64 | YANG TAK BISA DIINGAT

1.5K 130 21
                                    

Agil mendengar semua itu dari dalam kamar Jaya. Pria itu menangis pelan di balik bantal dan disaksikan oleh Deni serta Yusuf yang tengah menemaninya. Mereka berdua tahu kalau Agil jelas merasa sangat takut, jika sampai ada hal buruk yang akan terjadi menjelang hari pernikahannya. Wajar jika saat ini Agil merasa sangat cemas hingga tak peduli ketika harus menangis di depan Deni dan Yusuf sekalipun.

Deni mengusap-usap lembut punggung Adik bungsunya tersebut untuk memberikan ketenangan. Ia paham bahwa Agil kali ini benar-benar tak ingin lagi mengulang masa lalu. Agil jelas tak ingin lagi kehilangan Dinda dan berurusan dengan Hesti.

"Udah, Gil. Udah. Saat ini Neng Dinda dan yang lainnya sedang mencari jalan untuk membuat pelet yang ada di dalam tubuh kamu itu segera bisa dihilangkan. Kamu harus menguatkan diri, kamu enggak boleh rapuh. Lihat Neng Dinda, dia terus memperkuat dirinya di sisi kamu dan tidak peduli dengan berita buruk apa pun yang terdengar oleh telinganya. Kamu juga harus seperti itu, agar usaha Neng Dinda selama berada di sisi kamu tidak sia-sia," bujuk Deni.

"A--Agil pengen balik ke masa lalu, Kak. Agil pengen nanya sama diri Agil yang ada di masa lalu, Agil pernah berbuat salah apa sama Neng Hesti sampai dia begitu tega terhadap Agil dan Neng Dinda. Agil enggak bisa mengingat masa lalu sebelum bersama dengan dia, Kak. Agil merasa itu cukup aneh. Agil jadi bingung sendiri dengan kehidupan Agil yang sekarang," ungkap Agil, begitu jujur.

Yusuf pun mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat usai mendengar pengakuan Agil.

"Gimana, Kak Agil? Kakak enggak bisa mengingat masa lalu sebelum bersama Neng Hesti? Maksudnya... Kakak benar-benar lupa dan enggak ingat apa-apa aja yang terjadi sebelum Neng Hesti memberikan pelet itu kepada Kak Agil? Kakak hanya ingat semua masa lalu yang dimulai dari jatuh cintanya Kakak terhadap Neng Hesti? Benar begitu?" tanya Yusuf.

Agil bangkit dari posisinya yang sejak tadi terus berbaring. Pria itu menatap ke arah Yusuf, sementara Deni masih mengusap-usap punggungnya seperti tadi.

"Iya, Yus. Aku benar-benar enggak pernah bisa mengingat lagi masa lalu sebelum jatuh cinta sama Neng Hesti. Aku hanya ingat semuanya sejak jatuh cinta sama Neng Hesti. Aku sendiri selama ini bingung, kenapa bisa begitu. Padahal saat itu usiaku jelas bukan lagi usia anak-anak yang bisa cepat lupa sama kejadian yang udah aku lewati. Aku saat itu udah remaja dan bisa mengingat segalanya dengan jelas. Tapi... yang ada di dalam ingatanku selama ini hanyalah ketika aku jatuh cinta sama Neng Hesti aja. Kenangan kehidupan aku sebelum itu enggak bisa kuingat sama sekali," jawab Agil.

"Teh Dinda tahu mengenai masalah itu?" tanya Yusuf sekali lagi.

"Iya, dia tahu. Aku udah ngasih tahu dia semuanya sejak pertama kali kami bertemu lagi. Tapi... Neng Dinda juga belum tahu mengapa bisa aku melupakan ingatanku sebelum jatuh cinta pada Neng Hesti."

"Apa mungkin ada hubungannya dengan pelet yang dikasih oleh Neng Hesti?" duga Deni.

Agil dan Yusuf kini menatap ke arah Deni setelah mendengar dugaan itu.

"Masa, sih? Memangnya pelet bisa membuat seseorang lupa ingatan juga, gitu?" Yusuf merasa ragu.

"Ya, siapa tahu aja begitu. Tujuan seseorang memberi pelet pada targetnya 'kan untuk membuat si target lupa pada orang yang dicintainya dan berbalik mencintai si pemberi pelet. Mungkin... tapi ini masih kemungkinan ya, jangan dianggap serius. Kakak juga cuma menduga-duga. Mungkin... siapa tahu aja waktu itu kamu memang udah suka sama Neng Dinda dan Neng Hesti tahu mengenai hal itu lalu dia merasa marah. Karena Neng Hesti enggak suka sama Neng Dinda yang dia anggap merebut perhatian banyak orang dari dirinya, maka dari itulah Neng Hesti akhirnya menghalalkan semua cara untuk membuat kamu melupakan rasa sukamu kepada Neng Dinda, dan akhirnya hal itu berhasil membuat Neng Dinda tersakiti karena dia tahu kalau Neng Dinda juga menyukai kamu. Jadi... kamu jelas dibuat lupa sama semuanya dan yang ada di dalam ingatan kamu itu hanyalah ketika kamu sudah terjerat oleh pelet yang Neng Hesti berikan. Gimana? Cukup masuk akal atau enggak?" tanya Deni, usai memberi penjelasan mengenai apa yang dipikirkannya.

Jaya masuk ke dalam kamar itu tak lama kemudian, lalu menatap ke arah Deni dan Yusuf yang masih menemani Agil.

"Ada kemungkinan tebakan Deni itu benar adanya, Agil. Dulu... kamu memang tidak pernah sama sekali menunjukkan tanda-tanda bahwa kamu menyukai Neng Hesti. Kamu justru selalu menunjukkan tanda-tanda bahwa kamu sangat menyukai Neng Dinda, dan bahkan Almarhumah Emak pun tahu akan hal itu," ungkap Jaya, mengenai beberapa hal yang tidak diingat oleh Agil.

Dinda masih mengawasi rumah Hesti bersama Kuntilanak--yang tak lain adalah jelmaan Almarhumah Atikah--yang duduk di pembatas balkon. Kalin masuk ke kamar wanita itu dan merasakan hawa dingin yang begitu kuat, sementara AC saat itu dalam kondisi mati.

"Ada Nyai di luar?" tanya Kalin dengan santai.

"Iya, Kal. Ada," jawab Dinda, lembut seperti biasanya.

Kalin kini berdiri tepat di samping Dinda, sambil menatap ke arah yang sama. Rumah Hesti jelas adalah pemandangan paling pertama yang akan dilihat oleh siapapun yang menatap keluar jendela kamar Dinda. Kalin tak bisa melihat hal-hal gaib, namun ia yakin kalau Dinda saat ini tengah melihat sesuatu di rumah milik Hesti.

"Boleh cerita, kau sedang melihat apa di seberang sana?" Kalin ingin tahu.

"Peliharaannya si Roy lagi melihat ke arah sini, Kal. Mungkin darah ayam cemani yang diminum sama Roy sore tadi sedang memulihkan kekuatan si peliharaannya itu. Tapi dia jelas tidak akan sempat bisa menyerang, karena pemulihan melalui darah ayam cemani itu membutuhkan waktu paling sedikit tiga hari," ujar Dinda.

"Berarti kita masih punya waktu yang cukup banyak. Kak Agil akan berpuasa besok, dan setelah dia berbuka puasa kita akan melakukan ruqyah kepadanya agar pelet yang tertanam di dalam tubuhnya bisa dikeluarkan. Dan lusa... kau akan menikah dengan Kak Agil. Jadi saat Roy memerintahkan Ki Juma untuk mengembalikan pelet yang pernah Neng Hesti tanam di dalam tubuh Kak Agil sekalipun, maka itu sudah tidak akan ada gunanya. Kak Agil tidak akan pernah lagi terjerat oleh pelet itu dan Roy akan kita buat mengalami kekalahan pada saat dia menerima kegagalannya," ujar Kalin, yang jelas akan melakukan apa pun agar Dinda dan Agil bisa bersatu.

"Tapi bagaimana kalau Roy justru lebih dulu melepaskan peletnya terhadap Neng Hesti, Kal? Bagaimana kalau Neng Hesti yang akan kembali meminta Ki Juma agar pelet pangkanang itu kembali digunakan? Gue enggak bisa merasa yakin saat ini, Kal. Gue hanya bisa memasrahkan segalanya kepada Allah, agar Kak Agil serta hatinya selalu terjaga dalam keadaan apa pun," Dinda terdengar pasrah.

* * *

Calon TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang