Maaf

1.8K 182 16
                                    

"Xhu Lin Youngi."

Xhu Lin maju ke depan dan mengambil buku tugasnya yang paling akhir.

"Besok lagi, begini lagi ya," Sinis Bu Dawi.

Xhu Lin menatap buku tugasnya dan membelalakkan iris abunya, kaget. Halaman tugasnya penuh dengan coretan, dan ada gambar kemaluan pria yang di lukis dengan coretan pena dan lebih parahnya, sketsanya sangat jelas.

"Bu, bukan Xhu Lin yang colet-colet bu."

"Lantas? Itu kan buku kamu!"

"Xhu Lin juga nggak tahu, bu. "

"Sudahlah. Ibu malas berdebat dengan anak mesum seperti kamu. "

Me-mesum?!

Xhu Lin duduk ke bangkunya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, menahan tangis. Kenapa ia sangat cengeng? Karena lingkungannya selalu saja seorang wanita. Bahkan di Tiongkok dulu, ia dipaksa menjadi seorang wanita oleh orangtuanya.

Alhasil Xhu Lin kabur ke Indonesia dan menemui neneknya yang hidup sendiri dan sudah sangat lanjut usia. Ia mulai menjalani hidup layaknya laki-laki, Bergaul dengan beberapa anak kecil laki-laki.

Air matanya mulai menetesi lantai.

Saat itu Xhu Lin merasa... Aduhai, alangkah beruntungnya para lelaki yang sejak kecil diperlakukan seperti lelaki.

Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya jiwa lelaki sejatinya membuncah seperti saat seorang pria melindungi wanitanya, saat memamerkan otot-otot sambil mengangkat beban berat, sampai hal tersepele seperti bersuara berat.

"Maaf ya,"

Xhu Lin mengangkat kepala dan mendapati Fadhil, teman pertamanya mengelus surainya lembut. Xhu Lin menyeka air matanya, dan menatap Fadhil bingung.

"Maaf untuk apa, Fadhil?"

"Maaf karena gua gagal ngejaga buku lu. Maaf karena gua ngasih kunci loker guru ke mereka, maaf banget ya..."

Xhu Lin berkaca-kaca lagi. Jadi Fadhil terlibat?! Bahkan Fadhil adalah teman pertamanya di kelas A ini. Tapi mengapa ia tega ikut andil dalam pencoretan bukunya?!

"Nggak pellu minta maaf Fadhil, "

Lirih Xhu Lin membuat Fadhil mengernyit.

"Terus?"

"Cukup pelgi dali hadapanku, dan jangan pelnah tampakin muka kamu di hadapan aku." Sinis Xhu Lin membuang muka.

>>>

Robi tengah menyantap semangkuk bakso langganannya, sesekali iris birunya mengawasi keadaan sekitar, mencari sesuatu yang ia sendiri tak tahu apa yang ia cari.

Namun saat Xhu Lin dan Fadhil berjalan ke arah stan nasi goreng, tiba-tiba hatinya terasa penuh. Seperti... Apa ya? Kalian pernah, kan, merasa hati kalian yang kosong tiba-tiba terisi dan terasa lega? Pasti pernah dong.

Itu yang Robi rasakan saat melihat Xhu Lin. Tapi, ada perasaan lain yang mengganjal di hati Robi saat melihat tatapan Fadhil ke Xhu Lin.

Radar gay nya seketika aktif. Dan seharusnya ia senang! Harusnya jiwa fujoshi-nya meronta-ronta dong! Tapi...

Tapi...

Tapi kali ini entah kenapa Robi merasa tidak suka Xhu Lin di gandeng orang lain. Ia merasa... Hanya ia yang pantas menyentuh Xhu Lin!

"Hey brooooo!!!"

Tiba-tiba Haechan datang mengagetkan Robi. Walhasil bakso yang hendak Robi makan kembali jatuh ke mangkuk dan menciptakan cipratan kuah ke seragam pramukanya.

Her Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang