Tak terasa usia kandungan Jennie sudah memasuki 9 bulan. Banyak kejadian terlewati selama 9 bulan ini di mana 7 bulan lalu Jennie terpaksa pindah rumah karena tetangga nya mengetahui bahwa ia mengandung anak haram dari suami orang.
Entah siapa yang menyebarkan nya pertama kali tapi kejadian ini berdampak buruk baginya. Termasuk orang-orang yang dulu dekat dengan Jennie kini mereka semua menjauh karena menganggap Jennie adalah wanita murahan bahkan Pelacur.
Pada awalnya Jennie mendatangi kediaman keluarga Jung untuk bertemu dengan Hein karena bagaimana pun juga anak yang ia kandung saat ini adalah darah daging dari pria itu. Tapi sesampainya disana Jennie harus menelan pil pahit jika Hein dan sekeluarga telah pindah ke luar negeri setelah perceraian antara Hein dan Jisoo sudah di putuskan.
Dengan keadaan mengandung Jennie banting tulang mencari uang sendiri karena selain tidak memiliki suami dan sanak saudara, Hein pun berhenti mengirimkan nya uang.
Semenjak ia hamil lagi, hormon Jennie selalu naik turun tak jarang Chaeyoung di marahi hanya karena masalah sepele. Contohnya seperti sekarang.
"Astaga Chaeyoung ! Kamu bisa tidak sih berhenti bermain? Lihat sekarang lantai berantakan di penuhi oleh mainan mu."bayi berusia 11 bulan hanya diam dengan tatapan polosnya menatap sang ibu.
"Heo? Taahh tahh uuggh tahh."celoteh Chaeyoung mulai merangkak mendekati kaki Jennie.
"Eomma tidak mengerti kamu bicara apa Chaeyoung."ucap nya.
Tapi saat Chaeyoung mengulurkan kedua tangan minta di gendong barulah Jennie mengerti keinginan anaknya itu. Menggeleng kuat mengisyaratkan kepada anaknya itu jika dia sudah tidak boleh mendapat gendongan lagi karena takut melukai calon adiknya.
"TIDAK! Chaeyoung sudah tidak boleh minta gendong lagi, perut Eomma sudah semakin besar nak nanti calon adik Chaeyoung kenapa-kenapa di dalam sana."
"TAAAHH AAAAAAAA."bayi itu menangis karena keinginan nya tidak di penuhi.
"Heong heong AAAAAAAA."suara tangis Chaeyoung semakin keras sampai terdengar luar rumah.
Wendy tetangga sebelah Jennie mendengar suara tangis Chaeyoung. Karena merasa iba wanita itu masuk kedalam rumah dan membantu Jennie menenangkan anak nakal itu.
"Chaeyoung kenapa lagi Jen?"
"Eoh? Wendy Unnie? Biasa Unnie , anak nakal ini minta di gendong dan aku tidak mungkin menggendong nya karena kandungan ku sudah semakin besar."
"Ya sudah sini biar aku saja yang menggendong nya. Sebentar lagi kamu akan berangkat kerja kan? Biar Chaeyoung bersama ku, kebetulan ada ponakan ku yang sedang berkunjung siapa tau mereka berdua bisa akrab dan menjadi teman baik."saran Wendy seperti membawa angin segar bagi Jennie.
"Syukurlah jika seperti itu. Iya sebentar lagi aku akan berangkat bekerja. Aku titip Chaeyoung, Unnie."
"Nde , tenang lah kau disana Jennie. Jangan pikirkan tentang Chaeyoung karena dia akan aman bersama ku."entah kenapa Wendy berbicara ambigu seperti ini, tapi Jennie tidak memusingkan hal itu.
Mengecup sebentar kening Chaeyoung yang masih menangis dalam gendongan Wendy. Ia ingin memberikan sedikit nasehat sebelum benar-benar pergi pada anak nakal nya itu.
"Chaeyoung sayang , jadilah anak yang baik eoh? Maaf jika akhir-akhir ini Eomma selalu memarahi mu. Eomma pergi dulu ne? Selamat tinggal anak ku."
Cup
Chaeyoung menangis semakin keras melihat kepergian ibunya. Anak itu seperti tidak menginginkan ibunya pergi hari ini tapi Jennie terus melangkah maju tanpa menoleh lagi kebelakang.
Melihat putri dari tetangga nya menangis tiada henti membuat Wendy menimang anak itu sambil berkata-
"Sssttt.. Chaeyoung sayang anak baik jangan menangis eoh? Ayo kita ke rumah Wendy Imo saja biar kamu ada teman bermainnya."ucap nya setelah itu membawa pergi Chaeyoung agar anak itu tidak merasa sedih di tinggal ibunya bekerja.
°°°°°°°
Setelah perceraian nya dengan Hein berakhir. Jisoo kembali menikah setelah masa idah nya selesai.
Suami baru nya saat ini begitu perhatian dan sangat menerima kekurangan Jisoo yang tidak bisa memiliki keturunan. Pria itu tidak mempermasalahkan kekurangan Jisoo karena ia sudah memiliki seorang anak dari pernikahan sebelumnya.
"Eomma, lihat lah gambar Seulgi apakah cantik?"tanya anak sambung Jisoo bernama Ahn Seulgi.
"Coba sini Eomma lihat nak, woah! Ternyata gambar Seulgi sangat bagus seperti pelukis profesional."puji Jisoo menganggumi lukisan anak sambung nya yang baru berusia 7 tahun.
"Benarkah?"tanya Seulgi lagi dan Jisoo mengangguk meyakinkan anak sambung nya itu jika apa yang ia katakan adalah kebenaran nya.
"Kau dengar itu Appa? Jisoo Eomma memuji lukisan ku tidak seperti Suzy Eomma yang selalu menghina gambar Seulgi."
Kedua orang dewasa berbeda jenis itu saling melirik sebentar memahami bahwa putri mereka masih menaruh dendam pada Suzy , Eomma kandung dari Seulgi sendiri.
"Nak, tidak baik berbicara seperti itu karena bagaimana pun Suzy Eomma adalah ibu kandung mu."tegur Bo Hyun suami baru Jisoo.
"Seulgi tidak peduli Appa. Bagi Seulgi Eomma kandung Seulgi itu adalah Jisoo Eomma , dan bagi Seulgi Suzy Eomma sudah ma-"
"AHN SEULGI!!"bentak Bohyun mulai kehilangan fokus menyetir mendengar ucapan putrinya itu.
"Oppa , jangan membentak Seulgi seperti itu dia hanya anak kecil."tegur Jisoo menenangkan Seulgi yang gemetar ketakutan dalam pangkuan nya.
"Kamu tidak mengerti Jisoo. Seulgi itu harus di-"
"OPPAAA AWAS."
"AAAAAAAA....."
BRAAAK
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Ibu [ REVISI ]
Fanfiction"apa kau mau mengandung anak dari suami ku?" "A-apa?" hargai usaha author yang sudah buat cerita ini dengan meninggalkan vote dan juga komentar