tali-tali yang memudar

87 22 3
                                    

Bagian 9 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- r a p u h -

            JUYEON benar-benar membenci perpisahan. Ia membenci jarak dan waktu yang akan berbeda pada rentang membentang kehadiran seseorang. Raut memohon untuk tidak ditinggalkan sudah sejak kemarin Juyeon perlihatkan pada Luda yang justru menertawakan dan menggodanya.

            “Gak usah sok imut!” Luda tergelak. Kopi di tangan yang es-nya sudah mencair gadis itu simpan, lalu menyentuh kedua pipi Juyeon menggunakan tangannya yang dingin. “Aku pergi sebentar doang kali.”

            Wajah menyebalkan Juyeon terlihat. “Lima tahun tuh sebentar, ya.”

            Benar-benar, Luda tidak bisa berhenti tertawa. “Itu cuma waktu, Juyeonie.” Diraihnya tangan Juyeon yang masih terbalut perban kasa. Laki-laki itu tidak ingin melepasnya.

            “Aku tiap tahun pulang kok.” Yang tentu saja tidak akan selama 5 tahun penuh Luda berada di Milan. Waktu-waktu libur yang akan ia dapati bisa saja membawanya untuk terbang ke tempat orang-orang terdekatnya hadir.

            “Bulan depan aku nyusul kamu.”

            “Oh, ya?” Mata Luda berbinar.

            “Tapi sehari doang. Aku belum sekaya itu buat menetap lama.”

            Sontak Luda menjatuhkan kepalanya pada dada Juyeon. Lagi, menertawakan akan tingkah Juyeon yang makin aneh di pandangan serta pikiran. “Diem deh, aku udah cape buat ketawa terus!”

            Si pelaku hanya mengangguk-angguk saja. Meminum sisa kopi Luda yang sudah aneh rasanya seraya netra memandang ke segala penjuru. Sampai pandangannya jatuh pada sosok yang melambaikan tangan setelah Luda meneriaki nama si perempuan. Raut tegang menguasai air muka Juyeon sekarang. Tangannya mengepal seiring langkah Bona mendekat.

            Perempuan itu ... tampak baik-baik saja.

            Luda memberitahunya bahwa ia mengunjungi Bona dan memberitahu pada si perempuan bagaimana kondisinya. Juga, Luda mengatakan keadaan Bona yang tampak merasa bersalah akan kejadian kemarin.

            Sekali lagi, Juyeon tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan Bona. Tidak, ia tidak membenci Bona. Namun, mengetahui rahasia-rahasia menyakitkan itu keinginan agar ia lupa ingatan adalah alasan paling masuk akal agar pandangannya terhadap Bona tidak akan berubah. Akan tetap sama.

            “I’ll never let you go, ya. Awas aja kalo aku denger hal-hal gak enak selama kamu di Milan.” Juyeon menyipitkan mata. Tidak bermain-main atas ucapannya. Mengingatkan pada Luda juga untuk selalu waspada dan tidak begitu saja mempercayai orang di tempat yang tidak bisa Juyeon jangkau secara mudah.

            Maka, Luda mengangguk, diikuti tangan naik ke atas menyentuh sisi wajah Juyeon. Semua terekam jelas dalam banyaknya dwimanik yang memerhatikan mereka berdua. “Kalo ada yang buat macam-macam sama aku, kamu bisa hajar dia sampai masuk ruang mayat. Aku dukung kamu.”

            Tawa renyah yang mengalun seirama itu terdengar. Baik Juyeon dan Luda menarik diri mendekat untuk memeluk satu sama lain. Satu tangan meremas ujung pakaian, sementara tangan lain memeluk pinggang si perempuan dengan wajah jatuh di puncak kepala.

            “Text me. Apa pun itu selalu hubungi aku. Ya?”

            Luda tersenyum. “Always,” balasnya, merapikan syal yang melingkar di leher si lelaki. “Yang harus bilang hati-hati aku atau kamu?” tanyanya.

            Juyeon menaikkan sebelah alis. “Ya kamulah! Kan biar akunya gak ngelakuin hal aneh sama inget semua hal itu harus dipikir dulu.”

            “Idih!” Luda memukul lengan Juyeon. Serius, rahangnya sudah sangat pegal. Namun, semua ini menunjukkan bahwa Son Juyeon sudah baik-baik saja, walau Luda tahu Juyeon menahan diri di hadapan Bona.

           Kemarin, ia meminta pada Bona untuk menggantikannya dalam menjaga Juyeon. Namun, seperti yang sudah Luda perkirakan, Bona menolak.

           Pikir perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu, bagaimana ia bisa menjaga Juyeon, sementara diri sudah hancur, sudah terperosok dalam pada lubang kegelapan, hingga tidak bisa naik meraih terang. Bagaimana cara orang hancur menjaga orang lain untuk baik-baik saja?

           Lantas, di sore hari itu, Luda tersenyum dan meraih tangan Bona untuk ia genggam erat. “Juyeon bakal baik-baik aja selama kakak baik juga. Jadi, kakak harus jaga diri kakak baik-baik. Ya?

- r a p u h -
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
––to be continued––

.

.

rapuh, eunbo. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang