70 | KEBENARAN LAINNYA

1.6K 134 22
                                    

"GIMANA BISA KAMU SAMPAI TERSIRAM DENGAN AIR GARAM SEPERTI YANG UDAH DIPESANKAN OLEH KI JUMA??? KAMU ITU BENAR-BENAR PEREMPUAN PALING TOLOL YANG PERNAH AKU KENAL, YA!!!" bentak Roy begitu keras.

"Ya mana aku tahu kalau si Rini itu mau menyiram jalanan berdebu memakai air garam??? Kamu enggak bisa marah padaku karena bukan aku yang mau ada kejadian begitu!!!" balas Hesti, membentak namun tak terlalu keras.

"LALU SEKARANG GIMANA??? PELET YANG ADA DI DALAM TUBUH AGIL JELAS AKAN LURUH KALAU SAMPAI KEJADIANNYA SEPERTI INI!!!"

"Tapi yang Ki Juma katakan padaku, kecuali garamnya adalah garam kasar!!! Si Rini itu belum tentu memakai garam kasar saat melarutkannya ke dalam air!!!" jelas Hesti, seakan masih ada harapan.

Genderuwo peliharaan Roy kini muncul dari lantai atas, seakan memberi tanda bahwa Ki Juma telah datang ke Cijanur untuk melakukan sesuatu. Hesti merasa begitu dingin di sekitarnya, namun tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Ki Juma datang ke Cijanur. Ayo kita keluar," ajak Roy.

"Hah? Ki Juma datang ke Cijanur? Untuk apa dia datang? Kita bisa ketahuan telah berurusan dengan dukun selama bertahun-tahun, kalau sampai dia muncul di sini!" Hesti mendadak khawatir.

"Memangnya kenapa kalau ada yang tahu? Kamu pikir, Agil masih akan melihatmu sekarang seandainya pelet di dalam tubuhnya sudah luruh? Tidak, Hesti! Dia akan segera sadar, bahwa kamu telah memberinya pelet sehingga dia melupakan Neng Dinda sepenuhnya selama tiga belas tahun terakhir," Roy membeberkan fakta di hadapan Hesti secara terbuka.

Hal itu membuat Hesti mematung di tempatnya dan mulai gemetaran. Hesti jelas takut jika Agil akhirnya buka suara soal apa yang pernah dilakukannya di masa lalu tanpa sepengetahuan siapapun. Seluruh warga Cijanur jelas akan memusuhinya termasuk anggota keluarga Agil yang lain, dan Dinda jelas akan memenangkan segalanya. Dia jelas akan terlihat sangat sempurna dan Hesti benci dengan kenyataan itu sejak dulu.

"Enggak! Neng Dinda enggak boleh memenangkan apa pun! Dia enggak boleh lebih unggul dari aku! Kalau Kak Agil enggak bisa jadi milik aku, maka Neng Dinda pun enggak boleh memilikinya!" tegas Hesti yang kemudian menepis tangan Roy dengan kasar.

Roy agak sedikit kaget dengan sikap Hesti kali itu. Hesti tampak akan keluar dari rumah, sehingga Roy segera mengejarnya. Dinda, Kalin, Rini, Kira, dan Fira sudah ada di halaman rumah mereka sendiri. Gerbang rumah itu sudah dibuka lebar-lebar, seakan tengah menantang siapapun yang akan datang ke hadapan mereka. Jaya sudah menghubungi Pak RT dan menceritakan semuanya. Jaya meminta Pak RT membuat pengumuman pada grup whatsapp yang berisi nomor ponsel warga di Cijanur, agar tak ada satu pun warga yang keluar rumah selama Ki Juma berada di Cijanur dan berhadapan dengan Dinda.

Pak Agung mengintip dari jendela samping rumahnya usai membaca pengumuman yang Pak RT kirimkan. Langit mendadak gelap padahal tadi cuaca sangatlah cerah. Ki Juma tiba di Cijanur bertepatan dengan keluarnya Hesti dan Roy dari dalam rumah mereka. Roy dan Hesti yang awalnya hanya ingin bertemu dengan Ki Juma, kini harus melihat pagar rumah Dinda yang sudah terbuka begitu lebar. Hal itu seakan memang sudah seharusnya terjadi dan mereka sudah seharusnya berhadapan.

"Roy... kamu sangat ingin tahu tentang siapa orang yang menghancurkan dua penumbalanmu, bukan?" tanya Ki Juma sambil menatap tajam ke arah Dinda.

Dinda terlihat santai-santai saja, begitu pula dengan yang lainnya. Pak Agung menghubungi Pak RT dan Jaya untuk memperlihatkan apa yang sedang terjadi di luar sana pada saat itu.

"Iya, Ki Juma. Aku ingin tahu siapa orangnya," jawab Roy yang masih belum mengerti dengan situasi yang terjadi saat itu.

"Dia orangnya! Dia yang bernama Dinda!" Ki Juma menunjuk ke arah Dinda.

Calon TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang