Aku kembali ke kamarku dan merapihkan barang-barangku. Selesai merapihkan semua barangku ku ambil gitar yang sudah lama tidak ku mainkan. Ku buka jendelaku yang kebetulan menghadap ke halaman milik rumah tetanggaku. Jendala kamarku tidak di lengkapi oleh tralis sehingga bisa kemungkinan ku duduk di sana. Kalau di bilang takut jatuh tentu tidak. Karena masih ada teras kecil di bawah jendela kamarku. Ku petik gitar dengan jari jariku. Sambil memetik gitar aku melihat ke sekekelilingku dan saatku melihat ke halaman sebelah rumah ku lihat Tanti yang sedang terbaring di trampoline sambil memejamkan mata.
Tanti memang bukan gadis seperti yang orang lain fikir, mungkin banyak orang yang bilang dia tidak cantik, bertubuh besar dan selalu tertutup. Tapi tidak masalah, bagiku dia gadis yang menarik. Ketertutupannyalah yang membuatku selalu penasaran. Ku tatap wajah Tanti dari kejauhan, melihatnya terlelap dengan kelelahan yang terbaca dari raut wajahnya. Andai aku bisa selalu ada di dekatnya, mendengar semua curahan hatinya yang mungkin tidak pernah ia ceritakan ke siapapun, membuatnya tertawa, dan yang paling penting membuat hidupnya semakin berwarna. Aku memang tidak dekat dengan Tanti, tapi melihatnya tertutup, pendiam, dan terkadang di bully teman-teman disekolah membuat hatiku tergoyah. Aku sedih melihatnya seperti itu. Pernah temanku memintaku untuk membully Tanti, aku pun sempat setuju dan sudah membuat rencana untuk membullynya. Tapi pada harinya tiba semua rencana gagal.
Flashback
Kesal ku kembali bergejolak. Memang ya semua cewe itu selalu bener. Orang bener juga tetap di buat salah. Aku kesal saat berada diruang guru tadi. Aku bersama dengan Tanti. Tapi dia semakin sinis. Aku tanya apa salahku, tapi dia malah semakin menjadi.
Kuputuskan ke kantin untuk membeli air mineral, mungkin air bisa mengurangi derajat emosiku.
"Mpo nih duitnya ya" aku membayar air mineral yang ku beli di Mpo Onah, kantin langgananku.
"Lah, lu gak ada jam belajar mas?" tanya Mpo Onah sambil mengambil uang yang ku taro di tempat cemilan.
"Tau dah mpo" ku tinggal Mpo Onah sambil berjalan ke bangku paling ujung di kantin.
"Dih, nih anak ditanya gue malah di tinggal. Lagi PMS lu ya? Muka lu mesem aja, udah kaya cewe" cerocos Mpo Onah yang masih bisa ku dengar.
Aku duduk di bangku paling ujung di kantin ini sambil kumainkan gadgetku.
"Woy bro sendirian aja" terdengan suara dari sebelahku. Dan saat ku tengok ke sebelah kiri terlihat Andi yang masih memakai kaos olahraga.
"Iya ndi" jawabku
"Eh si Tanti, makin hari makin tambah di bully aja ya? Gue resep banget ngeliatnya jadi pengen ikutan hahaha" ku taro gadget ku di meja, sepertinya ini pembahasan yang menarik,
"Haha iyalah, orang kaya gitu emang pantes buat dibully"
"Gue ada ide, gimana kalo kita ikutan ngebully dia? Kayanya asik, ya gak? Lo terima gak ide gue?" aku mengerutkan dahiku memikirkan tawaran Andi.
"Gimana? Lo bisa?" tanya Andi sekali lagi.
Aku menarik nafas dan membuangnya perlahan "Oke gue terima"
"Hahaha, kayanya ini bakal jadi mainan yang asik" tawa Andi sambil menepuk pungguku.
"Trus apa rencana lo?" tanyaku.
"Lo tau pohon mangga depan gerbang sekolah kan Dim?" Andi meyakinkan.
"iya tau, trus gimana lagi?" tanyaku kembali
"Lo tau gak, kalo si Tanti itu kan pulang selalu belakangan. Nah nanti kita stand by di pohon mangga tungguin Tanti pulang. Nanti pas dia lewat kita guyur dia pake air kali samping sekolah. Pasti seru hahaha" ide Andi boleh juga
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Girl and I
Short StoryNastanti Zaweera. Gadis bertubuh gemuk yang selalu minder dengan dirinya sendiri. Happy reading guys ^^