BGAI 1

7.5K 190 2
                                    

Oh my god!!!!! Ini hari apa? Kenapa harus ada hari ini?

Yaps, alarm handphoneku sudah bunyi sejak tadi. Tapi selalu aku tunda hingga akhirnya aku harus beranjak bangun dari tempat tidur kesayanganku.

"Kring... Kring... Kring... Tanti bangun!!! Sudah jam5. Solat, mandi sana cepet!!" ah ya ya ya kebiasaan mamaku setiap pagi yang gak akan pernah hilang. Buat apa coba nelfon orang yang satu rumah dengannya. "Iya ma iyaa" langsung ku tutup ponselku.

"Kamu tuh kapan sih berubahnya tan? Udah mau 17 tahun sebentar lagi, hilangin lah males kamu itu" sambil terus mengaduk susu yang akan diberikan mama padaku.

"Iya ma, udah ya aku jalan takut macet. Bye" secepat mungkin aku menghindari perbincangan mama kali ini, karna aku tau mama akan bicara hal yang sama seperti hari-hari yang lalu.

"Kamu itu, kalau mama ngomong di denger dong.. Mana susunya gak di abisin, gimana sih anak ini" wanita paruh baya ini menghela nafas panjangnya

Tanti POV

"Nih bang duitnya" aku beranjak turun dari ojek yang sudah menjadi langgananku.

Ya kembali ke tempat yang menurutku menakutkan. Sejak di gerbang sekolah ini aku sudah melihat beberapa siswa yang sejak tadi heboh dengan temannya, guru yang setiap pagi selalu mejeng di depan gerbang, entah untuk formalitas, untuk eksis, atau emang untung kepentingan sekolah. Entahlah.

Aku Nastanti Zaweera. Siswa kelas 3 SMA di salah satu SMA di Jakarta. Ya di usiaku yang belum beranjak 17tahun aku sudah duduk di bangku tertinggi di sekolah. Jelas karna mamaku menyekolahkanku di saat umurku 5 tahun. Biarpun umurku belum 17tahun tapi untuk ukuran tubuhku sudah bisa dibilang seperti wanita berumur 30tahun yang setelah melahirkan bertambah bobotnya. Pasti semua mengerti kan?

"Tan di panggil bu Jus tuh" panggil temanku

"Dimana Ser?"

"Di ruang guru lah, masa iya di wc" kebiasaan Sera yang kalau ngomong ceplas ceplos. Sudah menjadi kebiasaanku mendengar ocehannya.

"Oke thanks"

Kembali aku melangkahkan kakiku menuju ruang guru. Entah kenapa aku merasa gak percaya diri setiap ada di tempat yang bisa di katakan ramai dengan orang ini. Padahal hanya di sekolah. Semua orang memperhatikanku. Dari ujung rambut hingga kaki. Sebenarnya apa yang salah denganku? Dan akhirnya sampai juga aku di meja bu Jus.

"Ada apa ya bu manggil saya" tembakku langsung. Aku tidak suka berbasa basi. Menurutku itu terlalu bertele tele.

"Oh iya ini Nastanti, ibu mau minta tolong sama kamu. Berhubung kamu ini salah satu siswa yang ibu kagumi di sekolah ini karna kepintaranmu. Ibu ingin kamu membantu ibu. Karena kamu sendiri tau kan? Ibu lagi di sibukkan dengan pendidikan ibu."

"Bantu gimana ya bu?"

"Kamu hanya perlu memberi tugas kepada setiap kelas yang ibu ajar, kalau ibu belum sempat bikin tugasnya ya ibu minta kamu yang bikin."

"Tapi kenapa gak sama guru piket saja bu? Kenapa harus saya?" tuduhku langsung

"Sebenarnya ibu tidak bisa mempercayai guru-guru piket itu, terlebih lagi sekarang banyak guru piket magang. Jadi ibu hanya percaya sama kamu sekarang." Ya ibu Jus Nani memang salah satu guru favoritku sejak kelas1, dia baik walaupun hampir seluruh siswa satu sekolah ini membencinya. Tapi aku tau itu hanya dari sisi lainnya saja. Aslinya dia baik, sopan, penuh kasih sayang, hanya saja sedikit tegas menurutku. Tapi kenapa dia memberi tugas ini kepadaku? Aku malas kalau harus berinteraksi dengan banyak orang, apalagi tugas yang di berikan dia ini berhubungan dengan semua siswa yang dia ajar. Ku pikir kalau aku menerimanya aku akan sering bertemu dengannya. Namun, kalau aku menolaknya aku akan menghilangkan kepercayaan bu Jus padaku. Dengan berat hari aku pun menerimanya.

"Baik bu, saya akan dengan senang hati menerimanya" dengan pasrah aku bilang begitu.

"Tulis nomor telfonmu Nas, biar enak ibu kasih taunya. Soal jatah gampang ya Nas hehehe" dengan enaknya dia ngomong seperti itu.

"Maksudnya bu?" dengan tampang polos aku pun bertanya

"Sudahlah Nas kamu gak perlu bertampang bodoh seperti itu, ibu rasa kamu sudah tau"

"Oke kalau begitu saya tinggal ke kelas dulu ya bu" jadi aku ini asistennya? Apa mungkin pembantunya? Entahlah. Tapi aku gak pernah berharap mendapat hal yang lebih, sudah membantunya pun aku senang.

Kembali aku menaiki anak tangga satu persatu. Nafasku berat, keringatku bercucuran. Dengan tubuh besarku ini aku harus menjajaki setiap anak tangga ini setiap pagi dan pulang sekolah. Bagaimana tidak capek kalo kelasku berada di lantai4. Hal yang sangat melelahkan di tubuh besarku ini. "Satu anak tangga lagi Tan. Fighting!!" gumamku dalam hati.

Saat sudah berada di puncak yang sejak tadi ku tempuh akupun terjatuh Gubrakk... "Aduhh" rintisku.

Big Girl and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang