.
.
.Ketika berita tentang eksekusi mati Owen Hamlin mulai tersebar ke seluruh penjuru negeri, Yunho tengah menangis, di depan sel besi dimana Hongjoong dikurung. Tubuhnya meringkuk, dan tangannya masuk di sela sela sel penjara itu, menggenggam erat tangan Hongjoong yang sedingin es. Hongjoong rasanya tak lagi punya air mata yang harus dia tumpahkan sekarang, dan Yunho mengartikan bahwa itulah wujud sakit hati Hongjoong yang paling besar.
"Hongjoong.. maafkan aku.. maafkanlah aku.. maafkan aku, Hongjoong.." Rasanya sudah ratusan kali Yunho mengucapkan kalimat itu.
Hongjoong tak menjawab, namun dia lepaskan tangannya dari genggaman Yunho. Dia menarik tubuhnya menjauh, tatapannya yang kosong seakan menjadi pertanda bahwa Yunho harus pergi sekarang—dia harus memberi Hongjoong waktu untuk sendiri, Yunho yang sesungguhnya tak tega meninggalkan Hongjoong terpaksa bangun dari posisinya, lalu dengan lunglai meninggalkan kawannya itu di penjara dingin itu.
"Aku akan kembali nanti, akan aku bawakan makanan hangat dan air untukmu. Tunggulah sebentar." Kata Yunho.
"Aku tak membutuhkannya." Suara kecil itu menusuk ulu hati Yunho.
"Setidaknya, kau harus mengisi perutmu untuk bertahan hidup." Balas Yunho.
Hongjoong menggeleng, "Jika aku bisa mati secepatnya, bersama dengan Owen di tiang gantung.. itu bahkan jauh lebih baik."
Yunho mengepalkan tangannya, "Oh? Aku rasa aku salah orang.. apakah Anda benar-benar orang yang sama seperti yang dulu pernah memaksaku menyelam di tengah lautan tapa rasa takut akan kematian? Segala tindakan memiliki konsekuensi mendasar dan logis, dan aku tahu kau sudah memikirkan kemungkinan ini, lalu mengapa kau sebegitu mudahnya menyatakan kalah terhadap kaum ningrat yang sangat kau benci itu? Apakah ungkapan bahwa kau akan menemui 'mereka yang tersakiti' di dunia tanpa kegelapan hanyalah omong kosong seorang anak berumur 17 tahun?"
"Kau tak mengerti—"
"Kaulah yang tidak mengerti!" Yunho menyela, "Owen melakukannya agar kau tetap hidup! Jikalau Owen memang tidak setuju dengan pemberontakan yang kau lakukan, maka dia pasti sudah melaporkanmu dan menyelamatkan dirinya sendiri! Owen melakukannya, dia mengorbankan dirinya, semata-mata bukan hanya karena kau adalah anak asuhnya, aku yakin, aku meyakini dengan sepenuh hati, Owen ingin melihatmu menemukan dunia itu Hongjoong.. Utopia.. dunia dimana tidak ada kegelapan. Elysium untukmu dan mereka yang tertindas—
—pagi ini, aku bertengkar hebat dengan ayah. Itu pertengkaran paling besar yang pernah aku lakukan dengan orang lain. Dia mengatakan bahwa aku bukanlah siapa siapa jika saja nama Elsworth hilang dari namaku, dan kau tahu apa, Hongjoong? Aku merasa jika itu benar benar bisa terjadi, maka itu lebih baik. Ibuku selalu mengatakan bahwa kejujuran dalam dunia yang penuh dusta ini adalah sebuah revolusioner.. maka tanpa nama ningrat itu, aku rasa aku akan bisa lebih dekat denganmu, dengan Owen dan masyarakat lainnya. Aku memang tidak akan pernah bisa menerima pandangan anarkis yang kau bawa karena tanah ini memberikan apa yang aku butuhkan untuk hidup. Dunia yang kita lihat berbeda, dan itu adalah alasan paling logis jikalau ada yang menanyakan soal diriku dan dirimu."
"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Hongjoong.
"Aku akan ada di pihakmu, Hongjoong." Kata Yunho.
"Jangan bercanda, Ayahmu akan menamparmu lagi jika dia mendengar itu. Lagipula bukankah kau bilang jika kau mencintai Ibumu dan tanah air mu?" Kata Hongjoong.
"Dan sahabatku tentu saja, aku rasa tak apa. Hongjoong, persahabatan kita tidak ada kaitannya dengan paham yang kita anut. Aku sedikit demi sedikit menyadari hal itu. Aku tidak masalah dengan apapun yang kau putuskan untuk dirimu dan hidupmu, itu tidak bisa mengubah fakta jika kau adalah sahabatku. Aku rasa itu cukup. Dan kini, ketika aku benar benar dihadapkan oleh pilihan ini, aku memilih setia denganmu daripada tanah airku.. namun aku tak mengkhianatinya juga. Selama kau baik baik saja, aku merasa cukup. Ini bukan soal nama ningrat sialan ini, namun soal kemanusiaan, apakah itu tidak cukup untukmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)
Fanfic"Keep an eyes on the Horizon. We will touch that Utopia." 1914 (Kala setiap insan dihadapkan oleh pilihan sulit bersama setan dan malaikat dalam diri mereka) -Pelik jiwa yang menjerit bersembunyi dibalik senyum palsu- Mereka tahu jika tidak ada yang...