Chapter 6

7.2K 227 0
                                    

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

***

Pengakuan pria bertato itu benar-benar membuat Sania terkejut. Bersamaan dengan ribuan pertanyaan timbul dalam benaknya. Bagaimana tidak? Sonya—kakak kembar yang selama ini dia banggakan bisa melakukan hal keji ini di luar pernikahan.

"Apa maksudnya kak? Kakak pasti bohong, kan? Kakak nggak mungkin melakukan itu!" tandas Sania menatap Alex dan Sonya bergantian, dadanya naik turun menahan rasa kesal serta kecewa yang bercampur menjadi satu.

Ini adalah sebuah kecelakaan yang Sonya sendiri tidak dapat menghindar. Terlebih ketika tragedi itu berlangsung dia tidak sadarkan diri dan saat terbangun dia sudah bersama Alex dalam satu ranjang tanpa busana.

"Maafkan kakak Sania, tapi itulah kenyataannya. Kakak sedang mengandung anak Alex," sahut Sonya yang membuat Sania ternganga. Terpaku di tempat dan syoknya bertambah berkali lipat.

"Bahkan kami sudah menikah, San."

Tanpa sadar mata Sania berkaca-kaca, dia sangat kecewa pada Sonya. Harga diri keluarga yang selama ini mereka jaga ternyata telah dihancurkan oleh salah satu di antara mereka.

Di samping itu juga ada perasaan mas Arez yang sangat hancur mengetahui Sonya menghilang di detik-detik pernikahan mereka.

Sania mengguncang bahu Sonya, pertahannya runtuh dan dia pun menangis terisak, "Kenapa kakak tega melakukan ini padaku? Kakak pergi saat pernikahan kakak dan memintaku sebagai pengantin pengganti. Tapi ternyata kakak selingkuh bersama pria lain. Kakak jahat, kak!"

"Sania, kakak tidak selingkuh!" pungkas Sonya melepaskan tangan Sania dari bahunya.

"Lalu siapa pria ini sebelum kalian menikah?" Sania menunjuk Alex. Menatap pria itu tidak suka. Sedangkan Alex refleks menunduk sebab dia tidak ingin membuat Sania semakin marah.

Alex maju selangkah menghadap Sania dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Dia berkata layaknya pria dewasa yang menerima konsekuensi atas perbuatannya. "Kau tidak baik menghakimi semua masalah ini pada kakakmu. Tapi akulah yang bertanggung jawab penuh atas semua yang terjadi padanya."

Hati Sania begitu sakit seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Entah kenapa, dia tidak sudi mendengar penjelasan Alex karena bagaimanapun Alex dan Sonya sama-sama bersalah.

Sekarang, Sania pikir dia telah sebatang kara. Kepercayaan yang selama 21 tahun dia bangun untuk Sonya hancur dalam sekejap.

"Kakak minta maaf Sania. Kakak tidak punya pilihan selain meminta bantuanmu saat hari pernikahan itu. Lagipun, kakak yakin Arez adalah pria yang baik, dia pasti mampu menjagamu serta rumah tangga kalian." Sonya menjelaskan dengan lembut berharap Sania mau mengerti alasannya meminta Sania sebagai pengantin pengganti. Sebab tidak mungkin Sonya membiarkan dirinya yang sudah ternoda ini menikahi Arez—pria baik yang selama ini tulus menjaganya sepenuh hati.

Jika pun sekarang dia meninggalkan Arez dan memilih menikahi Alex, Sonya akui ini adalah murni keputusannya sendiri.

"Aku tidak mungkin menikahi Arez saat aku sedang mengandung darah daging Alex. Itu tidak adil bagi suamimu, San."

"Sayangnya kakak tidak adil padaku, kakak melupakan satu hal penting," ucap Sania parau, menahan isakan. Air mata terjun membasahi pipi putih nan mulusnya itu. "Arez mencintaimu kak, bukan mencintaiku meskipun kita kembar."

Setelah mengucapkan itu Sania berlari pergi meninggalkan ruangan.

"Sania!" Sonya hendak melangkah mengejar adik kembarnya itu namun pergelangannya ditahan oleh Alex.

"Biarkan dia pergi. Mungkin perlu waktu untuk adikmu menerima kenyataan."

Sonya hanya bisa berharap Sania tidak membencinya setelah ini.

***

"Kamu pergi kemana sih? Ibu dan Bibi sangat khawatir," ucap Arez kesal pada Sania. Usai dua jam berkeliling menggunakan mobil mencari perempuan itu bahkan Arez sampai meninggalkan kantor. Sebalnya, Sania malah datang sendiri ke rumah menggunakan angkot.

Sania duduk di sofa dan di sampingnya ada Ibu Mira yang duduk di kursi roda.

"Arez, biarkan Sania tenang dulu. Sepertinya kamu habis menangis, Nak," ujar Mira lembut mengusap turun rambut Sania. Sania menggeleng pelan namun diam-diam ujung matanya berair, diusapnya cepat sebelum ibu Mira melihat.

"Dia dari pasar, tapi lamanya seperti menjelajahi hutan ribuan hektar," ujar Arez. Dia tak habis pikir kenapa Sania bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memilih sayuran. Sesulit itu kah menjadi seorang istri? Sepertinya Arez tidak menyesal telah menolak Sania dalam pernikahan ini.

Sangat berbeda dengan Sonya yang selalu disiplin, ah, mengingatnya membuat Arez rindu perempuan itu.

"Coba ibu lihat, waktu kerjaku terbuang sangat banyak hanya untuk mencarinya."

Sania tertunduk lalu berucap, "Aku minta maaf."

"Sudahlah, hiraukan saja ucapan Arez. Coba ceritakan padaku selain ke pasar kamu pergi kemana hm?" tanya Ibu Mira.

"Aku mencari buah, tapi saat pulang aku menginjak beling yang membuat kakiku luka. Makanya jalanku jadi lambat." Sania tidak sepenuhnya berbohong, ia memang tidak sengaja menyenggol pot kaca di rumah Alex saat berlari keluar. Alhasil, dia pun terinjak beling. Toh, tidak mungkin dia jujur kalo dia baru menemui Sonya di rumah Alex.

Rasa bersalah Sania pun bertambah berkali lipat.

"Astaga, itu sangat kekanak-kanakan, kau sangat manja Sania!"

"Arez!"

Setelah dibentak oleh ibu, Arez pun memasuki kamar meninggalkan ruang tamu. Tatapan tajam dia layangkan pada Sania membuat Sania menelan salivanya kasar. Terlebih ketika dia mendapati pria berkemeja putih itu mengepalkan tangan saat menaiki tangga.

Entah berapa kali sudah hari ini dia membuat Arez kesal.

Ibu Mira berucap sebelum menjalankan kursi rodanya. "Tunggu di sini yaa. Ibu akan meminta bibi menyiapkan P3K, kita obati lukamu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Hanya Ingin Menikahi KembaranmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang