Bab- 11

1.3K 133 12
                                    

Jennie pov.

Entah sejak kapan aku seperti ini tapi orang-orang di sekitarku seperti menganggap bahwa aku tidak ada.

Entah sudah berapa waktu aku lalui tapi aku selalu berada di dekat anak ini.

"Siapa anak ini? Lucu sekali dia saat bermain. Tapi kenapa wajahnya  sedikit mirip dengan ku."ucap ku memerhatikan seorang balita sekitar umur 2 tahun bermain sendiri tanpa di dampingi oleh kedua orang tuanya.

"Ouh? Mau kemana dia?"kagetnya saat melihat balita itu berdiri dan mendekati steker tempat di mana banyak pasang kabel disana.

Dengan cepat aku mendekati anak itu untuk mencegahnya tapi, sesuatu hal di luar nalar terjadi padaku dimana tangan ku tak bisa menggapai tubuh anak itu sedikitpun.

Tangan ku menembus tubuh nya seolah-olah aku adalah angin yang ada tapi tidak terlihat.

Mata ku terpaku, tubuh ku gemetar tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada tubuh ku saat ini apakah aku sudah meninggal? Tapi karena apa? Aku tidak mengingat nya sama sekali.

"Ain ain."suara itu kembali menyadarkan ku bahwa ada seorang anak yang dalam bahaya.

"Bagaimana ini? Aku tidak bisa menolong anak itu. Tuhan.. Tuhan tolong kirimkan malaikat untuk anak ini jangan biarkan dia dalam bahaya." ku panjatkan doa dengan menutup mata berharap doa ku terkabulkan.

Drap drap drap

Suara langkah kaki terdengar begitu kencang seperti menjawab doa ku. Seorang wanita cantik berhasil mencegah balita hendak menyabut steker listrik. Aku sangat bersyukur dia selamat, tapi bagaimana dengan ku?

Apakah benar aku sudah meninggal?

Tapi karena apa? Kenapa aku tidak mengingat sedikitpun tentang ku bahkan nama pun aku tidak ingat sama sekali.

Jennie pov end.

Flashback.

2 tahun lalu...

Jennie  berdiri di  trotoar jalan hendak menyebrang. Ia harus menyebrang lebih dulu karena Halte bus yang ia tuju letaknya di sebrang jalan.

Melirik sebentar ke pergelangan tangan nya sudah menunjukkan pukul 9 : 15 menit yang artinya dia harus  segera sampai di tempat bekerja sebelum ia kehilangan pekerjaan. Karena selama ini Jennie selalu terlambat datang dengan alasan Chaeyoung yang rewel.

Bos baru  Jennie yang 1 ini sudah banyak memberikan nya toleransi, tapi lama kelamaan toleransi itu di cabut karena banyak pegawai yang merasa di rugikan bahkan berpikir  Jennie sengaja menceritakan kisah pilu nya agar menarik perhatian bos untuk mendapatkan  posisi yang lebih tinggi dari pada sekarang.

"Ayolah lampu lalu lintas tolong kerjasama nya kali ini saja. Aku harus cepat sampai di tempat kerja."ucap Jennie menatap penuh harap pada lampu lalu lintas di sampingnya yang masih menunjukkan warna merah.

"Bagaimana ini? Aku harus segera berangkat sebelum mendapat--"ucapan Jennie terhenti saat tubuhnya tiba-tiba melayang membentur kap mobil, kaca , atap dan berakhir menghantam aspal begitu keras.

Darah mulai mengucur deras dari pelipis, hidung bahkan mulut. Orang-orang mulai berdatangan mengerumuni nya tapi Jennie tidak memusingkan hal itu dia harus memastikan bayi nya selamat dan baik-baik saja.

"Ba-bayi ku."lirihnya mengusap perut yang sedikit membuncit karena bayinya bersembunyi atas kemauan sendiri.

Padahal belakangan ini Jennie sudah menyuruh nya untuk tidak bersembunyi lagi dan memperbolehkan anak itu untuk menunjukkan diri tapi bayi itu seolah mengerti bahwa Jennie masih belum bisa menerima kehadiran nya sepenuhnya. sehingga bayi itu tetap bersembunyi saat sedang di luar kecuali berada di rumah bersama dengan kakaknya maka bayi itu selalu menunjukkan diri ke ukuran normal lalu memberi tendangan kecil seolah memberi isyarat bahwa ia suka bermain.

Kasih Ibu [ REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang