Chapter 23

193 16 4
                                    

"Mama,maukah kau membantuku mengikatkan dasi" Noelle dan Asta sudah bersiap siap berangkat sekolah. Charlotte dengan senang hati membantu segala persiapan mereka.

 "Sudah benar, sekarang tinggal rambutmu" 

kata Charlotte sambil mengikat rambut Noelle dengan bentuk ponnytail. 

"Ingat, kalian harus mematuhi guru saat disekolah, dan juga kalian harus menjaga sikap, jangan menjahili anak anak lain" pesan Charlotte pada kedua anak tersebut.

 "Baik mama, kami akan menjaga sikap" 

"Bagus, ayo, aku akan mengantar kalian" Charlotte mendampingi kedua anak itu, biasanya finral akan mengantar mereka ke sekolah, karena ini hari pertama Asta dan Noelle berangkat sekolah setelah sekian lama pandemi, maka Charlotte akan menemani mereka sampai jam pulang sekolah.

Finral sudah siap didepan halaman lobby untuk mengantar Asta dan Noelle, ia berencana untuk menemui kekasihnya Finest, setelah mengantar kedua anak itu dengan menggunakan mobil majikannya. 

"Finral, kau bisa beristirhat hari ini" ujar Yami yang kini berada dihadapan pemuda tersebut.

"Berisitirahat?, tidak Tuan aku kan harus mengantar Noelle dan juga Asta" kata Finral bersemangat.Charlotte dan kedua anak itu sudah sampai di lobby dan siap berangkat.

"Papa, kebetulan sekali papa belum pergi ke pabrik" celotoh Asta.

 "Ya, hari ini ayah yang akan mengantar kalian ke sekolah"

"Benarkah?!, Asyik. Akhirnya ayah mau mengantar kami"

"Ya, apalagi ini hari pertama kalian bersekolah".

"Tu-tunggu Tuan Yami, pekerjaan anda begitu banyak, anda tidak perlu repot repot mengantar anak anak, percayalah aku akan mengantarnya dengan selamat" tutur Finral.

Yami mendengus lalu menghadiahi Finral tatapan tajam, yang membuat Finral sadar bahwa sarannya itu hanyalah sia sia, lagi lagi ia batal berkencan dengan Finest.

Finral lalu menyerahkan kunci mobilnya pada Yami.Charlotte sedikit tersipu saat Yami membukakan pintu depan mobil untuknya, ia juga cukup senang karena Yami mau meluangkan waktu untuk Asta dan Noelle, itu berarti Yami mendengarkan saran darinya, memang seharusnya seperti itu tugas ayah kepada anaknya.

***

"Bukankah menyenangkan bisa mengantarkan anak anak ke sekolah?, hari ini mereka kelihatan bersemangat karena anda yang mengantarnya" kata Charlotte. 

"Ya, selain itu mereka juga sepertinya akan bertemu dengan teman teman dan akan belajar seperti biasa. Itu bagus, jadi mungkin kita punya banyak kesempatan" tutur Yami. 

Charlotte memandang kearah Yami malu sambil menutup wajahnya, kemudian ia berdeham sambil memandangi aliran sungai yang tenang di sampingnya. 

Yami tersenyum simpul, lalu memegang tangan Charlotte.

"Ada apa sayang?"

"Uhuk, Tidak. Tidak ada apa apa"

"Kau terdengar masih formal bicara denganku" tutur pria itu.

"Tidak, aku sudah sedikit santai" jawab Charlotte sambil sedikit bergeser dalam duduknya terlihat sekali Charlotte belum terbiasa bersama dengannya. 

"Ehm.. Bukankah ini bukan jalan pulang?,"

"Memang benar. Aku mau berkencan dengan pacarku hari ini"

"Tuan!, itu.. bukankah anda sibuk?. Lagi pula aku perlu mengerjakan banyak hal" 

"Itu karena hubungan kita seperti ada jarak. Lihat, aku kan sudah bilang jangan memanggilku 'tuan' jika kita sedang berdua" kata Yami.

Charlotte menggigit bibirnya karena malu, ia memang tidak terbiasa menyebut pria itu dengan sebutan nama, dan bagaimana jika ia kelepasan memanggilnya Yami disaat ada orang lain yang mendengar.

Yami membawa Charlotte ke kota dan membawanya kesebuah butik.

"Apa gaji yang aku berikan kurang?, sampai kau tidak pernah beli baju?"

Charlotte diam saja tidak berani menjawab, karena memang selama ini ia langsung memberikannya pada Sol dan mereoleona. Ia hanya menyisihkan beberapa sen saja untuk dirinya. 

Yami  menggamit lengan Charlotte dan mengajak nya masuk. 

"Tolong pilihkan baju yang cocok untuk kekasihku. Musim terbaru, gaun dan pakaian musim kemarin juga"

Charlotte cukup kaget saat mendengar Yami mengatakan dengan sebutan kekasih. Mengapa pria itu begitu sekarang begitu romantis. 

Selagi Charlotte memilih baju didampingi seorang pramuniaga, Yami pergi menuju ruang ganti VIP sambil menunggu Charlotte mencoba pakaian. 

Charlotte terlihat begitu menawan dengan baju mewah yang ia pakai, berbeda sekali dengan saat awal ia memakai baju lusuh., walaupun dari cara berjalannya perempuan itu kelihatan canggung.

"Tuan, menurutku ini terlalu bagus. sepertinya harganya mahal" keluh Charlotte.

"Astaga kau masih saja mempermasalahkan harga?, Charlotte kau harus mulai terbiasa jika sudah berkencan dengan pria  kaya dan paling tampan didunia" ucap pria itu percaya diri.

Yami membantu Charlotte membenarkan gaunnya yang tersangkut. Sementara Charlotte hanya diam ditempat dengan wajah yang panas.

"Aku ingin kekasihku terlihat istimewa, jangan sampai si Nacht sialan itu yang mengambil kesempatan"

Charlotte tersenyum menyadari betapa cemburunya Yami pada Tuan Nacht, apa itu sebabnya setiap hari Yami selalu mengatakan bahwa dirinya  selalu memikirkan Nacht?.

Yami mengajaknya makan dan berkeliling kota, sesekali pria itu akan mengecupnya dan memeluknya dari belakang.

Untuk pertama kalinya Charlotte merasa bahagia dan merasa dicintai. Ia begitu jatuh cinta pada Yami dan tergila gila pada pria itu. 

"Selanjutnya kau mau kemana?" kata Yami menawarkan.

"Aku tidak tahu Tuan, sebenarnya aku ingin pulang saja, kita sudah cukup lama berkencan" Tutur Charlotte

"Charlotte, apa kau lupa untuk tidak memanggilku dengan sebutan Tuan?, aku tidak suka kau bersikap formal seperti ini"

"Maaf.. ekhem.. baiklah Yami, aku akan berusaha untuk tidak memanggilmu Tuan"

"Bagus!, ayo kita pulang."

***
Charlotte begitu bahagia ada momen kebersamaan bersama Yami, mungkin memang benar sebagai seorang kekasih, tentu keduanya harus memiliki waktu bersama untuk saling mengenal.

Charlotte sedikit menyadari, kalau Yami mulai berubah, tidak seperti saat awal ia bertemu pria itu, kali ini Yami begitu terbuka dan hangat dan mau berbaur dengan  semuanya. Ia jadi teringat ucapan Marx, kalau dulu Yami bukanlah pria yang menakutkan dan mungkin inilah yang dimaksud dengan Marx, ia merasakan hal yang sama.

Keduanya sudah tiba di Black Castle, Yami menyuruh Finral untuk membawa barang barang Charlotte. Melihat sikap Tuannya yang berbeda, tentu Finral langsung sadar bahwa ada hubungan spesial antara Yami dan Charlotte. Apalagi keduanya tidak menunjukkan emosi yang berapi api seperti dulu, sekarang malah keduanya terlihat seperti sepasang kekasih.

"Apa Noelle dan Asta sudah datang?" tanya Yami.

"Asta dan Noelle?. Hmm bukankah anda yang menjemput mereka?" ujar Finral bertanya balik.
"Aku hanya mengantar mereka pagi tadi, bukankah aku menyuruhmu untuk menjemput mereka saat jam pulang?!"
Wajah Finral berubah menjadi pucat.

"Ya sudah bagaimana kalau kita menghubungi pihak sekolah, selagi aku akan langsung menjemput mereka"

"Masalahnya... aku baru saja pulang dari sekolah,katanya  Asta dan Noelle sudah dijemput oleh ibu mereka" ujar Finral
Untuk beberapa saat mereka cukup tegang, dan Charlotte mengira Asta dan Noelle kemungkinan di culik?. Ia sungguh tidak bisa membayangkan apapun.

"Kalian serius sekali.." ucap seseorang dibalik pintu.
"Apa aku sebagai ibunya tidak boleh menjemput kedua anakku?"

Yami menegang saat tahu siapa sosok yang muncul dan tiba tiba sudah berada didalam mansionnya. Wanita itu, kenapa tiba tiba kembali setelah bertahun tahun pergi.

"Karna.."

TBC

Akhirnya update juga cerita ini 😄😅

Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang