63 | MENCARI JALAN

1.5K 130 9
                                    

Agil diminta beristirahat lebih awal malam itu, sementara Dinda masih duduk berhadapan dengan Jaya, Hamid, dan Janah yang telah mendengar semua ceritanya. Kalin, Kira, Fira, dan Rini juga ada di rumah itu, namun mereka lebih memilih untuk duduk di warung bersama Yusuf dan Deni. Janah jelas hanya bisa menangis setelah mendengar apa yang sebenarnya terjadi pada salah satu keponakannya selama ini. Janah tampak menjadi orang yang paling tidak bisa menerima perbuatan Hesti di masa lalu terhadap Agil dan Dinda.

"Kenapa ada manusia yang punya sifat seperti Neng Hesti begitu? Kenapa dia harus main pelet kepada Agil? Kenapa dia harus menghancurkan kehidupan Agil demi bisa mempermainkan Neng Dinda dan menyakitinya? Kenapa?" tanya Janah sambil bersandar di pundak Hamid.

"Mungkin Neng Hesti sejak awal udah sadar diri, bahwa sebenarnya Agil ada kemungkinan tidak tertarik kepadanya dan akan lebih tertarik kepada Neng Dinda. Dulu seingat saya sebelum Agil terdengar menyukai Neng Hesti, Agil itu hanya hobi main, keluyuran dari ujung ke ujung, dan kalau udah selesai main dia memang paling sering mengantar Neng Dinda pulang ke rumahnya yang lama. Enggak pernah tuh kelihatan kalau Agil dulu sering memperhatikan Neng Hesti atau mencoba mendekati Neng Hesti. Tahu-tahu, mendadak Agil pacaran aja sama Neng Hesti tanpa ada pendekatan atau apa pun yang biasanya dilakukan anak muda. Agak aneh memang, tapi saya sama sekali enggak kepikiran kalau Neng Hesti akan menjerat Agil pakai pelet pada waktu itu," tutur Hamid yang jelas selalu ingat dengan semua anak-anak di Cijanur sejak dulu.

Dinda diam saja dan hanya mencoba memikirkan jalan keluar untuk memusnahkan pelet yang tertanam di dalam tubuh Agil seperti yang dikatakan oleh Ki Juma. Kalin bangkit dari kursinya lalu berjalan masuk ke rumah itu untuk menemui Dinda.

"Dinda... Ustadzah Maisarah membalas pesanku. Dia sudah bertanya pada Ustadz Zainal mengenai pelet yang tertanam di tubuh seseorang dan cara untuk mengeluarkannya," ujar Kalin, menyampaikan.

"Apa kata Ustadz Zainal yang disampaikan oleh Ustadzah Maisarah?" tanya Dinda, tampak sangat cemas saat itu.

"Ustadz Zainal bilang, pelet yang mungkin tertanam di dalam tubuh Kak Agil itu adalah pelet pangkanang. Media masuknya pelet itu pada Kak Agil jelas melalui minuman yang tampak seperti jamu dengan komposisi kunyit dan telur. Setelah target yang dikehendaki oleh pelaku pelet meminum ramuan itu, pelet itu akan masuk ke dalam tubuh Kak Agil dan menetap jika tidak dilakukan penangkalan. Dan memang pelet pangkanang itu bisa saja kembali dibangkitkan jika si pelaku menginginkan orang yang dipeletnya kembali tergila-gila padanya," jelas Kalin sambil membaca pesan pada ponselnya.

"Lalu... cara untuk menghilangkan jejak pelet pangkanang itu dari dalam tubuh Kak Agil bagaimana?" tanya Dinda lagi.

"Menurut Ustadzah Maisarah mengenai keterangan yang didapatnya dari Ustadz Zainal, Kak Agil harus menjalani proses ruqyah seperti yang biasanya. Tapi sebelum itu, Kak Agil harus puasa dulu selama satu hari dan media ruqyah untuk menghilangkan pelet pangkanang itu adalah air zamzam, bukan air biasa seperti yang biasanya kita pakai meruqyah seseorang."

Dinda pun langsung teringat dengan stok air zamzam yang ada di rumahnya setelah mendengar hal itu.

"Rin... Rini," panggil Dinda.

"Iya Din," sahut Rini yang tak lama kemudian masuk ke rumah itu.

"Stok air zamzam di rumah masih ada, 'kan?" tanya Dinda.

"Alhamdulillah masih. Kita 'kan jarang minum air zamzam itu kecuali lagi sakit. Jadi stoknya alhamdulillah masih banyak," jawab Rini.

"Alhamdulillah kalau begitu. Berarti kita hanya perlu memberi tahu Kak Agil untuk berpuasa besok. Lalu setelah dia selesai puasa selama satu hari, barulah kita lakukan ruqyah terhadapnya dengan media air zamzam," ujar Dinda.

Agil kembali keluar dari kamarnya hingga membuat semua orang kini menatap ke arahnya.

"Loh? Kak Agil belum tidur?" Dinda kembali tampak cemas.

"Kakak enggak bisa tidur, Neng," ujar Agil dengan jujur terhadap Dinda.

"Tapi sekarang Kak Agil memang harus tidur. Nanti mau dibangunkan untuk sahur biar puasanya besok tidak terganggu," sahut Kalin.

"Kak Agil malam ini jangan tidur sendiri, ya. Biar Kak Agil merasa tenang. Mau ditemani sama Kak Deni atau sama Yus?" tawar Dinda.

"Sama Bapak, boleh?" tanya Agil.

"Boleh atuh. Masa iya Bapak mau melarang kamu tidur sama Bapak? Sok, masuk ke kamar Bapak. Sebentar lagi Bapak susul," titah Jaya.

Agil pun segera beranjak menuju kamar milik Jaya setelah mendapatkan izin. Deni dan Yusuf masuk ke rumah itu tak lama kemudian, untuk menemani Agil sebelum Jaya yang menemaninya.

"Ini... boleh enggak gue nanya satu hal?" Rini meminta izin pada Kalin dan Dinda, tepat saat Kira dan Fira juga masuk ke rumah itu.

"Boleh, Rin. Lo mau tanya apa?" Dinda ingin segera tahu.

"Kalau Neng Hesti dulu pernah pakai pelet untuk menjerat Kak Agil agar menjadi miliknya, kenapa Neng Hesti bisa enggak sadar kalau dia juga dipelet sama Roy dan dia bahkan enggak sadar ketika akan dijadikan perantara pelet oleh Roy untuk memikat Dinda?" tanya Rini, yang tampaknya sangat penasaran dengan hal itu.

"Eh iya... benar juga tuh. Kok bisa, Neng Hesti enggak sadar kalau dia diperintahkan untuk menjadi media pelet oleh Suaminya sendiri?" Fira juga tampak baru kepikiran tentang hal itu.

"Karena media pelet yang Neng Hesti tahu jelas berbeda dengan yang Roy gunakan. Ki Juma tampaknya memberikan jenis pelet yang berbeda terhadap Neng Hesti ketika akan menjerat Kak Agil. Begitu pula saat dia memberikan pelet kepada Roy untuk menjerat Neng Hesti. Makanya Neng Hesti enggak tahu, bahwa dirinya waktu itu dijadikan media pelet oleh Roy," jawab Dinda, merasa yakin dengan apa yang dipikirkannya.

"Kalau kata Ustadzah Maisarah," Kalin kembali membaca pesan di ponselnya, "kemungkinan pelet yang Roy gunakan kepada Neng Hesti adalah pelet lintrik. Medianya menggunakan foto yang dituju untuk menerima pelet. Foto itu biasanya diberikan ajian-ajian tertentu dalam dunia sihir ilmu hitam, lalu dibakar hingga menjadi abu. Abu tersebutlah, yang nantinya akan dioleskan pada kulit orang yang akan menerima pelet. Jadi ya... memang tampaknya jawaban Dinda sudah benar. Bahwa media pelet yang Neng Hesti pakai kepada Kak Agil jelas berbeda dengan media pelet yang Roy gunakan untuk menjerat Neng Hesti dan juga yang dia coba kepada Dinda," jelasnya.

"Berarti, si Roy punya fotonya Dinda dong selama ini? Dari mana coba dia bisa dapat fotonya Dinda?" tanya Kira, tampak begitu ngeri.

"Duh, pakai nanya. Sekarang tuh zaman udah modern, Ra. Apa susahnya membidik kamera ponsel untuk mendapatkan foto seseorang dari jauh? Ya, si Roy juga kemungkinan pernah mengambil fotonya Dinda pakai ponselnya dari jarak jauhlah," jawab Fira.

"Berarti mulai sekarang kalau elo ke mana-mana, elo wajib pakai masker!" perintah Rini.

"Lah... buat apa? 'Kan si Roy udah terlanjur pernah ngambil fotonya Dinda dari jauh," sanggah Kira.

"Satu foto hanya bisa digunakan satu kali untuk menjadi syarat pelet, Ra. Jadi... kita asumsikan saja bahwa Roy saat ini hanya punya satu fotonya Dinda yang sudah dia gunakan waktu itu untuk mencoba memberikan pelet pada Dinda," ujar Kalin, yang jelas setuju dengan usulan Rini.

* * *

Calon TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang