Prolog.

5.8K 36 2
                                    

• A COUPLE YEARS AGO •

"Ohh shit! I'm sorry. Let me help you." kata lelaki muda dengan rambut keriting yang lumayan besar setelah dia menabrak gue di hallway highschool, membuat buku-buku yang gue bawa berjatuhan ke lantai.

"nah, I'm fine." sahut gue sambil jongkok dan mengambil buku-buku dari lantai.

"why you bring a lot of books?" tanyanya.

"the teacher just ask me to bring this books to the history room. Do you know where's the room?" tanya gue penuh harap kalo cowo ini bukanlah cowo yang nyebelin dan suka ngejailin freshman.

"of course I know. Mind if I help you?" katanya dengan senyum yang membuat gue melihat lesung pipitnya dengan jelas untuk pertama kalinya.

Gue menatapnya ragu, tapi sepertinya cowo dengan mata hijau, rambut cokelat tua dan kriting (strange combination i know) ini terlihat tulus membantu gue. "I'll be so thankfull if you help me." balas gue dengan senyuman.

Dia mengambil setengah dari buku-buku yang harus gue antar ke ruang sejarah. "so you're new here?" tanyanya.

Gue mengangguk dengan malu. "yeah, i just moved here from Austria." jawab gue.

"Ohh, i'm Harry by the way." katanya.

"i'm Jessica, or you could just call me Jessie if you want it." sahut gue masih membopong buku-buku sejarah yang lumayan berat.

"are you a freshman?" tanya Harry.

"yep, i'm 13 years old. And i'm glad you're not an annoying senior who would tricks freshman." kata gue sambil tertawa kecil.

 "yeh, i'm 15 and you're lucky because i'm kind of charming senior that has a kindfull heart." kata Harry sambil ikut tertawa.

"And you are a very very confident senior, aren't you?" sahut gue membuat Harry memutar bola matanya sambil chuckling.

Harry mengadahkan kepalanya ke sebuah ruangan yang tertutup oleh pintu kayu dan diatas pintunya tergantung papan besi kecil bertuliskan "History Room". Gue masuk terlebih dahulu disusul oleh Harry yang setelah masuk menutup pintu ruangan dengan kakinya. Gue kira Harry cuman bakal ngebantu gue untuk membawanya ke ruang sejarah, tapi ternyata dia berniat untuk membantu gue menyusun buku-buku di raknya.

"you know, you don't have to help me anymore. I was the one who dropped the book." kata gue saat Harry mau membantu gue.

Dia menoleh ke gue dan menguratkan dahinya, "well, i was the one who made you dropped the book anyway." kata Harry dengan senyum lebar yang membuat lobang hidungnya membesar.

"okay then. A partner would make this shit done faster." kata gue.

Harry yang memiliki badan ga terlalu tinggi tapi tetap lebih tinggi dari gue, mengajukan diri sebagai orang yang naro buku ke raknya sementara gue dari bawah akan memisahkan buku-buku sesuai kategori dan ngasihin ke Harry yang siap naro bukunya ke rak.

"aww its a cute dog, didn't it?" kata gue sambil menyerahkan buku kecil yang gatau isinya apa tapi covernya puppy kecil dengan mata besar yang indah.

Harry mengambil bukunya dari tangan gue dan memperhatikan covernya sebentar, "you mean this?" katanya sambil menunjukan muka puppy.

Gue sempat terpana melihat Harry dengan mata hijaunya yang membesar, disaat itulah gue sadar bahwa matanya bagaikan laut tosca yang penuh lumba-lumba. Harry juga pouting his lips dan disaat itu pula gue sadar kalau Harry punya the most kissable plump lips. Thats it. He was right, he's a the most charming senior i'd ever met.

Harry tertawa sedikit sambil naro bukunya di rak. I can tell you kalau Harry sudah terbiasa dikagumi cewe polos kaya gue ini. Gue menahan pipi gue yang blushing tanpa alasan yang jelas, berpura-pura sibuk dengan buku-buku sejarah yang masih belum tersusun.

One of The BoysWhere stories live. Discover now