JAN LUPA FOLLOW!
HAPPY READING!
Reska tak menyangka bahwa gadis yang ditolongnya itu adalah Ratna. Ia menyugar rambutnya dan bersedekap dada menatap Ratna didepannya. Ia merasa dirinya bagaikan sang penyelamat.
"Wahh! Ternyata dunia ini sempit ya. Udah, lo gak perlu repot-repot ngucapin makasih. Gue ini emang orangnya baik, suka menolong," sahut Reska songong.
Menyebalkan!
Orang baik itu diakui bukan mengakui. Reska sungguh percaya diri mengakatakan bahwa dirinya orang baik.
"Lo jalan kaki?" tanya Reska santai.
"Iya. Rumah gue deket sini. Gue duluan," sahut Ratna melangkah terburu-buru karena masih terbayang-bayang dengan kata-kata para cowok diwarung kelontong itu. Membuatnya cukup merasa tersudutkan.
"Huhh!" Reska menghembuskan napasnya lalu berbalik menuju ke arah Kakaknya yang menunggunya disebelah motornya.
"Iya Kak, iya gue tau. Kakak pasti mau muji gue kan," ujar Reska memakai helmnya.
"Idih pede banget lo!" cibir Mutia. Padahal dalam hati Mutia sangat bangga dengan adiknya itu yang bersikap gentle menolong orang.
***
"Darimana Rat?" tanya pria berkacamata bening sedang duduk di sofa memangku sebuah laptop.
"Dari warung depan komplek, Pa. Beli penggaris," jawab Ratna.
"Kamu jalan kaki? Kok enggak minta tolong Papa?"
"Ratna takut ganggu Papa. Soalnya keliatannya serius banget mandangin laptop."
"Enggak kok, Papa cuma baca laporan aja ini."
"O iya, Papa butuh kopi atau apa gitu? Biar Ratna bikinin," tawar Ratna.
"Em, enggak usah sayang. Papa lagi gak pengen sesuatu."
"Buatin Mama orange juice," sela wanita berambut pendek itu yang baru keluar dari kamarnya.
"Iya Ma. Tunggu sebentar," ucap Ratna menuruti perintah.
"Ma, jangan nyusahin Ratna dong. Ratna itu mau belajar," ucap Arta menasihati istrinya. Bola mata Desi berputar malas. Suaminya selalu saja membela dan memanjakan anak perempuannya ini.
"Oh, enggak kok Pa. Ratna malahan seneng buatin Mama sesuatu," sahut Ratna cepat agar tak jadi perdebatan antara Papa dan Mamanya.
"Tuh, Papa denger sendiri kan," dengus Desi.
Setelah selesai membuatkan Mamanya orange juice. Ratna masuk ke dalam kamarnya. Ia kembali bergelut dengan buku-buku tulis teman-temannya.
Tangannya mulai menggaris membuat bangun datar berbentuk kubus. Malam ini sepertinya Ia akan tidur larut dikarenakan Ia menyanggupi dua belas orang temannya menyelesaikan tugas matematika. Terlebih lagi harus menggabar bangun datarnya yang bentuknya beda-beda tiap soal. Ratna baru berhasil menyelesaikan empat pesanan. Pekerjaannya sempat tertunda gara-gara penggaris miliknya hilang entah kemana sewaktu Ia tinggal makan malam tadi. Entah dimana penggarisnya itu, dirinya lupa naruh. Dan mau tidak mau waktunya sedikit terbuang hanya untuk membeli penggaris di warung kelontong depan kompleks perumahannya yang lumayan jauh dengan jalan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ritme Cinta
Teen FictionSering dibanding-bandingkan, selalu ngerasa orang tua pilih kasih itulah yang dirasakan oleh gadis remaja berusia 17 tahun ini. Semenjak kehadiran sang adik, gadis yang kerap disapa Ratna ini jadi terasingkan oleh keluarganya sendiri. Dirinya bak di...