.
.
.Keesokan harinya, San mengelilingi pasar. Dia telah melakukannya sejak pagi buta tadi, mencari tiga orang yang kemarin membuatnya heran—atau mungkin setiap orang yang melihat ketiganya terheran. Terutama karena keberadaan sosok jangkung berambut merah terang kemarin. Hingga pukul sembilan pagi, masih belum juga San temukan mereka dan San mulai putus asa. Mungkin mereka telah pergi—pikirnya.
Namun, bukankah kemarin Mingi mengatakan padanya bahwa mereka akan pergi pada akhir Agustus nanti? Pasti mereka masih ada di Rusia, namun tak menutup kemungkinan bahwa ketiganya telah berpindah kota. Mereka juga para buronan, terus berpindah pindah jelas suatu keharusan untuk mereka.
San telah memutuskan untuk tidak mengatakan apapun pada si ilmuwan berambut pirang itu dan memilih untuk mempercayai Hongjoong. San akan akui jika dia memang mudah terpengaruh oleh sesuatu, kedua orang tuanya juga bilang bahwa itu adalah kebiasaan buruk San yang sulit hilang, namun selain itu, boleh dikatakan bahwa San itu naif, dia merasa bahwa mungkin saja Hongjoong ini bisa melihat dari sisinya—dari penderitaan masyarakat jelata daripada si ilmuwan yang berkasta tinggi.
Namun, walaupun telah dia putuskan untuk meminta bantuan Hongjoong, jikalau nanti dia diminta bergabung, dia masih belum punya alasan yang tepat. Tampak bahwa ketiganya berkeliling benua demi benua untuk melarikan diri, San ragu jika dia telah memiliki cukup keberanian untuk meninggalkan tanah ini, jauh dari kedua orang tuanya, sahabatnya, dan orang orang yang mencurahkan kasih sayang padanya.
Tapi bukanlah itu yang harus dia pikirkan sekarang, bukan? Lagipula bukankah Hongjoong hanya menawarkan hal itu padanya—menjadi bagian dari kelompok tidak jelasnya—San memiliki hak penuh untuk menolaknya, namun dia merasa apakah itu cukup adil untuk Hongjoong? San belum begitu mengenalnya, latar belakangnya, sifatnya, begitupula alasan sebenarnya dia menawarkan bantuan.
Sungguh adalah hal bodoh ketika San lebih mempercayai Hongjoong daripada si ilmuwan berambut pirang yang jelas jelas membantunya bersembunyi dari militer Rusia, namun mau bagaimana lagi? Memang begitu kenyataannya. Air mata Hongjoong yang entah asli atau palsu kemarin menggerakkan sesuatu di hati San, yang membuatnya meyakini bahwa itu sebuah ketulusan, bahwa Hongjoong mengasihaninya sebagai seorang manusia.
Setelah mengumpulkan kembali tekadnya, San kembali menyusuri pasar untuk kesekian kalinya, mencari Hongjoong atau mungkin salah satu dari dua teman jangkungnya itu. Dan akhirnya dia temukan, pemuda itu sedang berdiri di depan toko bunga, mengamati warna warni keelokan bunga yang menjadi bukti nyata kesempurnaan dari ciptaan tangan Tuhan, bahwa Tuhan—seperti kata Ibunya bersifat Al-Khaliq.
San berjalan mendekatinya dan pemuda itu tampaknya telah menyadari keberadaan San lebih dahulu. Dia menghadap ke arahnya dengan senyum tipis yang tampak tenang namun memikat itu.
"Bolehkah aku memohon bantuanmu?" Tanya San.
"Apa yang bisa aku bantu untukmu?" Tanyanya balik.
"Aku ingin membebaskan sahabatku, ayahnya, dan ayahku." Balas San. "Setelahnya, soal apa yang telah aku temukan, akan aku urus sendiri. Aku mungkin menyerahkan diri atau lainnya, tapi sebelum itu, aku ingin memastikan mereka pulang ke Yakutsk dengan selamat."
"Tentu." Balas Hongjoong sambil berjalan mendekati San.
"Kau sudah pikirkan untuk membebaskan mereka?" Tanya Hongjoong setelahnya.
San menggeleng.
"Kalau begitu, ambilah ini." Kata Hongjoong menyerahkan bungkusan kertas yang entah apa isinya. "Kau tidak bisa langsung mengeluarkan mereka karena jika kau lakukan maka kau akan tertangkap, begitupula dengan mereka yang hendak kau selamatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)
Fanfiction"Keep an eyes on the Horizon. We will touch that Utopia." 1914 (Kala setiap insan dihadapkan oleh pilihan sulit bersama setan dan malaikat dalam diri mereka) -Pelik jiwa yang menjerit bersembunyi dibalik senyum palsu- Mereka tahu jika tidak ada yang...