25. The Choices And The Journey. (LAST PART)

372 31 2
                                    

“Jessie, wake up!”

Gue menggerang ga setuju atas perkataan siapapun yang membangunkan gue pagi ini. Gue menarik selimut dan siap tidur kembali tapi ada tangan yang memukul kaki gue dengan semangat. “WHAT?” teriak gue sambil melihat mom yang berdiri di depan kasur dengan mata bengkak. Mom yang lagi memegang sapu membalas teriakan gue dengan tatapan bingung dan tak percaya. Gue menghela napas dan kembali menggerang pelan, “I’m sorry, Mom. I’ll be ready in minutes.” Kata gue sambil bangun dari kasur.

“Uhh.. you know, if you don’t want to go to school thats okay.” Kata mom mengamati bentuk dan rupa gue.

“what did you say?”  tanya gue bingung.

“you okay if you want to stay in home.” Kata mom. “well, since 2 days ago..” oh mom you mean since harry dump me? “you just look miserable.” Lanjutnya.

Gue menghela napas lalu mengambil hanuk dari gantungan, “i’m okay, mom. You don’t have to be worry.” Kata gue sambil berjalan ke kamar mandi.

Mom membalas gue dengan anggukan dan kembali menyapu kamar gue. Did i look so miserable that my mom let me skip the school? Gue mandi dengan cepat tanpa melamun karena takut telat. Gue hanya memakai baju yang terambil oleh tangan gue, yaitu sweater berwarna biru tua, skinny jeans, dan gue mamakai sepatu boots cokelat. Hari ini Hazel bakal nyamper ke rumah gue lalu kita sama-sama pergi ke terminal school bus. Hidup Hazel akhir-akhir ini terlihat seperti sunshine yang menyinari berlian, benar-benar terang dan indah. Well, lucky modest didn’t ruin her happiness like they ruining my happiness.

“Jessie, Hazel is here!” teriak mom dari pintu depan rumah. Gue berlari kecil sambil membawa backpack gue dan pamit lalu nyamperin Hazel.

Hazel terlihat sedikit kaget saat dia melihat gue keluar dari rumah. “You look worse.” Katanya sambil menggelengkan kepalanya. “you look miserable.” Ulangnya lagi.

“Its only 6.30 am and there’s already 2 people calling me misreable.” Kata gue sambil berjalan meninggalkan Hazel di belakang.

“but you are misreable.” Kata Hazel percaya penuh akan pendapatnya itu. “I’m just trying to be honest.” Katanya sambil mengejar gue yang sudah berjalan duluan.

“Yeah, whatevs.” Kata gue menghargai kejujuran yang dimiliki Hazel.

“last night, me and Niall had a dinner.” Kata Hazel curhat. Bikin gue sirik lebih tepatnya.

“yeah, just keep bragging.” Kata gue sarcastic tapi playfully.

“That wasn’t my point,” kata Jessie membela diri. “He said we could come to their first in London this December, ya know?” kata Hazel dengan tatapan seribu arti.

“we?” tanya gue dan Hazel mengangguk. “No, absolutely not.” Kata gue mengangkat tangan gue menahan Hazel yang akan menggoda gue untuk datang ke konser One Direction.

Hazel baru mau ngomong sesuatu tapi gue langsung naik ke school bus yang sudah manteng. “Cmon, jessie. Come with me! Perrie, Eleanor, and Danielle would be there too!” kata Hazel penuh semangat.

“No! Its a big no!” kata gue saat kita sudah duduk bersebelahan di dalam bus. “I would never ever ever ever go to their concert. Never in a milion years.” Kata gue tegas dan Hazel tetap melihat gue dengan penuh harapan.

“Why don’t you want to come? Is it because of harry?” tanya Hazel dengan suara keras dan gue langsung menyuruhnya ngomong pelan-pelan.

“He dumped me! He probably won’t to see me in his concert!” bisik gue dengan bertenaga dan sambil melihat-lihat bila ada telinga-telinga yang menangkap obrolan gue dan Hazel.

One of The BoysWhere stories live. Discover now