BGAI 11

1.3K 80 3
                                    


"Eh awas" Dimas memegang pundakan mengarahkanku untuk jalan ke pinggir, karena tadi ada ada motor yang berjalan kencang."Lo jalan kayanya ketengahan deh, kaya musuhan sama gue. Sini agak kepinggir"

"Iya Dim"

"Jadi, lo suka sama suara gue?" Kalo dibilang suka sih suka, orang enak di denger ko ya pasti suka, gimana sih si Dimas ini.

"Gue gak bilang suka sama suara lo, gue cuma bilang suara lo enak di denger"

"Ya itu namanya lo suka sama suara gue Tan, oke gak usah di bahas. Ngomong-ngomong mau lanjut kemana abis lulus SMA?" tanya Dimas padaku. Kami memang sudah menyelesaikan semua ujian di sekolah, mulai dari Try Out, Ujian sekolah, sampai Ujian Nasional. Dan sekarang aku menjadi penggangguran sejati. Tidak ada kerjaan, paling aku menghabiskan waktuku dengan menonton film. Rencananya aku ingin melanjutkan pendidikanku ke perguruan Tinggi.

"Rencananya sih kuliah. Kalo lo?" tanyaku pada Dimas.

"Sama kaya lo sepertinya"

Kami berjalan terus ke arah mini market. Sesampainya aku disana aku membeli cemilan untuk mengisi kulkasku yang kosong. Mulai dari makanan ringan, biskuit, dan minuman. Dan yang membuatku heran, Dimas tidak membeli apapun di minimarket. "Lah ko, lo gak beli apa apa?" tanyaku sambil mengambil biskuit kesukaan mama.

Dimas melihat kearahku sambil tersenyum "emang kalo kesini harus beli juga ya?"

"ya ngga juga sih, tapi selain beli mau ngapain lagi coba?" tanyaku bingung

"ya liat liat aja, siapa tau ada yang baru" jawab Dimas. Aku hanya bisa terdiam heran mendengar jawabannya. Buat apa pergi jauh-jauh kesini kalo Cuma mau liat-liat doing. Buang -buang tenaga aja, mendingan tidur dirumah. "kenapa, kok diem?" tanyanya.

"ya emang mau gimana?"

"ya gak gimana-gimana hehehe besok gue udah mulai ospek di kampus Tan"

"lah kok cepet? Gue aja baru daftar dan belum ada informasinya lagi"

"ya makanya cari tau lagi lah infonya. Kita udah gak satu tempat belajar, lo nanti jangan kangen sama gue ya. Selo aja kan rumah kita deketan jadi kalo kangen tinggal main. Lo main kerumah gue, gue main kerumah lo. Oke?" seru Dimas.

Ini orang kenapa deh, perasaan kita baru deket beberapa menit yang lalu. Tapi kenapa udah kaya temenan lama. Oke, aku akui dulu kita memang sempat berteman dekat. Aku akui Dimas memang anak yang friendly yang dapat berteman dengan siapa saja. Tadi dia bilang apa? Kangen? Gak salah? Percaya diri yang amat besar.

"gue kangen sama lo? Gak akan"

"awas kalo lo nanti kangen sama gue. Udah belanjanya? Lo udah cocok jadi istri yang rajin hahah" canda Dimas

"hehe" aku hanya bisa tertawa singkat karena bingung harus bicara apa lagi.

Aku membayar semua yang aku beli, Dimas menatapku. Aku tahu itu meski aku tak melihatnya. Hayo pasti kalian mengira aku punya indera ke enam. Hahah aku mempunyai firasat yang kuat guys hehehe. Saat ku balikan badanku benar saja Dimas sedang menatapku. "Tan, ko lo dulu kaya menghindar dari gue sih?" tanyanya. Aku bingung dengan pertanyaannya, aku tak tau harus jawab apa. "Udah selesai, ayuk Dim lo mau pulang juga kan?" aku hanya bisa mengalihkan pertanyaannya.

Aku berjalan mendahuluinya, ku percepat langkahku. Ku rasa Dimas sedang mengejarku. Sejujurnya aku juga tak tahu mengapa dulu aku menghindarinya. Berada jauh darinya membuatku lebih baik ku pikir, tapi kenyataannya memang aku selalu ingin bersamanya seperti pertama masuk SMA dulu. "buru-buru banget Tan. Oke gue gak mau bahas. Gue tau ada alasan kenapa dulu lo kaya gitu ke gue"

"Eh Dim, ada taman ya disana?" aku selalu mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya

"Iya, lo mau kesana?" tanyanya

"Boleh"

Kami duduk di bangku taman, melihat banyak anak kecil yang sedang bermain bersama. Terlihat raut wajah Dimas yang bersemi melihat anak yang sedang bermain jungkat-jungkit. "Gue jadi inget masa kecil gue Tan. Dulu gue sama bokap sering kesini, dia selalu nemenin gue naik mainan itu, tapi setiap bokap naik gue selalu diatas gak pernah kebawah mungkin karna gak seimbang kali ya Tan. Hehehe" hatiku terasa damai melihat Dimas tersenyum. Aku ingin melihat senyuman itu setiap hari. Dimas beranjak ke arah ayunan, mengisyaratkanku untuk kesana bersamanya. "Tan sini" aku pun berjalan kearahnya. Ku naiki ayunan di sebelahnya. Kami tertawa, bercanda bersama. Kalau saja waktu bisa berhenti, aku tidak akan melepaskan moment ini.

Tuhan, aku cinta dia. Entah kapan perasaan ini muncul, aku tak menyadarinya. Aku hanya bisa meyakinkan diriku bahwa aku mencintainya. Aku tahu kenapa aku menghindarinya. Aku marah, aku tersakiti oleh orang yang aku cintai. Aku ingin dia menganggapku ada, tapi karna sifat pengecutku aku tidak ada di hadapannya. Aku malah menghindarinya, dan aku sadar sekarang menghindarinya bukanlah hal yang baik untukku. Kenyataannya sekarang aku tak bisa jauh darinya.

Ku buka pocky kesukaanku "Mau?" tawarku. Tanpa menjawab Dimas langsung mengambilnya. Kami tertawa.

Hari tak terasa semakin sore, ku habiskan banyak waktuku di taman bersama Dimas. Kami beranjak pulang. "Tan, makasih"

"Buat apa?"

"Lo udah bisa nerima gue lagi, hehe"

"Ini semua karna lo udah buat gue sayang sama lo Dimas" jawabku di dalam hati.

Halooooooooo, bertemu lagi. Maaf sudah menghilang untuk waktu yang sekian lama heheh. Aku janji bakalan semangat lagi nulis ceritanya. Tapi aku sedih kalo yang like sedikit :( Like+comment yaa

Big Girl and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang