Hari yang sangat melelahkan. Setelah tadi bertemu Dimas aku membantu Mama membereskan rumah.
"Tan, tadi lama banget keluarnya" tanya Mama
"iya, maaf Ma tadi aku bertemu teman satu sekolah. Dia tinggal di komplek ini juga. Makanya tadi ngobrol eh malah keterusan" sedikit senyum terlintas di bibirku saat menjawab pertanyaan Mama
"siapa memang temanmu itu?" tanya Mama kembali dengan wajah penasaran. Aku jarang menceritakan soal pertemanku kepada Mama. Wajar saja jika Mama terlihat penasaran.
"emmm namanya Dimas Ma" jawabku jujur
"memang temanmu ada yang namanya Dimas?"
"ya ada Ma, itu tadi buktinya Tanti bilang temannya namanya Dimas" sambung Papa
"kamu temenan sama cowo?" tanya Mama mengintrogasiku
"emang kenapa kalo temenan sama cowo sih ma, Papa juga ini cowo loh. Buktinya kita temenan trus jadi kaya gini sekarang" canda papaku
"ahhh papa, so sweet banget" jawab mamaku berlagak manja
Mama dan Papaku memang berteman sejak masih duduk di bangku SMP. Keduanya berteman lalu jatuh cinta dan menikah. Aku ingin kisah cintaku seperti Mama dan Papaku. Mereka selalu terlihat romantis.
"mulai deh, udah ah aku mau istirahat di kamar dulu ya Ma Pa"
Aku beranjak ke kamar, ku baringkan tubuhku. Aku memikirkan kejadian tadi bersama Dimas. Pertama kalinya aku bisa tertawa lepas bersamanya. Sejak tadi aku tidak percaya bahwa dia berada dekat denganku. Aku melihatmu karena aku percaya, kamu telah datang dan aku berjumpa pada waktu siang. Meski aku harus bertahan dalam garis yang pantang, aku akan membawamu ke dalam duniaku, aku akan menunjukan kepada semua orang bahwa satu nama yang selalu kurindu telah datang. Ghozialdian Dimas.
Sulit untukku menyadari bahwa aku memang mencintainya. Butuh waktu yang sangat lama memang. Aku menyadari kekesalanku saat dia memanggilku gentong air di depan temannya itu semata-mata karena aku ingin dia melihatku, memperhatikanku bukan malah mengejekku. Aku juga menyadari apa alasanku waktu SMA menghindari Dimas, aku tidak mau tersakiti dan aku tidak mau jatuh hati terlalu dalam karena sering melihat wajahnya. Semua itu memang bisa kulewati, tapi kenyataannya sekarang dia kembali datang, membawaku pada perasaan yang ada namun tertutup oleh debu. Dan debu itu bisa kembali dibersihkan. *kalian mengerti maksudku? Hanya debu yang bisa menjawab hahaha*
Tapi apakah mencintai harus memiliki? Mencintai itu memang menyenangkan, dan membawa kedamaian dalam hati. Akan lebih menyenangkan lagi bila dia yang kita cintai juga mempunyai perasaan yang sama seperti kita.
Cinta juga membawa rasa ketentraman didalam jiwa, dengan memiliki seseorang yang bisa diandalkan, tidak perlu lagi takut sendirian. Selalu ada seseorang yang dapat di ajak berbincang-bincang, mendengarkan curahan hati, dan meminta pendapat disetiap kesempatan, mempunyai seseorang yang selalu ada disisihmu, selalu siap untukmu memang menyenangkan.
Semua akan berbeda ketika cinta tak harus memiliki, berarti diantara kalian tidak ada sebuah komitmen yang saling mengikat. Membebaskan dia berjalan dengan siapa saja, atau menjalin hubungan dengan yang lain. Tidak ada kewajiban untuk saling menjaga dan memperhatikan, apakah hal itu akan menentramkan jiwamu, sedangkan membayangkan saja dia berjalan dengan yang lain itu sudah sangat menyiksa.
Huft cinta memang menyenangkan namun juga membingungkan.
DIMAS POV
Hari ini adalah hari dimana perkenalan mahasiswa baru di kampusku. Berbeda dengan kampus-kampus lain, di kampusku tidak ada yang namanya senior mengerjai junornya. Tidak ada bawa- bawaan khusus yang harus di beli. Lagi pula apa untungnya mengadakan pengenalan mahasiswa baru kalau acaranya cuma ada senior yang membimbing mahasiswa baru lalu diadakan games dan kalau salah satu diantaranya kalah mereka harus mengikuti perintah si senior. Itu terlalu kuno. Di kampusku tidak hanya kaka senior yang ikut mengenalkan suasana kampus namun banyak dosen yang mengenalkan juga cara pembelajaran dikampusku. Mereka banyak memberi arahan bagaimana cara belajar seorang mahasiswa yang baik, tidak hanya belajar saat ujian akan dating, selalu aktif dalam kelas, dan dilarang keras untuk nitip absen kepada teman. Aku baru tahu soal ini, ternyata masuk ke dalam dunia perkuliahan cukup unik juga.
Sejujurnya aku ngantuk ketika dosen memberi pengarahan, ku buka ponsel di tasku. Tidak ada notif apapun. Andai aku punya kontak Tanti, aku bisa sharing bagaimana dia di kampus barunya apakah dia memiliki teman. Atau hanya duduk sepertiku tanpa ada orang yang sama sekali tak ku kenal. Ku masukkan lagi ponsel ke dalam tasku. Aku melihat sekelilingku. Rata-rata semua mahasiswa baru tertawa terbaha-bahak, mungkin dosen yang sedang berdiri di atas podium itu memberi lelucon atua mungkin sesuatu terjadi dan membuat hamper semua tertawa. Mataku melihat ke sebelah kanan, aku melihat sosok yang pernah ku lihat. Dia ikut tertawa, namun dia tak melihatku.
Pengenalan mahasiswa baru ini telah selesai. Hari mulai sore, dan akan di lanjutkan di hari esok. Aku berjalan menuju ke arah parkir. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku.
"woy, lo di kampus ini juga Dim? Gak nyangka kita bisa ketemu lagi"
"tadi gue juga ngeliat lo Gil, lo lagi ketawa ngakak pas dosen lagi ngasih pengarahan. Lo kenapa gak bilang kalo kuliah disini juga? Kan gue bisa nebeng" orang yangtadi kulihat adalah Agil. Dia temanku saat di bangku SMA, teman Tanti juga. Kami memang tidak pernah sekelas, tapi kami cukup akrab karna kami suka kumpul bareng.
"ya gue juga mana tau boy, lo abis ini mau kemana? Gabut nih gue" keluh Agil.
"balik ah gue, gue mager kemana-mana. Lo mau ikut gue balik?" ajak ku pada Agil
"kaya cewe lagi PMS lo, mager mageran hahaha. Boleh deh Dim, gue juga gak ada temen dirumah. Tapi gue nebeng mobil lu ya, kebetulan gak bawa kendaraan hahaha"
"motor lo mana?" tanyaku
"dipake kaka gue touring, gue kena apesnya" keluh Agil
"yaudah yuk cabut"
Hari semakin senja, waktu sudah menunjkan pukul 6 sore. Jalan ibu kota cukup padat hari ini. Kami terjebak macet. Agil sibuk dengan handphonenya, dia sedang asik telfonan dengan pacar barunya. "Ntih" begitu dia memanggilnya. Entah siapa namanya aku tak tau. Alhasil aku harus terdiam dan hanya di temani dengan kicauan radio.
Kami tiba di rumah pukul setengah tujuh malam. Saat mobilku sampai di depan pagar kuliat ada seorang gadis bertubuh gemuk berdiri seperti mencari seseorang di dalamnya. "udah saampe kita nih Dim, eh itu siapa?" tanya Agil, aku terdiam. Agil turun dari mobil menghampiri gadis itu.
"lo? Lo ngapain? Kaya maling aja. Lo ngapain disini? Ini rumah lo" tanya Agil
"bu-bu-bukan"
Aku keluar dari mobil dan menghampiri mereka berdua "ada perlu apa Tan"
"emm gu-guee sebenernya emmm tadi itu.. tadi itu abis jalan-jalan. Nah terus lewat sini heheh" Tanti menjawab pertanyaanku dengan terbatah-batah.
"kalian tetanggaan?" tanya Agil
"iya, kebetulan baru-baru ini Tanti baru pindah ke komplek ini Gil' jawabku.
"oh gitu, eh lo ikut gabung sama kita aja Tan, lumayan kan bisa kumpul sama temen SMA"
"tapi gue gak ganggu kalian" tanya Tanti
"nggak ko Tan, gue sama Agil juga pengen santai kebetulan kami bareng udah dari kampus."
"oh jadi kalian satu kampus ya? Enak ya bisa bareng lagi hehe" jawab Tanti
"ikut gak Tan?" tanyaku
"Dimas, gue mau ngomong sama lo" Tanti mengajakku ke arah lebih jauh dari Agil. "sebenernya gue sendirian, orang rumah lagi makan bareng keluarga besar. Gue gak ikut karena ada kegiatan kampus juga. Gue gak pegang kunci cadangan. Jadi gue kerumah lo. Niatnya sih pengen ngobrol baeng sama lo hehehe gue bt kalau harus nungguin mereka pulang di depan rumah."
"yaudah ayuk gabung sama gue dan Agil Tan" ajakku
"tapi kan gue gak deket sama dia, gue juga takut ganggu kalian berdua"
"jadi lo maunya sama gue doing? Baru kemaren gue bilang jangan kangen sama gue, eh sekarang udah kangen" ejekku
Tanti hanya terdiam, terlihat raut mukanya yang susah untuk dijelaskan. Bisa ku tebak di dalam hatinya Tanti tersenyum.
Jangan lupa vote dan komennya yaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Girl and I
Short StoryNastanti Zaweera. Gadis bertubuh gemuk yang selalu minder dengan dirinya sendiri. Happy reading guys ^^