2. Jadi Guru

38 37 104
                                    

"Cantik dan tampan setiap saat." Puji Agilia pada pantulan wajahnya di cermin.

Sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi Agilia untuk memuji atau menyemangati dirinya sendiri.
Apalagi pagi ini dia sudah harus pergi ke sekolah Crisophras, sekolah paling terkenal buruk di Jakxel saat ini.

Menurut informasi yang dibaca Agilia kemarin, sekolah ini memang banyak anak-anak yang bermasalah, dan banyak juga anak-anak yang kaya.

Siswa-siswi yang memiliki kekuasaan tinggi lah yang selalu menang, peringkat? Nilai? semua bisa dibeli dengan uang.

Pembullyan, dan kenakalan dimana-mana.
Walau sudah pernah ada siswa yang melapor, tetap saja tidak ada tindakan dari kepala sekolah.
Bahkan beberapa guru-guru pun dibayar untuk tutup mulut mengenai perbuatan nakal anak-anak itu.

____

"Ckck, sekolah yang menyedihkan." Agilia menggelengkan kepalanya saat dirinya sampai di depan gerbang sekolah.

Saat ini sudah jam masuk pelajaran, namun gerbang sekolah masih saja terbuka untuk para siswa-siswi kaya.
Hanya yang kaya! Karena mereka menyuap satpam yang bertugas di gerbang pintu sekolah.

Siswa-siswi yang miskin atau hanya anak beasiswa harus tetap menunggu sampai jam pelajaran berikutnya di luar gerbang sekolah.

"Bangun, dan biarkan saya masuk." Ucap Agilia sambil menunjukkan tanda pengenalnya. (Tanda yang menandakan bahwa dirinya adalah seorang guru."

"Eh Bu Guru cantik, silahkan masuk Bu."
Si bapak penjaga satpam pun langsung membuka gerbang begitu melihat bintang hitam yang ada di kartu pengenal Agilia.

"Terimakasih." Setelah masuk kedalam sekolah, Agilia pun segera berjalan ke arah ruangan kepala sekolah.

Diperjalanan menuju ruang kepsek, dia benar-benar dibuat terkejut dengan beberapa puntung rokok di sepanjang jalan.

"Gila."
______

"Terimakasih Bu Agilia, sudah mau mengajar di sekolah kecil ini. Padahal Anda pasti sudah nyaman mengajar di London." Ujar pak Jamal, kepala sekolah sekolah ini.

"Baik, saya permisi." Belum sempat pak Jamal menjawab, namun Agilia sudah terlebih dahulu menjawab lalu keluar dari ruangan itu.

Agilia melangkah kan kedua kakinya menuju kantin sekolah, di perjalanan menuju kantin atau tepatnya di depan toilet wanita, Agilia melihat satu siswi yang sedang dibully oleh beberapa siswi lainnya.

"Heh! Ngapain lo deketin cowok gua? Dasar bitch!! ." Bentak siswi berambut pirang dengan makeup tebal, dan baju ketatnya.

"Eng--engga aku ga sengaja jatuh ke arah cowok kakak." Gumam pelan siswi dengan rambut yang dikepang dua.

"Ga sengaja ga sengaja, bacot anjing. Jelas-jelas Lo sengaja." Siswi berambut pirang itu mengeraskan suaranya.

Plak, suara tamparan yang begitu keras terdengar. Terlihat bekas tangan dengan warna merah di pipi siswi berkepang.

Si pirang mengangkat kembali tangannya, ingin menampar sekali lagi, namun tangannya tertahan oleh tangan Agilia.

"Anjay, siapa nih? Sok pahlawan banget guys." Sahut teman si rambut pirang yang memegang rokok ditangannya.

"Pahlawan kesiangan, ahahaha." Ejek teman si pirang sambil mengacungkan jari tengah nya.

"Ngapain lo? lo gatau siapa gua? Gua Rachel, cewek terkaya di sekolah ini!. Lepasin ga tangan gua? Gua jijik." Kata Si pirang sambil menampilkan ekspresi wajah jijiknya.

"Kalau saya tidak mau?." Balas Agilia

"Asal lo tau ya miskin, Daddy gua itu CEO XXX group. Harga diri Lo bisa gua beli. Jadi lepasin tangan gua." Ancam Si pirang yang sudah mencoba melepaskan tangannya sendiri, namun tak bisa lantaran kuatnya cengkraman tangan Agilia.

"Tidak mau." Balas Agilia sambil memasang wajah datar.

"Bicara apa sih jalang ini." Ucap seseorang pria dengan tato naga di leher nya datang lalu merangkul si rambut pirang itu.

"Oh my mine, si jelek itu bilangin aku cewek lonte" Entah kerasukan apa, tiba-tiba nada bicara si pirang berubah menjadi lebih imut, diimut-imutkan. Dengan tangan yang menunjuk ke wajah Agilia.

"Beraninya jalang kecil ini." Cowok dengan tato itu mengangkat tangannya hendak menampar Agilia.

Belum sampai telapak tangan si cowok di wajah Agilia. Tangannya sudah lebih dulu ditangkap dan dipelintir oleh tangan kiri Agilia.

Tak tinggal diam, tangan kanannya pun ikut menjalankan aksi dengan meninju rahang si tato.

"Bodoh."

"Sial!, Ngapain pada diam doang? Bantu lah anjing."si tato

Ke tiga antek si cowok tato itu pun maju memukul Agilia.
Namun dengan cepat Agilia meninju batang hidung mereka.

Hidung ketiga cowok itu pun mengeluarkan darah.
Mereka tak terima, dan hendak memukul kembali, namun belum sempat memukul kembali sebuah suara mengejek terdengar.

"Awokawok, muka Lo pada di sini lucu banget anjir. Muka-muka bencong lampu merah." Seorang siswi berbicara dengan tangan yang menunjuk kearah ponselnya.

"Lemah banget anjing, mending Lo pada pergi deh. Dari pada ni foto gua kirim di group WA kita. Bayangin, anak-anak yang lain liat muka kalian lagi di pukul cewe. Malu bos!." Siswi itu memperlihatkan layar ponselnya kepada 3 siswa yang hidung nya sudah mimisan.

"Kapan Lo ambil foto itu hah ? bangsat."

"Gua tinggal neken icon 'send' loh ." Ejek siswi itu sambil menggoyangkan ponsel nya.

"Sial. Cabut!." Perintah si cowok tato kepada anteknya. Mereka pun pergi, jangan lupakan si rambut pirang dan teman-teman pembully nya itu.

"Apa Lo liat-liat ? Pergi sana!."juteknya

"Te--terima kasih Kak Nurul udah bantu aku."
"Terima kasih Kak emm ....". mengalihkan pandangannya dari siswi bernama Nurul, siswi berkepang itu menatap wajah Agilia, bermaksud menanyakan namanya.

"Agilia."

"Ah Terima kasih Kak Agilia." Setelah mengucapkan terimakasih, siswi berkepang itu pun pergi.

"Lo siapa? Jelek banget. Siswi baru ya?." Nurul menatap Agilia dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Agilia. Dan Kata-katamu kasar, tapi terima kasih telah menolong saya juga. Kalau tidak ada kamu, mungkin saya sudah ...." Suara Agilia memelan.

"Sudah membunuh mereka." Sambungnya di dalam hati

"Tcih, paling siswi lemah bodoh lagi." Nurul pun berbalik dan pergi.

"Tidak sopan"

THE TEACHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang