"Kamu ikut saya!" Dingin Agnarr kepada Robi yang langsung menuruti kata katanya.
Sementara Anna sibuk menciumi wajah Xhu Lin yang pikirannya tengah kemana-mana.
Papa sama mama belum sembuh?
>>>
"Dengar ya! Saya masih ga percaya kalau kamu itu cewek!" Bentak Agnarr kepada Robi yang tengah memusatkan pandangan ke kolam renang pribadi keluarga Xhu Lin.
"Percaya atau tidak itu urusan anda. Saya seorang wanita, dan saya berusaha menolong putra anda yang sekarat."
"Saya tidak punya seorang putra! Lily adalah wanita, dan tidak sedikitpun dia adalah pria!"
Robi seperti tersengat listrik. Apa maksudnya semua ini? Lily siapa? Tidak punya seorang putra? Maksudnya?
"Abang!"
Sengatan listrik di hati Robi kian menjadi-jadi mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.
"Rose-"
Rose keburu memeluknya erat.
"Tuh kan! Kamu seorang lelaki! Buktinya gadis kecil itu memanggilmu abang. Pergi jauh-jauh dari rumah kami, wilayah klan kami, dan jangan sedikitpun kamu mendekati anak saya!"
"Heh, Pak tua! Jangan seenaknya membentak abang saya, ya!"
"Rose, lu-"
"Nona Rose! Tuan Robi!"
Tampak pembantu andalan Robi berlari tergopoh-gopoh mendekati Rose dan Robi. Agnarr memijat kepalanya pusing.
Tambah satu lagi seorang pria."Tuh kan! Kamu lelaki! Buktinya lelaki penyusup itu memanggilmu tuan!"
Tubuh Agnarr bergetar menahan tangannya agar tidak menampar seluruh lelaki yang ada disana. Keringat pun mulai bercucuran mengingat potongan memori-memori kelam.
"Tuan besar dan nyonya besar memerintahkan saya untuk membawa kalian pulang."
"Hah! iya, iya. Pulanglah sana! Saya muak melihat kalian!"
"Saya juga muak melihat anda." Sarkas Robi memicingkan iris birunya.
Ketiga manusia itu pergi meninggalkan kawasan klan china dengan hati dongkol. Dalam perjalanan menuju kawasan klan Turki, Rose terus saja mengomel sambil bersandar pada bahu tegap Robi.
"Udah, gak usah dimasukin hati." Robi menanggapi sambil membuang pandangan ke luar jendela.
"Ya tapi bang..."
"Rose Adawea..."
"Ck, iya iya bang, ah."
Kalau Robi sudah memanggil nama lengkap, berarti kesabarannya habis. Dan peraturan mutlak keluarga Robi adalah tidak menyangkal panggilan maut Robi, mereka harus mengalah.
Benar-benar red flag.
>>>
"Ini seragam baru kamu!" Agnarr melempar satu set seragam sekolah tepat di wajah Xhu Lin yang menunduk takut-takut.
"Pa-papa.. "
"Kamu ngaku ke cowok itu kalau kamu cowok?! Iya?!"
"Eng-enggak pa!" Xhu Lin menutup matanya dengan telapak tangan ketika Agnarr mulai melepas ikat pinggangnya.
"Ampun Pa!!"
>>>
Xhu Lin berangkat sekolah diantar oleh sopir dan dibantu turun oleh pembantunya yang seumuran dengannya, Lilis.
"Tuan, apa perlu saya antar sampai Kelas?"
"Nggak. Lepasin tangan aku!" Sinis Xhu Lin. Badan Xhu Lin sakit semua seakan seluruh tulangnya patah. Di samping itu, Xhu Lin memang sensi berat dengan Lilis. Wanita berparas ayu khas Sunda itu hanya bisa tersenyum masam.
"Baik Tuan."
Xhu Lin berusaha berjalan dengan normal dan mengedarkan pandangannya ke sudut sudut sekolah. Mencari keberadaan seseorang.
KETEMU!
Xhu Lin buru-buru memasuki kelas dan menonton Robi yang tengah bermain voli di lapangan.
Tadi katanya seluruh badannya sakit_-
"Ahhh bebeb Lobi... " Tapi kalau menyangkut Robi, ia akan bangkit lebih kuat dari siapapun. Bulol! Bucin tolol.
"Oh disini rupanya!"
Xhu Lin yang kaget langsung membalikkan badan dan dihadapannya sudah ada Rinjani dan kawan-kawannya yang rela belok demi mendapatkan hati Robi.
Xhu Lin hanya bisa pasrah saat ia lagi-lagi diseret oleh mereka. Namun, sebuah bola voli tiba-tiba terhempas kuat ke arah wajah Xhu Lin.
"Aaakhhh!!!"
Rinjani dan kawan-kawan langsung melepas tangan dari tubuh Xhu Lin Dan menjauh saat anak voli mendekat ke arah kejadian.
"Kap! Kapten, gotong kap!"
"Hidungnya berdarah woy!"
"UKS woy, buruan!"
Pandangan Xhu Lin kabur. Samar-samar ia melihat wajah Robi yang membopongnya menuju UKS. Hal itu sempat membuatnya tersenyum sedetik sebelum ia pingsan dengan darah mengucur dari lubang hidungnya.
"Dasar sipit! Sempet-sempetnya lu senyum saat lu sekarat!"
>>>
Pandangannya yang mengabur perlahan semakin jelas, dan ia merasakan tubuhnya terkungkung tubuh seseorang.
"Lo-lobi? "
Mengerjapkan mata abunya, Xhu Lin menemukan wajah Robi yang sedikit di atas kepalanya tengah tertidur pulas.
Satu ranjang berdua. Itulah posisi mereka sekarang. Kepala Xhu Lin menjadikan tangan kekar Robi sebagai bantal, ia puas menikmati wajah tampan Robi sedekat dan sejelas ini.
Tangan Xhu Lin menelusuri wajah Robi dan bermain di bibirnya.
"Lobi."
Setelah itu Xhu Lin mencolok-colok dada Robi dengan telunjuknya.
"Punya Lily. "
Robi yang pura-pura tidur: ga, ga! Gua gaboleh mimisan!
>>>
End of part 3
Tyrex_10 🗿💅
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Malesub [END]
Teen Fiction"Lobi, aku mau es klim." "Gua Robi, bukan Lobi. Lu kira gua bangunan?" happy reading. cerita ini hanya di peruntukkan para pecinta malesub. Anti kasar, anti toxic ygy. by Tyrex_10