Bab- 08

991 120 5
                                    

Keluarga besar Jung berkumpul di Mansion Hein dan Jisoo. Sudah tiga puluh menit berlalu keluarga konglomerat itu hanya saling diam tanpa memulai pembicaraan sama sekali.

Keringat dingin Jisoo rasakan, apalagi melihat kedua mertua nya tak lagi bersikap ramah seperti biasanya.

Tuan Jung menghela nafas kasar menatap sang putra dan menantu kesayangan nya hanya diam tanpa berdalih ataupun meneluruskan permasalahan ini.

"Mau sampai kapan kalian akan tetap seperti ini?"tanya Tuan Jung datar.

"Appa , aku tau tindakan ku tidak di benarkan tolong maafkan aku karena sudah mencoreng nama baik keluarga Jung."jawab Hein dengan kepala tertunduk merasa bersalah.

"Untuk apa meminta maaf nak? Meski tindakan mu tidak di benarkan tapi apa yang kamu lakukan ini juga demi masa depan keluarga Jung. "

"Seharusnya istri mu yang memberikan penerus untuk keluarga ini bukan nya wanita lain yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan keluarga besar kita."di bawah sana tangan Jisoo terkepal kuat menahan emosi karena sang ibu mertua merendahkan nya tanpa pikir panjang.

"Eomma, jangan berbicara seperti itu Jisoo pasti merasa sakit hati akan ucapan mu."nasehat Hein tak suka ada orang lain yang merendahkan istrinya meski itu adalah ibu kandungnya sendiri.

"Memang apa yang Eomma bicarakan? Bukankah apa yang Eomma sampaikan ini adalah kebenaran nya? Istri mu itu tidak bisa ha--"

"EOMMA!!"tegur Hein kali ini dengan suara tegas karena merasa sang ibu sudah sangat keterlaluan.

"Sudah jangan banyak berdebat lagi sekarang katakan pada Appa wanita mana yang sedang mengandung anak mu?"tanya Tuan Jung melerai pertikaian ini sebelum menjadi semakin rumit.

"Dia hanya wanita biasa Appa. Namanya adalah Kim Jennie dan yang ku tau dia adalah seorang janda beranak satu."

Brak

Tuan Jung memukul meja begitu keras dan menarik kerah baju Hein dengan kasar.

"Apa kau sudah gila ha? Aku pikir kamu itu menghamili wanita yang belum menikah tapi apa ini? Seorang janda saja masih kau mainkan apa kau tidak memiliki otak JUNG HEIN?!!"bentak Tuan Jung tak membuat Hein takut sama sekali.

"Lalu mau bagaimana lagi Appa? Jisoo sendiri yang memilih janda itu untuk mengandung anak ku."

"Apa?"

°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Pada siang hari Jennie keluar dari rumah kontrakan nya. Ibu satu anak itu sudah bertekad untuk menggugurkan janin yang tumbuh di rahimnya karena ia tidak ingin mengandung anak itu sampai lahir.

Ketika sudah berada di depan Apotik Jennie terlihat ragu mendekat. Ia menatap sejenak perut nya yang rata di mana lambat laun akan semakin membesar, jika sampai itu terjadi apakah ia sanggup menghadapi masyarakat yang mencemooh dirinya karena hamil tanpa suami?

"Kau tidak jadi masuk nak?"tanya seorang wanita tua baru saja keluar dari Apotik setelah menebus obat.

"Ah? Nde , ini juga mau masuk Ahjuma."jawab Jennie membungkuk sebentar sebelum ia melangkah maju ke dalam Apotik untuk menyelesaikan tujuan nya kemari.

"Selamat datang Unnie, ingin mencari apa?"

Jennie terlihat diam untuk beberapa saat, ibu satu anak itu membasahi bibir nya sebentar sebelum menjawab

"Tolong berikan aku obat penggugur kandungan."

Bersambung

Alur cerita ini akan berbeda dari yang sebelumnya



























Kasih Ibu [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang