"Ingin nya sih aku berbohong padamu Oppa tapi hasil lab ini jelas membuktikan bahwa sampai kapanpun Jisoo Unnie tidak akan bisa memberikan mu seorang anak."
Part sebelumnya ____________________________________
Degh
"Andwe , kau pasti bercanda kan Yerim?"bentak Jisoo tak terima bahwa ia mandul.
"Mana mungkin aku berbohong Unnie , hasil pemeriksaan medis mu jelas mengatakan bahwa kau tidak bisa memiliki keturunan."jawab Yerim memandang sendu kakak iparnya.
"ANDWE!! Itu pasti salah tolong periksa sekali lagi." Jerit Jisoo menolak kenyataan pahit ini.
"Sudah sayang tidak apa-apa , kita bisa mengadopsi seorang anak di Panti Asuhan."ucap Hein menenangkan istrinya walau dalam hati ia sama hancur nya seperti Jisoo.
"Tidak bisa seperti itu Oppa. Kau mungkin bisa menerima ini tapi keluarga mu? Mereka pasti tidak akan pernah menerima nya."seru Jisoo meninggikan suara lalu pergi meninggalkan suaminya begitu saja.
"Jangan diam disini saja Oppa , cepat kejar istri mu."Hein mengangguk mengikuti instruksi dari Yerim.
Saat ia keluar dari ruangan Yerim Hein sudah kehilangan jejak istrinya.
"Dimana kamu sayang?"batin Hein celingukan mencari sang istri.
••••••••••••••
Sementara itu di tempat lain. Seorang wanita dengan pipi mandu nya tengah berdiri di depan ruang bayi dimana anak yang ia lahirkan tiga bulan lalu masih berada di inkubator karena memiliki permasalahan dengan pernafasan nya.
Karena ia dari keluarga kurang mampu membuat nya sedikit kesulitan membayar biaya pengobatan anaknya yang sangat mahal di Rumah Sakit tempat dimana ia bekerja saat ini. Di tambah lagi dia hanya lah seorang janda yang baru di tinggal suaminya enam bulan yang lalu karena kecelakaan.
"Hiks hiks maafkan Eomma sayang karena Eomma terjatuh saat itu kamu jadi berada di dalam sana dengan semua alat pernafasan itu."gumam wanita tersebut memandangi wajah putri nya dengan penuh air mata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiba-tiba datang seorang Suster menanyakan kapan wanita itu akan membayar biaya pengobatan anaknya yang sudah sebulan ini membengkak tidak di bayarkan.
"Jennie , apa kamu sudah memiliki uang? Direktur mengatakan jika kamu tidak segera membayar biaya pengobatan putri mu selama tiga bulan ini maka dengan terpaksa kami akan mencabut semua alat medis yang menempel di tubuh putri mu."
"Ja-jangan ! Jangan lakukan itu Unnie. A-aku janji besok akan membayar nya."panik wanita bernama Jennie itu.
"Baiklah , aku akan sampaikan kepada Direktur jika kamu akan membayarnya besok."setelah mengucapkan kalimat itu Suster itu pergi tanpa merasa kasihan sedikitpun terhadap Jennie yang tidak memiliki uang.
"Hiks hiks bagaimana cara nya aku membayar biaya pengobatan Chaeyoung? Jika untuk makan sehari-hari saja aku masih serba kekurangan."lirih Jennie mengacak-acak rambut nya frustasi.
Tap tap tap
Tiba-tiba ada yang mendekati nya mengulurkan sebuah cek kosong. Jennie mendongak menatap bingung wanita cantik di depannya ini.
"Nyonya bukan nya yang tadi di dalam ruangan Dokter Kim?"tanya Jennie membuat wanita itu tersenyum lalu mengangguk membenarkan.
"Ambil cek kosong ini lalu kau bisa menuliskan berapa pun nominal angka di dalamnya. Tapi aku tidak membantu mu secara cuma-cuma."
"Maksud Nyonya apa?"tanya Jennie bingung.
"Maukah kamu mengandung anak dari suami ku?"
Deg
"A-apa? Nyonya aku tidak bisa melakukan ini."tolak Jennie secara halus menyingkirkan selembar kertas di depannya.
"Ayolah Jennie-ssi , kau mungkin tidak membutuhkan nya tapi anak mu di dalam sana membutuhkan uang ini agar bisa bertahan hidup."desak Jisoo agar Jennie mau menerima tawaran darinya.
" Dan kau tenang saja , uang yang sudah kau tuliskan di cek ini hanya sebagai DP nya saja selebihnya aku akan menjamin semua biaya pengobatan putri mu sampai sembuh."lanjutnya.
"Ta-tapi Nyonya--"
"Jangan terburu-buru. Pikirkan lah lagi dengan matang , aku akan datang kembali besok untuk mendapatkan jawaban dari mu."Potong Jisoo cepat lalu menyelipkan cek kosong tersebut di tangan Jennie lalu pergi mencari suaminya untuk memberikan berita baik.
Setelah kepergian Jisoo , Jennie memandang sendu selembarancek di tangan nya ini.
"A-apa aku harus menerima tawaran Nyonya itu atau tidak ya? Jika aku menolaknya nyawa Chaeyoung akan dalam bahaya."
"Apa yang harus aku pilih Tuhan..???."
"Tolong bantu hamba mu ini untuk memilih jawaban terbaik yang tidak merugikan siapapun."