Chapter 20

6.6K 168 0
                                    

Jangan lupa vote yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote yaa...🥰

Sania berjalan mendekati jendela, memeluk lengannya sendiri. Menahan gejolak aneh dalam perutnya ketika sebuah tangan berotot terlingkar kembali di pinggangnya.

"Mmm... Mas?" Sania bergumam sebab Arez tiba-tiba meletakkan dagu di atas pundaknya. Sania menoleh alhasil hidung mereka bersentuhan.

"Kamu percaya Sania?" Arez menghirup dalam-dalam aroma Vanilla di leher perempuan itu.

"Aku mulai menyayangimu..." (BAB 18)

Sania menggeleng cepat, otaknya tiba-tiba mengingat kejadian itu saat tangannya tengah sibuk mengotak-ngatik laptop agar menyala. Ia pun menepuk pipinya yang merona berulang kali agar bisa fokus.

Sania tidak tahu kapan laptop ini kembali rusak, padahal sebelum pindah ke rumah Arez dia sempat menservicenya sebanyak dua kali. Hmm, mungkin karena lama tidak digunakan, jadi fungsi perangkatnya ada yang terganggu.

Pasrah, Sania menghela napas lelah lalu ditutupnya laptop itu kembali. Sayang, padahal malam ini ia hendak berlatih menggunakan aplikasi Microsoft seperti Excel dan... apa tadi? Sania lupa namanya, Yuda ada memberitahu tapi Sania lupa mencatatnya.

"Rusak?" Suara berat itu mengalihkan atensinya. Sania mendongak dan mendapati Arez berjalan mendekat.

"Iya, Mas, aku nggak tahu kenapa nggak bisa nyala."

Arez duduk di bibir kasur, menaikkan satu kaki sedangkan satu kaki lain dibiarkan menjuntai—menghadap perempuan itu, ia mengambil alih laptop Sania.

"Coba sini aku lihat."

Tatkala membukanya, Arez sedikit terkejut karena laptop Sania adalah keluaran terdahulu. Processornya jenis lama yang  tak akan mampu lagi menampung aplikasi berat. Sebagian huruf pada papan keyboardnya pun ada yang bolong menyisakan tombol terang berwarna putih.

Seketika Arez meringis kasihan sekaligus miris. Sania istri seorang direksi tapi membelikan laptop saja dia sampai tak terpikir?

Arez seketika merasa gagal.

"Sudah coba isi daya?"

Anggukan respon Sania, "Terakhir kali aku pakai baterainya masih penuh kok, tapi itu udah lama banget."

Arez berdecak pelan, ia mengerti Sania tidak terlalu paham, "Walaupun nggak dinyalakan sama sekali, baterainya akan tetap terkuras, San. Apalagi laptopmu ini keluaran lama, sistemnya tidak mungkin stabil lagi," jelas Arez, Sania pun manggut-manggut paham, "Sekarang mana chargernya?"

"Ini, Mas." Sania mengulurkan charger yang ia ambil di laci nakas.

Arez lantas mencolok chargernya, dengan masih menempatkan laptop itu di atas kasur. Sania mengubah posisinya di samping Arez.

Beberapa menit ia biarkan, barulah Arez menekan tombol power.

"Wah nyala! Keren banget mas bisa benerin," Sania takjub, ia menatap Arez berbinar seolah laki-laki itu baru saja memenangkan piala.

Aku Hanya Ingin Menikahi KembaranmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang