#Perawat_Cantik_Untuk_Pria_Gangguan_Jiwa
#PART6 +17-Bagilah dukamu padaku, dengarlah kisahku, akan ku cerita 'kan bagaimana skenario tuhan untuku.-
~Nawa R~
..."Biar 'kan saja begini, aku tidak mau kau menghilang lagi." Afifa menggelengkan kepalanya dengan cepat. Pria yang ia bujuk untuk mandi sendiri itu bersikukuh menolak, dengan alasan takut di tinggal pergi.
'Bagaimana aku bisa pergi, pintu kamarnya saja entah kemana. Kalau di kampung seperti ini, aku mungkin sudah diseret warga lalu di nikah 'kan dengan pria ini.' batin Afifah. Membayangkan hal itu membuatnya merinding, menikahi pria gangguan jiwa ....
"Tuan, aku akan menemanimu sampai selesai. Aku berjanji tidak akan pergi." Afifah memberikan handuk pada Rian, lalu menyiapkan pakaian yang akan dikenakan tuan mudanya itu.
"Tidak ... aku tidak mau, Kia ... jangan pergi!" Rian bergelayut di tangan Afifah, pria itu layaknya anak kecil yang sedang meminta es krim dari ibunya. Bahkan air matanya sudah membasahi pipinya. 'Seumur hidup, belum pernah aku melihat pria menangis secara langsung. Apalagi seorang pria dewasa. Astagfirullah ....' Afifah menggeleng, menepis semua pikiran aneh di benaknya.
"Kau percaya padaku, bukan. Jangan seperti ini ... atau aku akan menangis lagi," ancam gadis itu, membuat rian melepas pelukan di lengannya.
Afifah masuk ke dalam kamar mandi, diikuti Rian. Pria itu memegang ujung belakang baju Afifah, mengikuti langkah pelan gadis itu.
"Berjanjilah, jangan pergi. Atau akan melukai diriku lagi." Afifah mengangguki ucapan Rian, gadis itu bersedakep dada.
Rian membuka satu per satu kancing piyama tidurnya, menanggalkan kain yang menutupi tubuhnya, dan sekarang ia sudah bertelanjang dada. Afifah menundukan kepalanya, memejamkan matanya erat.
Rian yang melihat gadis itu tertunduk menghentikan aktifitasnya, mendekati Afifah dan bertanya, "Ada apa."
"Jangan mendekat, aku tidak apa-apa. Sekarang mandilah," pinta Afifah, meremas jemarinya.
Rian menyalakan shower, membasahi surai hitamnya. Pria itu beralih melihat Afifah di sudut kamar mandi, ide jahil muncul di otak pria itu.
Byur. Rian menyiram Afifah dengan munggunakan tangannya. Mencipratkan air di wajah gadis itu. Gelak tawanya terdengar begitu nyaring.
"Kia ... Sinih, kamu belum mandi, bukan?" pria itu terus saja mencipratkan air pada Afifah, membuat gadis itu mendongak.
"Tuan, jangan disiram. Bajuku basah." Diabaikan, ucapan Afifah tak di indahkan Rian. Pria itu memainkan air layaknya bocah berusia lima tahun.
Afifah meraih shampo mint yang berada di dekat battub, medekati tubuh tinggi Rian. Gadis itu berjinjit untuk bisa meraih kepala pria itu, karna tingginya hanya sebatas dada pria itu. Afifah menumpahkan shampo ke rambut Rian, ia sedikit mengacak rambut pria itu. Tanpa ia sadari, swdari tadi Rian menatap wajahnya tanpa berkedip. Untung saja pria itu hanya telanjang dada, ia masih menggenakan bokser selutut.
Sesaat, Afifah selesai membasuh rambut pria itu. Ia beralih untuk menyabuninya. Jika di biarkan sendiri, sampai kapan akan selesai.
"Tun-." Afifah tak melanjutkan ucapannya, saat tatapan mata tajam Rian bertemu dengan tatapannya. Tangan yang berada di pundak pria itu ia turunkan, tubuk Afifah membeku, nafasnya seakan tercekat. Tatapan mata Rian mengunci agar ia tak berpaling.
"Kamu siapa?"
***
Cieee ... Baper😂😂😂
Ada typo? Krisannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours Baby
RomanceDemi membiayai pengobatan ibunya, Afifah rela berkerja sebagai perawat seorang pria bergangguan mental. *** ●Tiba-tiba kepikiran pas nyuci piring.●