurusan bem—"

"SIAPA YANG BILANG?!"

Reihan mendelik, pelukannya pada tubuh Dipta pun terlepas. Ia berdiri, berkacak pinggang dengan raut ditekuk seolah siap bertempur dengan siapapun yang melukai Dipta.

"kating," sahut Dipta tenang.

"pasti cuma 1 orang doang padahal yang lain ga masalah. tapi lu masukin ke hati?!" cerocos Reihan.

Dipta tertawa kecil. "iya, sih. tapi tetep aja keliatannya gak etis, ya?" cibirnya.

Kelemahan Dipta itu, terlalu mendengarkan apa kata orang tentang dirinya. Meskipun 1000 orang mendukungnya, kadang ia bisa tiba-tiba rapuh hanya karena 1 orang membencinya.

Dipta belum sepenuhnya sembuh.

"nggak, tetep daftar. gua mau cari tau siapa yang ngatain cowok cakep gua ini!" Reihan mengambil ponselnya di meja, lantas menekan salah satu kontak sohibnya untuk ia telepon.

"gak usah. udah didebat sama anak elektro, didebat sama Jonathan juga," ucap Dipta.

Reihan mengerutkan keningnya. Maniknya makin mendelik kemudian. "DIA UNGKIT-UNGKIT DI DEPAN BANYAK ORANG?!"

"ya pas lkmm kemarin—"

"DIA ANAK BEM?"

"iya—"

"CEWEK?!"

"COWOK! GAK USAH TERIAK-TERIAK!"

Dipta jadi kesal. Jika Dipta sudah ikut emosi, Reihan yang senang. Dipta memang lebih baik marah-marah saja daripada bersedih—prinsipnya.

Lalu, Reihan duduk lagi di tepi ranjang. Ponselnya tak jadi ia gunakan. Wajah marahnya berganti senyuman lebar. "jadi, tetep daftar staff muda, kan?" tanyanya sumringah.

Dipta mengangguk.

"gitu dong. baru pacar gua!"

Aneh. Padahal Reihan tahu sibuknya Dipta nanti akan membuat mereka semakin jauh. Tapi tidak apa-apa, ia tetap percaya diri jika rumah Dipta itu dirinya.

"ayo jalan-jalan cari makan!"

***

pacar gua (sequel alter) - slowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang