Chapter 7

7K 203 1
                                    

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

***

Sakit di kaki penyebab langkahku sangat pelan ketika memasuki kamar, kulihat Arez sedang duduk bersandar di kasurnya berkutat dengan sebuah laptop yang ditaruh di atas paha.

Sungguh, jika saja Ibu mengerti bagaimana keteganganku saat ini. Degup jantungku begitu cepat dan tanganku gemetar. Mengingat bagaimana tadi aku membuat Arez kesal karena mencariku selama berjam-jam.

Terlebih, saat dia melempar tatapan tajamnya padaku. Dan demi mengurangi rasa bersalah ini aku pun memberanikan diri, "Aku minta maaf, Mas."

Arez tidak mengenakan headset di telinganya, ku pikir dia pasti mendengar. Namun, tetap saja laki-laki itu tidak memberikan respon yang aku harapkan.

Aku pun menjauh dari hadapannya.

Memutuskan untuk beristirahat, sama seperti sebelumnya dia tidur di ranjang atas sedangkan aku di bawah menggelar kasur berwarna coklat.

Hawanya cukup dingin, ditambah tubuhku sedikit demam efek luka di kaki. Ingin mengambil selimut yang terlipat di atas lemari, sayangnya selimut itu terlalu tinggi dan aku tidak bisa berjinjit.

Aku pun menghela napas pasrah. Ketika berbalik, tiba-tiba aku mendapat lemparan selimut yang langsung kudekap sebelum jatuh.

Ternyata selimut itu dari Arez.

Aku pun menarik senyum tipis. "Terima kasih, Mas."

Kulihat Mas Arez justru berdecak malas dan kembali memfokuskan netra pada laptopnya lalu bergumam.

"Bodoh, aku tidak akan pernah memaafkanmu."

***

Author POV

Pukul tujuh pagi ketika Arez melirik jam di pergelangan tangannya, laki-laki itu tampak tergesa-gesa menuruni anak tangga dengan jas yang tersampir di pundak. Begitu turun, Arez langsung berbelok menuju meja makan, menenggak segelas susu lalu mengambil sepotong roti dan menghabiskannya dalam waktu beberapa menit.

"Bukankah kamu masih cuti pernikahan, Nak? Ibu rasa hari ini terlalu cepat untukmu bekerja," tanya Ibu yang kebingungan dengan tingkah Arez.

"Tidak ada cuti pernikahan, Bu. Aku akan tetap bekerja seperti biasa, seperti sebelum aku menikah." Jawaban Arez membuat ibu terkejut. Keputusan putranya itu sudah keterlaluan.

"Lalu bagaimana dengan Sania? Dia pasti masih ingin menghabiskan waktu bersamamu, Nak."

Arez menggeleng cepat, waktu seperti apa yang mungkin mereka habiskan? Waktu untuk saling meluapkan kekesalan atau waktu untuk Sania menambah kesabaran. Arez pikir, semua itu hanyalah momok memuakkan yang membuat dirinya seperti antagonis dalam cerita ini.

Aku Hanya Ingin Menikahi KembaranmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang