Rinjani

910 96 2
                                    


Xhu Lin keluar dari kamar mandi setelah wudhu hendak jum'atan di masjid. Namun tiba-tiba Robi memeluknya dari belakang dan menciumi pipi gembulnya.

"Lobi! Aku udah wudhuuu!"

Robi nyengir. Kena kau. Xhu Lin merengut dan menghentak-hentakkan kakinya memasuki toilet kembali. Kan!wudhunya batal! Setelah selesai wudhu lagi, Robi malah menoyor kepalanya dengan dua jari. Poke ala Uchiha.

"Lobi'ah Adawea!!!!" Batal lagi wudhunya huaaaaaaaaa!!!

"Hum? Nani?" Enteng Robi mengangkat alis.

"Lobi! Kita tuh halus hemat ail tau gak?! Banyak olang dilual sana yang mau wudhu aja susah! Ngelti nggak sih?!"

Cup. Robi mengecup sekilas bibir Xhu Lin yang baru saja tertutup, membuat pria china itu ngereog habis habisan dan meninju ninju Robi tidak jelas.

"Xhu Lin... Ayo ke masjid nak," Panggil Baba dari luar kamar menginterupsi kegiatan reog Xhu Lin.

Saking jengkelnya, air mata Xhu Lin keluar dan pria china itu mengelap air matanya kasar menggunakan lengan baju kokonya. "Babaaa Lobi nya loh, jahil banget..." Xhu Lin berlari keluar kamar dan ditenangkan oleh Baba. Lalu Robi terbahak keras mendengar Xhu Lin disuruh wudhu di kamar Baba.

>>>

Selesai jum'atan...

"Loh? Baba?"

"Ada apa Xhu Lin?"

"Sandal aku... mana Baba?"

Rozel dan Baba ikut mencari-cari sandal kodok berwarna soft pink yang menjadi kesayangan Xhu Lin itu.

"Ihh Baba, kak Lozel, padahal tadi aku talo sini sandalnya.. "

Ketika mata Xhu Lin mulai berkaca-kaca, Baba dan Rozel seketika terkena panic attack. Pasalnya yang bisa menenangkan Xhu Lin hanyalah Robi dan Umma.

"Eh eh iya, ayo cari bareng-bareng yok cari bareng-bareng, nanti ketemu kok,"

"Eh sandal itu bagus loh, Xhu Lin. Colong yok colong yok bisa yok," Rozel sesat anjir.

Panik kedua lelaki itu.

Akhirnya keputusan finalnya adalah, setengah meter dari masjid Xhu Lin digendong Rozel, setengah meter digendong Baba sampai rumah.

Memasuki wilayah klan Turki,

Cih! Baba dari dulu gak pernah mau gendong aku! Malah sekarang gendong bayi gede itu! Awas aja kamu Xhu Lin sinting! Rose mengintip iri dari jendela kamarnya.

Umma dan Robi yang menonton TV di ruang tengah hanya tertegun sesaat melihat Baba yang notabene anti disentuh orang kini menggendong orang dengan sangat ke bapak an di punggungnya.

Baba saja bisa meleleh kalau dengan Xhu Lin. Siapa sih yang gak meleleh ama ni bocah satu? Siapa hm? Gua tanya!

"Lobiiii... "

Xhu Lin turun dari tubuh Baba dan menghambur memeluk Robi nya erat, dan menduduki pangkuannya namun Robi tidak membalas pelukannya.

"Siapa lu? Sok kenal!" Ketus Robi.

Xhu Lin mengabaikannya, dan mengambil kedua tangan Robi untuk dilingkarkan di badannya. Robi terkekeh gemas, lalu dikecupnya kening Xhu Lin.

Indahnya menikah...

>>>

"Hahaha udah udah, tidur!" Robi menyelimuti tubuh mereka berdua dan bersiap bertepuk tangan untuk mengode lampu pintar.

"Aaahhh Lobi, masih mau ngoblol...."

Xhu Lin merengek dan menggesek-gesek ujung kepalanya di perut Robi. Itu adalah cara baru Xhu Lin untuk membujuk Robi. Entah referensi darimana.

"Geli anjir. Tidur ga?! Gua tendang lu ampe mental dari kasur kalo ga tidur sekarang!" Robi menunjuk wajah Xhu Lin.

"YaAmpunGalakBangetPunyaBini." Ucap Xhu Lin cepat, membuat Robi bertanya: apa? Namun Xhu Lin dengan ketus menjawab: tidak! Dan tidur membelakangi Robi.

Robi terkekeh geli, lalu balik membelakangi Xhu Lin. Pria China itu sudah bersiap untuk merasakan pelukan hangat, namun tak ia dapatkan dari belakangnya membuat ia berdecak dan menghadap ke belakang.

"MasyaAllohPunyaBiniGakPekaBanget."

Dengan seribu pujian yang ia lontarkan kepada sang Maha besar, Xhu Lin beringsut mendekati Robi dan memeluk guling hidup itu dari belakang dengan kuat.

Robi tersenyum nakal. Bingo! Ia menang lagi!

>>>

"Lobi jelek, Lily gamau sama Lobi."

"Masa? Pelukan kesukaan Lily pelukan siapa?"

"Lobi."

"Gendongan kesukaan Lily gendongan siapa?"

"Lobi."

"Tempat Lily paling nyaman berkeluh kesah siapa?"

"Lobi."

"Masih ga suka aku?"

"Hu um."

"Kapan kapan Lily bakal ngerasa butuh banget sama aku. Percaya deh."

"Lobi pede."

"Itu kenyatannya, manis."

Xhu Lin kecil menganggapnya angin lalu dan melanjutkan bermain masak masak bersama Robi.

>>>

"Asal lu tau ya, Xhu Lin! Kalo gak ada Robi, kamu gak bakal punya temen! Kalo bukan karena Robi, kamu gak bakal ada yang ngejar-ngejar! Karna cuma Robi yang suka sama adanya kamu! Ngerti?! Jadi jangan kamu bikin Robi nangis lagi!"

Rinjani kecil membentak-bentak Xhu Lin yang menangis sesenggukan karena tertampar perkataan Rinjani. Rinjani adalah cewek tidak waras yang selalu mengungkapkan rasa cinta pada Robi entah dengan alasan apa.

Xhu Lin yang merasa bersalah karena telah menolak Robi di depan umum itu berlari menuju tempat dimana Robi menangis, namun tempat itu sudah ramai orang dan ketika Xhu Lin melihat lebih dekat, Robi ternyata sedang diselamatkan karena terguling ke jurang tepat di belakang taman bermain.

Saat tubuh lemas Robi digotong tepat didepan wajahnya, itulah terakhir kali Xhu Lin melihat Robi dengan kenangan yang berdarah-darah.

Setelah itu, Xhu Lin tak pernah melihat Robi, sampai SMA.

>>>

Tess...

Satu tetes air mata Xhu Lin membentuk garis menyamping di pelipisnya, dan ada tangan yang segera menghapusnya.

Xhu Lin terbangun dan mendapati Robi tertidur di depannya dengan tangan mengungkung kepalanya. Lagi-lagi Xhu Lin menangis tengah malam. OVT-nya kambuh, dan ia memeluk Robi erat erat.

Apakah sekarang ia benar-benar mencintai Robi? Atau ia hanya terperangkap oleh masa kecilnya yang selalu teringat ucapan Rinjani?

>>>

End of part 16

Happy reading🗿💅

Her Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang