6

321 32 5
                                    

Pemuda kelinci itu terlihat sedang sibuk dengan sebuah buku tebal ditangannya. Sesekali ia akan memberi sorotan warna pada salah satu kalimat yang ia anggap penting.

Ia mendongak, melakukan peregangan. Ah rasanya sangat lelah, pria manis itu sudah belajar untuk persiapan uas-nya selama tiga jam.

Saat hendak mengambil minum didalam tasnya, seorang pria datang menghampirinya.

Soobin sangat mengenal wajah itu. Wajah yang pernah membuatnya jatuh cinta penuh dengan kebodohan.

"hai?" Pria itu menyapa soobin dengan kikuk.

Begitu juga dengan Soobin yang kini hanya bisa tersenyum sambil menyibukkan dirinya kembali dengan bukunya. Ia mengurungkan niatnya untuk minum.

"Soobin. Apa kabar?" Pertanyaan Yeonjun membuat Soobin diam sejenak. Pertanyaan basa-basi.

"Aku baik, yeonjun," Soobin membenarkan letak kacamata baca miliknya. Rasanya Soobin ingin pergi dari sini ketika melihat Yeonjun menarik kursi disebelahnya.

Tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja. Ia sudah berjanji dengan seseorang untuk pulang bersama. Dan ya orang itu akan menjemput Soobin disini.

Ada sekitar lima menit mereka saling diam. Entah apa yang dipikirkan Yeonjun, hingga membuatnya melamun. Namun pada akhirnya ia tersadar ketika melihat wujud asli Soobin disampingnya.

Ia menatap paras pria menyerupai kelinci itu. Bibir mungilnya masih sama. Hidung bulatnya sama sekali tidak berubah. Soobin masih manis seperti dua tahun lalu.

Melihat rupa Soobin yang terlihat kurang nyaman. Yeonjun memutar otaknya untuk mengajak Soobin berbicara. Lagipula, ia tidak bisa tenggelam dalam lamunannya terus-menerus.

"Soobin sudah makan siang? Ingin makan bersama?" Soobin menaikkan alisnya, terlihat terkejut dengan tawaran Yeonjun.

Sebelum Soobin luluh, ia menggelengkan kepalanya secepat mungkin. Ia tidak bisa terpengaruh oleh bibir manis Yeonjun. Tidak lagi.

"Tidak. Aku tidak ingin makan," Yeonjun menghela nafas.

Soobin ternyata juga berubah.  Mungkin, hanya padanya saja. Ia terlihat lebih pendiam. tidak banyak berbicara padanya, bahkan menatap matanya saja tidak.

'aku memang sebrengsek itunya?'

"Soobin," kalimat Yeonjun terjeda. Berharap Soobin akan menatap matanya. Namun, tidak.

Yeonjun tidak bisa seperti ini, ia merasa kesal. Hatinya terasa sakit, jika Soobin lah yang melakukan.

"Kim Soobin."

Tubuh Soobin menegang. Suara itu, suara yang Soobin dengar selama delapan bulan berturut-turut, diibawah kendali Yeonjun.

Soobin menengokkan kepalanya, menatap Yeonjun dengan gugup. Ia takut. Sangat takut pada Yeonjun yang seperti ini.

Menyadari gelagat Soobin yang ketakutan, Yeonjun pun melunak. Merasa bersalah.

Yeonjun menurunkan oktaf suaranya. Dengan berani ia menangkup pipi Soobin. Mengusap ujung mata Soobin yang mulai mengeluarkan setitik air mata.

"No! Yeonjun," Soobin menjauhkan kepalanya dari Yeonjun.

"Berhenti. Aku membencimu," kalimat yang sudah Soobin tahan sejak lama, akhirnya tersuarakan.

"Soobin, tidak. Jangan—

Kalimat Yeonjun terhenti saat melihat Soobin mendapat sebuah tepukan di bahunya. Seorang pria asing.

"Soobin, kakak mencarimu. Kenapa tidak membalas pesan kakak?" Soobin tersentak kaget.

Soobin langsung menggenggam tangan pria berjas putih itu. Dan Yeonjun baru menyadari jika Soobin memakai sebuah cincin.

Cincin sama yang digunakan oleh pria itu.

"Maaf, aku terlalu sibuk belajar, kak. Dan oh— dia teman SMA ku, Yeonjun. Yeonjun perkenalkan dia tunanganku, Kak Seungjin," Yeonjun menarik senyum kecutnya.

"Iya, hai kak," Seungjin nampak terseyum ramah untuk menanggapi Yeonjun.

"Hai, Yeonjun. Aku senang bisa bertemu dengan teman SMA Soobin. Biasanya aku tidak pernah bertemu," Seungjin lantas tertawa terbahak-bahak.

Yeonjun mengernyitkan dahinya. Pria ini gila karena koas atau bagaimana? Dimana letak kelucuan omong kosongnya itu? Bahkan Yeonjun bisa melihat senyum kikuk Soobin.

"Omong-omong, kalian terlihat serius tadi. Ngomongin apa?" Pria itu nampak memegang bahu Yeonjun, seolah-olah akrab satu sama lain.

"Tidak ada kak. Hanya sedang bertukar kabar saja. Oh— Kak Seungji, ini sudah sore. Ayo kita pulang."

Soobin yang entah sejak kapan sudah membereskan tasnya, kini menggandeng lengan Tunangannya. Ia tidak bisa lebih lama berada di situasi seperti ini.

"Hahaha, baiklah sayang. Oh ya, sebelumnya kami ada undangan makan malam. Ini memang bukan acara utama. Tapi aku harap kau bisa datang, memberi ucapan selamat kepada kami. Anggap saja sebagai ganti kami lupa mengundangmu dalam acara utama. Itu karena Soobin tidak pernah menyebut namamu Yeonjun," yeonjun terdiam.

"Kami pamit pulang. Sampai jumpa, Yeonjun," Yeonjun menatap kepergian keduanya, yang kini telah hilang dari pandangannya.

Kemudian beralih pada sebuah surat undangan bertuliskan nama Seungjin dan Soobin.

Dulu, Yeonjun bahagia saat mengetahui Soobin dan Doyoon tak lagi berhubungan. Eunji bilang, Doyoon akan pindah ke luar negeri untuk pendidikannya.

Namun, kebahagiaannya pudar saat sebulan kemudian mendapatkan kabar jika Soobin berpacaran dengan seorang anak kedokteran. Tetapi Yeonjun belum pernah melihat Seungjin selama ia berkuliah ditempat yang sama.

Bahkan berita Soobin berpacaran saja sangat mendadak. Sebelumnya pun Soobin tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Maafkan Yeonjun jika lancang, tetapi ia memang memiliki seseorang untuk mendapatkan kabar tentang Soobin.

Yeonjun bahkan memilih putus dengan Eunji di tahun pertama setelah putus kontak dengan Soobin, karena ia menyadari tak pernah mencintai wanita itu.

Selama dua tahun ini Yeonjun terus mencoba memperbaiki dirinya, sebelum ia siap untuk kembali kepada Soobin. Juga memberikan Soobin waktu untuk memaafkannya.

Berharap dirinya pantas untuk Soobin setelahnya. Yeonjun sudah berjanji pada dirinya sendiri akan berjuang untuk Soobin.

Namun, setelah dirinya mendapatkan kabar Soobin akan menikah, bahkan sudah bertunangan, semua itu hanyalah angannya saja.

'apakah ini benar-benar selesai?'



-TBC-

0X1 -Yeonbin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang