Chapter 3

8K 273 0
                                    

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan bintang sebelum membaca, jangan lupa tinggalin jejak😁

***

Sehabis berkunjung ke rumah bibi kami pun kembali pulang. Setelah Mas Arez memasukkan mobilnya ke garasi, barulah aku turun dan selanjutnya kulihat mas Arez menggendong ibu dan menurunkan wanita paruhbaya itu ke kursi roda.

Sejenak aku terenyuh dengan perlakuan mas Arez kepada ibu, bagaimana tidak? Dia adalah laki-laki yang sangat berbakti meskipun ibulah yang memaksanya menerima pernikahan ini. Tak ada sedikit pun kulihat kebencian di mata mas Arez terhadap ibu, justru kebencian yang paling besar mas Arez tunjukan kepadaku.

Aku pun bersyukur, setidaknya bukan mertuaku yang mendapat balasan atas kesalahanku.

Usai mendudukan ibu mas Arez langsung menjalakan kursi rodanya memasuki rumah, sementara aku ditinggal di garasi. Aku pun mempercepat langkah di belakang mereka menahan rasa kasihan pada diriku sendiri karena lagi-lagi kehadiranku dianggap abstrak oleh mas Arez.

***

"Kalian mandi saja dulu. Sebentar lagi adzan magrib, kita sholat bersama-sama," ujar ibu setelah mas Arez mengantarkannya ke kamar. Aku ada di sana untuk membawakan ibu segelas susu hangat.

"Iya, Bu," jawabku dan mas Arez bersamaan. Aku lantas menatap mas Arez dengan canggung sementara pria itu membuang pandangan.

***

Author POV

Bagi Arez perkataan sang ibu adalah sebuah perintah, oleh karenanya dia mau tidak mau menuruti perintah sang ibu untuk sholat bersama Sania.

Dengan mengenakan peci serta baju koko putih lengan panjang, sembari menyampirkan sajadahnya ke bahu Arez mengeluari kamar, dan secara bersamaan Sania juga mengeluari kamarnya yang melewati satu kamar dari kamar Arez. Atau pada perkataan lain, kamar mereka berdekatan tetapi terhalang satu, yaitu kamar tamu.

Sania sudah tampak mengenakan mukena bagian atas, sedangkan bagian roknya wanita itu sampirkan di pergelangan tangan.

Arez melirik Sania diam-diam untuk beberapa detik, namun tidak disadari oleh perempuan itu karena Sania langsung menunduk saat dia tau Arez hanya berjarak beberapa meter darinya. Itu Sania lakukan agar Arez tidak marah saat ditatap olehnya.

Arez pun meninggalkan perempuan itu sendirian dan menuruni tangga menuju kamar ibunya di lantai dasar, dan ketika itulah Sania hanya bisa mengekor di belakang dengan senyum tipis menatap punggung Arez. Membayangkan seandainya Arez bersedia jalan bersisian bersamanya layaknya suami istri.

"Aku akan setia menanti hari itu, Mas. Hari dimana kamu menganggapku sebagai istrimu," batin Sania.

Shalat pun berakhir saat Arez selesai memimpin doa. Pria itu lalu berbalik ke belakang menyalimi tangan ibunya yang duduk di kursi roda. Sementara Sania hanya bisa terdiam dilema, apakah Arez akan menerima jika dia ingin menyalimi tangan suaminya itu?

Aku Hanya Ingin Menikahi KembaranmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang