BGAI 9

2K 99 4
                                    

"lo ngapain disini?" Tanya lelaki itu.

Aku kaget melihat sosok yang ada di hadapanku. Aku ingin pergi dari hadapannya, tapi aku merasa lelah dengan semua ini. Aku bosan menghindar darinya. Aku ingin bersikap biasa dengannya seperti layaknya teman.

"enggak, Cuma mau manggil adik gue doang ko" sahutku

"yang mana adik lo, gak ada kayanya. Disini Cuma ada satu anak kecil. Adik gue doang" sahut kembali lelaki itu sambil melihat sekelilingnya, dan muncullah seorang anak kecil dari balik tembok.

"tuh dia, Willi ayuk pulang dicariin mama" panggilku pada Willi yang hendak mendekati kami bertiga.

"dor, kena deh kamu Raf" sentak Willi pada Raffa

"ah kakak kakak ini ganggu aja sih, jadi ketauan aku sama dia. Aku males jaga tau" rengek anak kecil itu

"ayuk Wil, pulang dulu nanti main lagi" ajak ku kembali pada Willi

"itu adik lo? Biarin aja sih dia main sama Raffa. Lagi pula juga Raffa gak ada teman seusianya di kompleks ini" sahut lelaki itu

"Ya, tapi nyokap gue nyuruh Willi pulang dulu Dim" jawabku

Ya, dia Dimas.lelaki yang baru saja bicara denganku adalah Dimas, temanku di sekolah. Teman pertamaku di SMA. Tapi mengapa dia ada di rumah ini? Apa jangan-jangan dia pemilik rumah ini?

"ya udah sih lo masuk dulu aja gak enak banget di depan pagar gitu" ajak Dimas masuk ke dalam pekarangan rumah itu.

"gak gue cuma mau adik gue pulang doang ko, lagi pula lo ngapain disini?" tanyaku ingin tau.

"ya kenapa emang? Ini kan rumah gue" dan firasatku kali ini benar.

"oh gitu. Ayuk Wil pulang nanti main lagi" ajak ku kembali pada Willi.

"yaudah deh. Raffa aku pulang dulu ya nanti kita main lagi ya Raf" ucap Willi pada Raffa.

"iya Willi, nanti kita main lagi deh. Kak aku Raffa, teman baru Willi. Aku boleh kan main sama Willi terus? Maaf ya tadi aku ngatain kaka " Tanya anak kecil itu padaku sembari menjulurkan tangannya padaku

"iya Raf, kamu boleh kok main sama Willi, iya kaka maafin ko" jawabku sambil membalas uluran tangannya.

"lo tinggal di kompleks ini juga? Kayanya selama gue disini gue gak pernah ngeliat lo deh" Tanya Dimas

Aduh ini kenapa dia nanya-nanya deh kepo banget. Udah tau gak pernah ngeliat aku sebelummya, ya pasti penghuni baru kompleks lah.

"iya baru disini, gue duluan ya" jawabku sambil mengajak Willi jalan.

Aku gak habis pikir kalau aku bisa satu kompleks sama Dimas. Trus bagaimana kalau aku dan dia sering bertemu? Bisa mati kaku. Bagaimana kalau setiap hari aku bisa bertemu dia.

"kamu kenapa main gak bilang-bilang sih Wil? Mama nyariin kamu tau"

"ya tadi kan Mama, Papa, sama Ka Tanti kan lagi sibuk angkutin barang. Aku bingung mau ngapain yaudah aku main aja, kebetulan ada anak seusia aku yang lagi ngeliatin kita. Yaudah aku samperin aja dia, trus aku main ke rumah dia aja deh ka" jawab Willi

"ya tapi harusnya kamu bilang dulu kalau kamu mau main Wil, biar orang rumah tuh gak kebingungan nyariin kamu" ucapku pada Willi

"iya ka, maafin aku ya" Willi meminta maaf padaku.

Aku dan Willi kembali kerumah. Mamaku sibuk menanyakan pertanyaan kepada Willi. Sedangkan aku merasa lelah karena seharian sibuk menata kembali barang-barang yang baru di pindahkan. Aku ingin beristirahat. Aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang ke trampoline tepatnya. Kurasa trampoline itu akan cocok menjadi tempatku menenangkan penat kepala. Setibaku di trampoline aku kembali melihat jendela di rumah sampingku. Saat ini jendelanya tertutup. Mungkin orangnya sedang tidak di kamar. Tunggu, rumah itu bukannya rumah tempatku menjemput Willi? Berarti itu rumah Dimas? Trus kamar itu kamar siapa? Entahlah aku tidak peduli. Ku rebahkan tubuhku di trampolin dan ku pejamkan mataku. Saat ku pejamkan mataku terdengar suara alunan gitar yang sangat merdu membuatku ingin terdidur.

Dimas POV

Aku tidak menyangka kalau Tanti sekarang adalah tetanggaku. Mungkin dengan dia berada dekat dengan lingkunganku sekarang ini aku bisa memperbaiki hubunganku dengannya. Habis bertemu Tanti di halaman rumahku tadi aku kembali membereskan barang-barang di kamarku yang baru. Raffa memohon pada mama untuk tidur sendiri dan akhirnya kamar lamakulah yang di jadikan kamar Raffa sekarang.

"Dim, makan siang dulu" panggil mama

"iya ma, nanti aku turun" jawabku

Aku Mama dan Raffa makan siang bersama tanpa Papaku, karena Papa sedang dinas di luar kota. Sedang asiknya makan mama membuka pembicaraan "Raf, tadi kamu main sama siapa?"

Raffa yang sedang menikmati ayam goreng yang di sukainya pun menghiraukan pertanyaan Mama.

"Raf, Mama tanya tuh yang tadi main sama kamu siapa?" senggol tangannku pada Raffa yang menandakan ia harus menjawab pertanyaan Mama.

"oh, itu teman baru aku ma namanya Willi, dia baru pindah di kompleks ini ma" jawab Raffa yang kembali makan ayam gorengnya.

"wah kita punya tetangga baru Dim, Mama harus bikin resep makanan yang kemaren mama coba. Nanti kamu anterin mama ke rumah mereka ya sekalian silahturahmi"

"aku ma?" tengokku kaget

"iya kamu, sama Raffa juga gak apa-apa" jawab Mama

"oh iya ma, nanti panggil Dimas aja ya. Sekarang aku mau ke atas lagi, masih ada yang harus dirapihkan" pamitku pada Mama dan Raffa

Aku kembali ke kamarku dan merapihkan barang-barangku. Selesai merapihkan semua barangku ku ambil gitar yang sudah lama tidak ku mainkan. Ku buka jendelaku yang kebetulan menghadap ke halaman milik rumah tetanggaku. Jendala kamarku tidak di lengkapi oleh trails sehingga bisa kemungkinan ku duduk di sana. Kalau di bilang takut jatuh tentu tidak. Karena masih ada teras kecil di bawah jendela kamarku. Ku petik gitar dengan jari jariku. Sambil memetik gitar aku melihat ke sekekelilingku dan saatku melihat ke halaman sebelah rumah ku lihat Tanti yang sedang terbaring di trampoline sambil memejamkan mata.

Big Girl and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang